Di sebuah kamar yang gelap tanpa cahaya penerangan lampu, seorang laki-laki yang memanfaatkan kelebihan magic pupil merahnya nampak sedang serius mengamati layar laptopnya, entah apa yang sedang di fokusinya pada benda elektronik itu.
Tiba-tiba saja ekspresi nya berubah menjadi frustasi. Ia menutup laptopnya dengan kasar dan meletakannya di atas nakas.
“Viktor” seseorang memanggil namanya sambil memasuki kamar gelapnya itu.
“Astaga, kamar apaan nih gelap kek kuburan gini? Mau cosplay jadi mayat lo?” ocehnya sambil meraba-raba tembok mencari saklar lampu, dan setelah menemukannya Ia pun langsung memencetnya hingga akhirnya kamar yang semula gelap kini menjadi terang.
“Mau apa lo kesini?” Tanya Zega dengan nada malas.
Laki-laki yang memasuki kamar itupun duduk di samping Zega seraya menyentil jidatnya membuat Zega memekik dan seketika menepis tangannya kasar.
“Tuan muda yang sensian” ledek nya dengan senyuman smirk.
“Cepetan mau apa? Gue ngantuk!” Tekan Zega yang merasa sudah sangat kesal dengan kedatangan manusia satu ini.
“Lo sekolah di SMA Dimitri kan?” Zega membalas dengan dekheman.
“Gue ada info penyelidikan” Laki-laki itu mendekati Zega seraya membisikan sesuatu ke telinganya.
***
Seperti kebiasaan Briana, Ia pagi-pagi sudah bersiap dengan seragam sekolahnya dan langsung pergi tanpa sarapan. Karena Briana tinggal sendirian, jadi Ia tak pernah mau repot-repot masak untuk sarapan pagi, paling Ia hanya akan membeli roti di kantin sekolah untuk mengganjal perut.
Ia mengamati jalanan sekitar dari kaca jendela bus yang di naiki nya sekarang. Karena Ia berangkat lumayan pagi jadi manfaatnya Ia dapat terhindar dari kemacetan jalan karena waktu belum memasuki jam sibuk.
Setelah beberapa menit perjalanan, akhirnya bus yang Briana tumpangi pun sampai di halte pemberhentian dekat sekolahnya. Briana pun bergegas turun dan memasuki gerbang sekolahnya.
Seperti biasa, sekolah masih cukup sepi hanya ada beberapa siswa saja yang baru datang. Dan Briana rasa mereka merupakan siswa yang namanya sering di panggil karena kepintaran mereka.
Walaupun Briana juga sebenarnya pintar tapi Ia tak pernah ikut campur dalam kompetisi juara di sekolah. Ia tak mau namanya jadi terkenal sedangkan Ia bukan siapa-siapa dan bukanlah berasal dari keluarga bangsawan maupun konglomerat. Baginya dapat mempertahankan beasiswa nya saja Ia sudah sangat bersyukur.
Tanpa Briana sadari, atensi seorang laki-laki diam-diam sedang mengintai gerak geriknya dari balik tembok sana. Laki-laki itu tersenyum penuh arti.
“Briana Nathalia Abigail, cewek paling acuh dan gak punya teman sama sekali. Cuma murid beasiswa yang gue yakin gue bisa dapetin lo dengan mudah. Humh, murid beasiswa. Betapa bangganya dia dapetin gue, untung cantik”
****
Kriiing....
Kriiing...
Bel istirahat berbunyi nyaring hingga terdengar ke seluruh penjuru sekolah. Semua siswa yang awalnya sedang terduduk murung di kelas pun seketika langsung bersemangat kembali.
“Briana, tolong bawakan buku-buku ini ke ruang guru ya” Briana yang mendapat panggilan perintah dari sang guru pun mengangguk seraya berdiri dan mengambil buku yang di perintahkan untuk di bawa.
Briana keluar kelas sambil membawa buku-buku itu mengikuti sang guru. Di tengah jalan, Ia tak sengaja berpapasan dengan seorang laki-laki yang Ia rasa Ia pernah melihat wajah laki-laki itu sebelumnya. Tapi di mana?
Oh iya, Briana ingat! Dia adalah laki-laki yang kemaren Ia tolong waktu di keroyok oleh 3 orang berjaket hitam itu. Laki-laki itu nampak menatap Briana sekilas dengan tatapan datarnya dan setelahnya lanjut berjalan lagi.
“Bri, ayo masuk” mendengar sang guru memanggil, Briana pun membuyarkan lamunannya dan buru-buru berjalan masuk untuk meletakkan buku-buku yang di bawanya.
Selesai meletakkan buku-buku itu, Briana pun keluar dari ruang guru dan bergegas untuk kembali ke kelasnya. Namun, baru setengah jalan, Briana sudah di hadang oleh seorang laki-laki. Sekilas info yang Ia tau, laki-laki ini adalah most wanted boy yang sering jadi topik pembicaraan anak-anak.
“Would you like to be my girlfriend? ” Gerald mengatakan itu sambil berjongkok di hadapan Briana dan menyodorkan bunga di tangannya.
Sontak mendapat perlakuan seperti ini dari Gerald membuat Briana merasa kikuk dan bingung harus bagaimana. Tidak pernah kenal, tidak pernah berbicara tiba-tiba nekad ingin menjadikannya pacar. Laki-laki macam apa dia ini?
"Ck, pake ketinggalan segala lagi" Seorang laki-laki berhoodie ping yang sedang berjalan terburu-buru di sepanjang koridor pun menghentikan langkahnya ketika atensinya tak sengaja mendapati wajah seorang gadis yang sepertinya familiar di matanya, dia nampak sedang di tembak oleh seorang most wanted boy yang jujur Zega tak menyukainya karena sifat tamak laki-laki itu.
Zega menggunakan kekuatan matanya agar Ia dapat melihat ekspresi Briana lebih dekat karena dari jarak Zega sekarang Ia tidak bisa melihat dengan jelas ekspresi wajah dari orang-orang di depan sana.
Dahi Zega mengernyit heran melihat ekspresi meringis dan tak nyaman yang gadis itu tunjukkan. Ia pikir matanya akan menemukan sebuah ekspresi bahagia dan semacamnya tapi ini tidak.
“Sorry gue gak bisa” balas Briana dingin seraya pergi begitu saja meninggalkan Gerald.
Zega melebarkan matanya mendengar itu. Dia menolak Gerald? Apakah Ia tak salah dengar? Walaupun Gerald itu sombong dan Zega rasa songong juga tapi, sepertinya tidak ada satupun gadis yang pernah menolak cintanya.
Malahan gadis-gadis lain sangat berharap selanjutnya mereka-lah yang akan menjadi pacar Gerald.
Melihat Briana pergi begitu saja tentunya membuat beberapa orang yang menyaksikan termasuk Zega, merasa tercengang dengan gadis itu. Terutama sang penembak dan kedua temannya.
Gerald mengepal kuat telapak tangannya. Ia benar-benar marah karena harga dirinya telah di injak-injak oleh gadis itu. Dia bukan siapa-siapa namun, berani-beraninya dia menolak pernyataan cintanya di depan orang banyak.
“Untuk pertamakalinya dalam sejarah lo di tolak cewek Rald” heboh Ardi.
“Gue gak terima!” Gerald membuang bunga di tangannya asal.
Dengan sekejap, para gadis-gadis langsung berlari merebutkan bunga yang Gerald buang tersebut.
“Kalian lihat? Tanpa gue kasih, mereka malah mungut sendiri bunga yang gue buang. Harusnya cewek tadi beruntung gue ngasihnya secara sopan” Gerald menatap kedua temannya dengan emosi.
Kedua temannya hanya mengangguk-angguk dan memegang pundak Gerald untuk menenangkannya.
Dari kejauhan, Zega nampak memperlihatkan tatapan ilfilnya dan decihan pelan. Ia benar-benar merasa jijik dengan kesombongan laki-laki bernama Gerald itu. Dia benar-benar keterlaluan.
Gadis-gadis itu juga, kenapa mereka rela menurunkan harga dirinya hanya untuk laki-laki bajingan seperti Gerald? Apa hebatnya si laki-laki itu? Hanya menang ganteng dan kaya saja selebihnya tidak ada bakat apapun.
“Benar-benar spesies hewan berkaki dua” monolog Zega seraya memutar bola matanya malas dan pergi dari tempatnya berdiri.
****
Setelah drama Gerald menembaknya yang membuat Briana merasa pusing dan malas berada di lingkungan sekolah, di tambah lagi Ia kini sedang terkena cibiran pedas sana sini membuatnya ingin cepat-cepat pulang. Akhirnya drama-drama itupun kelar juga setelah mapel terakhirnya selesai.
Saat bus sudah datang, Ia pun langsung duduk di salah satu jok yang kosong. Matanya menatap jalanan sekitar dari jendela bus dengan tatapan lirihnya.
Tak lama kemudian seorang gadis yang seragamnya sama seperti Briana duduk di jok sampingnya yang masih kosong.
“Briana” sapa nya dan Briana pun tersenyum tipis sambil mengangguk. Ternyata dia adalah teman sekelas Briana yang pernah satu kelompok dengannya, yaitu Viona.
“Ada gila-gilanya lo ya Bri, di kasih Kak Gerald malah di tolak ck,ck,ck” Viona geleng-geleng kepala heran namun, Ia pun mengapresiasi keberanian temannya itu.
“Emangnya kenapa si? Orang gue gak suka sama dia” acuhnya. Ia benar-benar sudah kesal dengan omongan orang-orang yang membuat kupingnya panas.
“Ya.... Padahalkan Kak Gerald itu most wanted boy loh di SMA kita masa lo gak mau jadi pacarnya. Dia juga terkenal sering gonta-ganti pacar tapi sejauh ini cuma lo yang rela nolak dia. Biasanya cewek-cewek itu walaupun tau Kak Gerald Cuma jadiin mereka pacar satu minggu doang atau bahkan ada yang dua hari, tiga hari, sehari bosen tapi mereka gak pernah rela nolak ajakan ngedate cowok seganteng Kak Gerald. Gak cuma ganteng aja, tapi kaya dan royal juga” jelas Viona menggebu-gebu.
“Oh gitu” Briana menunduk memikirkan ucapan Viona.
“Dan satu lagi, cewek yang pacaran sama dia itu biasanya bakalan jadi terkenal seantero sekolah” timpal Viona. Briana hanya terdiam bingung, jika menolaknya saja sudah di benci satu sekolah seperti ini apalagi jika Ia menerimanya?
“Eh bus nya udah nyampe, gue duluan ya” Viona menepuk pundak Briana seraya beranjak dan bergegas turun dari bus duluan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments