Bab 5

"Kamu sendiri?" tanya Samuel setelah berhadapan dengan Naya

"Iya" sahut Naya

"Aku boleh duduk disini?" tanya Samuel memandang ke arah kursi kosong di hadapan Naya

"Ohh iya, silahkan"

Setelah duduk Samuel mengeluarkan novel milik Naya dari tas ransel yang sering di bawanya, tak lupa ucapan terima kasih Samuel ucapkan dan meminta di kabari oleh Naya kalau novel itu jika sudah terbit.

"Bukan koleksi meski sudah di baca" terang Samuel

Naya menerima novelnya itu sembari mengangguk dan akan mengabari Samuel jika novel miliknya sudah terbit, Naya bertanya apakah yang di meja sana adalah keluarga Samuel.

"Iya" sahut Samuel sembari menoleh ke arah keluarganya yang masih memperhatikan mereka

Suasana pun jadi hening, Naya bingung mau bertanya apa lagi. Begitu juga dengan Samuel lalu Samuel memandangi Naya, serentak keduanya tertawa. Mungkin Samuel mengusir rasa groginya, sama yang di lakukan Naya.

"Aku grogi" ujar Samuel lalu tersenyum

"Kenapa?"

Pertanyaan itu keluar begitu saja dari bibir mungil milik Naya, seharusnya Naya tak mempertanyakan hal bodoh seperti itu, jelas-jelas dirinya juga merasakan hal yang sama yang di rasakan Samuel.

"Entahlah" jawab Samuel sembari membuang muka, mungkin Samuel ingin menghilangkan rasa groginya sama seperti Naya.

"Kamu ngapain kesini? Sendirian saja?" tanya Samuel

"Iya sendiri, hanya mencari angin. Aku memang sering kesini" jawab Naya dengan pandangan menatap ke arah ombak

"Selalu sendiri?' tanya Samuel lagi lalu menatap ke arah Naya

Naya tetap pada pandangannya sebelumnya, entah mengapa jika menatap ke arah Samuel Naya merasa grogi. Naya kembali menjawab bahwa dirinya sering menulis di tempat ini, makanya selalu datang sendiri.

"Wah!! Pantas kata-kata di novel kamu begitu dalam, ternyata nulisnya di tempat seindah ini" puji Samuel, Naya menanggapi dengan senyuman

"Samuel"

Terdengar suara seorang perempuan yang memanggil dengan nada yang kurang enak, suara itu berasal dari samping, membuat Naya dan Samuel serentak menoleh ke sumber suara.

"Kakak? Kenapa kesini?" tanya Samuel kaget

"Kamu kenapa yang kesini? Siapa dia?" tanya Kakaknya Samuel sembari menatap Naya dan Samuel dengan tatapan tak senang

"Dia temanku, penulis novel yang sering aku baca berulang kali. Aku sudah lama mengagumi penulisnya, kini akhirnya ketemu juga"

"Bukan pacarmu kan?" selidik Kakaknya Samuel dengan tatapan tak suka ke arah Naya

"Mana mungkin dia suka sama aku, Kak. Kakak jangan bikin aku malu deh, aku hanya membaca karyanya saja. Karena novel season dua belum terbit, aku meminjam novel miliknya" terang Samuel pada sang kakak

"Belum terbit tetapi sudah ada bukunya?"

"Maaf, Kak. Kebetulan percetakan milik keluarga saya sendiri, jadi sering bantu-bantu kalau libur kuliah. Novel ini, saya sendiri yang mencetaknya. Memang cuma satu di cetak, soalnya masih di revisi"

Naya terpaksa menjelaskan agar tak menimbulkan kesalahpahaman dan tak mau obrolan itu jadi panas, sebisa mungkin Naya menjaga etika dan sopan santun yang telah di ajarkan oleh kedua orang tuanya.

Kakaknya Samuel terdiam sembari menelisik penampilan Naya, sepertinya dari situlah ketidaksukaan itu berasal, Naya pun ikut menelisik penampilan perempuan yang berkulit putih dan berambut kuning sebahu.

Di dadanya ada sebuah kalung rantai dengan liontin salib sama dengan yang di pakai Samuel, reflek Naya langsung melihat kalung milik Samuel tapi sayang lagi-lagi kalung itu berada di dalam bajunya.

Sehingga Naya tak bisa melihat apakah liontin yang di pakai Samuel sama seperti Kakaknya atau kebetulan hanya talinya saja yang sama, Samuel berdiri dari tempat duduknya dan mengajak sang kakak pulang.

"Naya, maaf ya kalau kamu jadi gak nyaman" ujar Samuel

Naya hanya menjawab dengan mengangguk sembari terdiam dengan tatapan kosong, satu-satunya hal yang di lakukan Naya dari awal adalah menjauh dari Samuel. Itu saja, tak ada yang perlu di lakukannya lagi.

.

.

Di dalam kamar Naya masih terpaku dalam lamunannya, kejadian tadi seolah mengisyaratkan bahwa memang hubungan spesial antara dirinya dan Samuel tak akan mungkin terjadi.

Dalam kesunyian, nada panggilan masuk di HP Naya. Dengan rasa malas Naya menerima sambungan telepon dari nomor yang tak di kenal, ketika Naya mengucap salam orang di seberang tak menjawab salamnya.

"Selamat malam, maaf mengganggu waktu kamu" ucap Seorang perempuan

"Siapa ya?" tanya Naya langsung memperbaiki posisi duduknya

"Kakaknya Samuel"

Deg

Seketika jantung Naya berdegup kencang, seolah-olah ada sesuatu yang sangat penting sampai kakaknya Samuel rela menghubunginya, Naya menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan perlahan.

"Ada apa ya, Kak?" tanya Naya terus menenangkan diri

"Maaf jika lancang mengambil nomor telepon kamu dari HP adikku, tetapi ini sangat penting. Mungkin kamu tidak ada hubungan apa-apa dengan adikku, tetapi sepertinya adikku memendam rasa padamu. Sejak kejadian di pantai tadi, dia hanya melamun" jelas Kakaknya Samuel

Naya terkejut dengan penjelasan kakaknya Samuel, tak menyangka Samuel juga melamun sama sepertinya setelah kejadian di pantai tadi, dan apakah benar Samuel juga memiliki perasaan yang sama dengannya.

"Terus?" tanya Naya singkat karena bingung harus merespon apa

"Mohon sekali, tolong jauhi adikku. Bantu aku agar adikku melupakanmu dengan cara jangan merespon adikku lagi, kita gak seiman. Jadi, mohon kerja samanya"

Jantung Naya kembali berdegup dengan sangat kencang, ada rasa sesak yang menjalar ke rongga dada. Seperti ada yang sedang mematahkan hatinya, terasa sangat sakit dan bulir-bulir air mata mulai berjatuhan.

"Maaf, Samuel mengatakan padaku bahwa dia muslim" ucap Naya hati-hati sembari menghapus air matanya yang berjatuhan

Sebisa mungkin Naya berusaha menahan kesedihannya agar kakaknya Samuel tidak tahu, Naya juga menyembunyikan rasa kekecewaannya sekuat mungkin meski sebenarnya ingin dirinya berteriak.

"Apa? Lancang sekali Samuel bilang begitu" bentak Kakaknya Samuel

"Jika kamu tidak percaya akan aku kirim alamat gereja yang ada di samping rumahku, datanglah besok pukul sembilan dan lihat dia beribadah di sana"

Baru saja Naya ingin menjawab sambungan telepon telah berakhir, ya semuanya telah berakhir. Bukan sambungan telepon yang di maksud Naya, tetapi kedekatan dirinya dengan Samuel.

dan semua khayalan yang pernah Naya impikan tentang Samuel, ibarat pepatah belum berjuang namun sudah terjatuh ke lebih dulu, begitu lah yang di rasakan Naya saat ini terhadap sosok Samuel.

Ting.....

Satu pesan masuk di aplikasi hijau HP Naya, sebuah alamat tertera di sana dan Naya memilih tak membalas pesan itu sama sekali, Naya kembali melamun dan berusaha menekan dadanya yang terasa sesak. Entah mengapa hatinya terasa sangat sakit, padahal status hubungan Naya dan Samuel baru PDKT.

Terpopuler

Comments

Yulia Pancawati

Yulia Pancawati

maaf thor namanya kadang Naya kadang nara

2024-06-02

1

muhammad ihsan

muhammad ihsan

lanjut dong thor

2024-01-20

1

Yuli a

Yuli a

sedih ya 😭😭😭 cinta bada keyakinan. penasaran thor... tr samuel jd mualaf atau naya jodohnya yg lain..🤔

2024-01-20

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!