Dengan seragam basket oranye bernomor punggung 04 dan celana pendek yang senada dengan bajunya, Zega maju ketengah lapangan untuk bermain pertandingan pertama bersama teman timnya yang lain.
“Huuuuu” sorak semua orang saat Zega masuk lapangan.
“Gila ganteng banget”
“Ya ampun Kakak kelas unyu-unyu itu gabung”
“Mukanya kaya artis korea woy awet muda banget”
“Kangen deh sama kakak unyu yang satu itu”
Begitulah obrolan orang-orang di tribun yang membicarakan kehadiran Zega.
Dari kejauhan, seorang gadis berhoodie merah diam-diam memperhatikan Zega dengan tatapan dinginnya.
“Itu bukannya cowok yang waktu itu?” Gumamnya masih terus memperhatikan Zega dari tepi lapangan.
“Awwh...” Briana melebarkan matanya terkejut melihat tangannya bersinar kehijauan.
“Keanehan ini lagi” Briana memundurkan langkahnya sambil memperhatikan tangannya membolak balik.
Suara keributan membuat Briana menoleh. Matanya membulat saat melihat sebuah bola oranye melayang ke arahnya. Refleks Briana pun memejamkan matanya dan menutupi kepalanya dengan tangan dimana posisi telapak tangannya terbuka ke atas.
Semua mata langsung tertuju ke arah Briana dengan wajah tercengang mereka. Mereka terkejut saat melihat bola oranye itu berhenti dan tak menimpa Briana. Malahan bola itu melayang tertahan sebuah cahaya hijau yang berasal dari tangan Briana.
Tak merasakan apa-apa, Briana pun membuka matanya kembali dan terkejut saat menyadari cahaya hijau itu bisa membuat bola oranye itu melayang di atas telapak tangannya.
Seorang laki-laki dengan bandana hitam di kepalanya menatap ke arah Briana dengan bingung namun, Ia pun panik juga karena kekuatan magic gadis itu di saksikan oleh banyak orang.
Yang mana sebagai seorang bangsawan kekuatan turunan itu tidak boleh di beberkan kepada orang lain yang bukan dari keturunan bangsawan juga.
Tanpa lama, laki-laki berbandana hitam itu berlari ke arah Briana dan menjentikkan jarinya hingga membuat semua orang serentak terdiam dengan tatapan mata kosong.
Eris menarik tangan Briana dan membawanya pergi dari sana. Sontak hal itu membuat Briana mengernyitkan dahinya menatap Eris dengan bingung.
“Lo gila ya” Eris menghentikan langkahnya seraya berbalik menatap Briana dengan marah.
“Ha?” Briana menatapnya bingung.
“Kekuatan bangsawan itu gak boleh lo tunjukin sama orang lain selain orang-orang yang berdarah bangsawan juga”
“Lo ngomong apa si? Gue bukan bangsawan”
“Bukan bangsawan? Terus tadi apa? Lo sama, kan kaya gue nyembunyiin jati diri lo di sekolah?” Briana mengerjapkan matanya karena benar-benar tidak faham dengan apa yang laki-laki di depannya ini katakan.
Tunggu-tunggu, sepertinya Ia pernah melihat laki-laki ini sebelumnya, Tapi dimana?
“Gue tegasin sekali lagi, gue bukan bangsawan dan gak ada setetes pun darah bangsawan di tubuh gue. Gue Cuma orang biasa yang masuk ke sekolah ini karena beasiswa” tekan Briana dingin dengan tatapan tajam.
Eris mengernyitkan dahinya saat otaknya memberikan sekelebat ingatan tentang gadis di depannya ini.
‘Dia... Dia pelayanan cafe yang kemaren, kan?’ batinnya.
“Lo bukannya pelayanan di cafe Rimar kemarin?”
“Itu lo tau. Mana ada bangsawan jadi pelayan cafe. Untuk yang tadi, gue bener-bener gak tau kenapa bisa gitu. Tolong lupain aja” setelah mengatakan itu Briana pun langsung pergi dari sana karena Ia tidak mau berurusan dengan bangsawan tidak jelas ini lagi.
“Eh tunggu...” Briana berdecak sebal karena ternyata Eris masih saja mengikutinya.
“Gue gak percaya” Briana memutar bola matanya malas mendengar itu.
“Terserah! Gue udah jujur sama lo, lo mau percaya atau enggak gue gak peduli. Tapi gue mohon lo lupain kejadian tadi, gue gak mau dapet masalah disini”
“Lo gak usah khawatir, gue udah hapus ingatan semua orang tentang kejadian tadi”
“Okeh tanks” setelah mengatakan itu Briana pun kembali pergi dengan langkah gontainya.
Kali ini Eris tak mengejar, Ia hanya terdiam dengan ekspresi yang sulit di artikan.
“Gue harus selidiki gadis itu. Ada hubungan apa sebenarnya dia sama ibu dan berasal dari mana kekuatannya itu” monolognya sambil melirik ke arah Briana yang semakin hilang dari pandangannya.
“Hufh...” Briana mendudukkan dirinya di atas pembatas koridor.
“Tuh cowok aneh banget si. Maksudnya apa dia bilang kalo gue keturunan bangsawan yang menyembunyikan jati diri? Dia pikir gue snow white” gerutu Briana.
Tanpa Briana sadari, ada seorang laki-laki yang mengintipnya dari balik pohon hias. Hanya dia satu-satunya orang yang tidak terpengaruh dengan kekuatan Eris. Jadi sampai saat ini pun dia masih mengingat kejadian di lapangan tadi.
“Jadi gadis itu bener-bener bukan dari keluarga bangsawan? Berarti dia kaya gue? Gak punya darah keturunan bangsawan tapi punya kekuatan magic. Gue jadi penasaran gimana keseharian dia” Zega menatapnya dengan tatapan tajam tanpa ekspresi.
Zega menatap arloji di pergelangan tangannya. “Gue harus balik kelapangan, gue gak mau Eris sampe curiga” Zega pun memundurkan langkahnya perlahan seraya berbalik badan dan berlari pergi menuju lapangan kembali.
Di lapangan, nampak orang-orang masih terdiam dengan tatapan kosong mereka. Zega pun kembali ke posisinya dan berpura-pura terdiam mematung juga.
Tak lama kemudian Eris pun datang seraya menjentikkan jarinya hingga membuat semua orang sadar dan mulai riuh kembali. Namun, ada beberapa juga yang nampak linglung akibat efek hipnotis tadi.
Eris pun memantulkan bola oranye di tangannya dan mulai bermain santai seolah tidak pernah terjadi apa-apa.
‘Gue juga harus cari tau dari kerajaan modern mana Eris berasal. Dan kenapa dia menyembunyikan jati dirinya di sekolah’ batin Zega bertekad.
Selesai dengan pertandingan basketnya, Zega pun memutuskan untuk langsung pergi dari lapangan karena tidak mau berurusan dengan para gadis-gadis fans base tim basketnya. Yang pastinya akan langsung menyerbu untuk memberikan minuman, makanan atau bahkan hadiah barang.
Bruk...
“Aduh” pekik seorang gadis saat Ia tak sengaja menabrak Zega.
Zega mengernyitkan dahinya melihat seseorang terjatuh di hadapannya tanpa ada niatan sedikitpun untuk membantu. Briana mendongak ke arah Zega sambil memegangi pundaknya.
Tatapan keduanya pun bertemu. Sontak melihat wajah Zega membuat Briana membulatkan matanya.
“Gak ada indikat mau nolongin gitu” grutu Briana.
Zega pun akhirnya mengulurkan tangannya. Tanpa lama Briana pun menerima uluran tangan laki-laki itu dan langsung terbangun dari posisi jatuhnya.
Langkah seorang laki-laki langsung terhenti saat melihat target yang di kejarnya sedang berdiri di samping Zega.
“Sorry bro cewek gue ganggu” santai Gerald. Ia hampir ingin mendekat dan meraih tangan Briana yang tentunya Briana pun langsung menghindar.
Melihat hal itu, Zega pun langsung menepis tangan laki-laki itu dan menatapnya dingin. “Jangan sentuh dia!” Tegas Zega.
“Dia cewek gu__”
“Gue bukan cewek lo!” Sela Briana.
Tanpa berkata apapun, Zega langsung menarik tangan Briana dan membawanya berjalan pergi entah kemana.
“Eh, eh tunggu mau kemana?” Briana bingung.
“Dimana kelas lo?” Tanya Zega dingin tanpa menatap Briana.
“11 IPA 1” cicit Briana. Zega pun berjalan menelusuri koridor yang cukup sepi itu karena para siswa sedang sibuk dengan pertandingan basket.
Setelah sampai di depan pintu kelas, Zega pun meninggalkannya disana dan berjalan pergi tanpa berkata apapun. Briana memperhatikan kepergian Zega dengan alis bertaut.
“Aneh banget tuh cowok”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments