Berjam-jam Naya habiskan waktunya untuk mencari tahu tentang Samuel, seseorang yang belum tentu memiliki perasaan yang sama dengannya, begini kah rasanya sebelum berjuang sudah kalah.
Semalam Naya mencoba mengusir bayangan wajah Samuel berkali-kali, di sadarkannya diri sendiri dari apa yang seharusnya tidak di lakukan oleh Naya, Naya akan melepaskan orang yang belum di dapatnya ini.
Tetapi bagaimana pertemuan besok? Naya sudah membuat janji akan meminjamkan novelnya untuk Samuel, Naya menyakinkan dirinya yang pasti bisa membuang perasaan agar tak semakin dalam.
Selesai sholat subuh Nara bersiap hendak pergi ke kampusnya untuk mengurus ijazahnya agar bisa di terimanya, Nara baru saja wisuda S1 seminggu yang lalu, jadi masih ada yang harus di urusnya di kampus.
Nara sedang sarapan bersama kedua orang tuanya, uminya membuatkan susu hangat buat Naya sedangkan abinya memberi nasehat yang terus di ulang beliau ketika Naya akan keluar rumah.
Naya tidak boleh berpacaran, tidak boleh bergaul dengan sembarang orang dan tidak boleh meninggalkan kewajiban sebagai umat muslim, Naya hanya mengangguk meski tak perlu di ingatkan dirinya juga paham.
Selesai sarapan Naya pamit pada kedua orang tuanya, di ciumnya kedua punggung tangan kedua orang tuanya dengan takzim secara bergantian, kemudian tak lupa mencium pipi keduanya lalu melangkah pergi.
"Hati-hati, Nduk" ujar Erisa sembari melambaikan tangan
"Iya, Umi. Assalamualaikum" pamit Nara sembari memutar setir mobil mencari jalan untuk mundur
"Walaikumsalam" jawab Erisa dan Rendi serentak
Mobil yang di kemudi Naya mulai melaju santai meninggalkan rumahnya, Naya terus berpikir bagaimana caranya memberikan novelnya pada Samuel tanpa harus bertemu lagi, Naya sudah memantapkan hatinya.
Semalam dalam tahajud Naya meminta pada Allah untuk menghilangkan perasaannya terhadap Samuel, atau sebaiknya novel miliknya ini di berikan saja pada Samuel agar tak ada lagi pertemuan berikutnya.
Pagi tadi chat dari Samuel sudah masuk ke HP Naya, Samuel hanya mengirim pesan mengatakan bahwa itu nomornya dan hanya di balas Naya dengan stiker jempol, setelah itu tak ada percakapan lagi.
Naya berhenti di sebuah mini market setelah menemukan sebuah ide, segera Naya mengambil HP-nya yang ada di dalam ingin secepatnya mengirim pesan pada Samuel sebelum ide di otaknya hilang.
[Assalamualaikum! Maaf jika mendadak aku ada urusan karena buru-buru, bagaimana kalau novel ini aku titipkan saja di cafe tempat kita ketemu kemarin]
Naya tersenyum membaca pesan yang di kirimnya ke Samuel itu, pesan terkirim dan langsung centang biru. Jantung Naya berdegup kencang menanti balasan dari Samuel, berharap Samuel setuju.
[Walaikumsalam! Iya gak apa-apa, titipkan saja di sana pada Satpam penjaga karena jam segini cafe itu belum buka]
Setelah membaca balasan dari Samuel, Naya tak lagi membalas pesan dari Samuel dan kembali melajukan mobilnya menuju cafe tersebut, sesampai di sana cafe itu memang belum buka dan hanya ada Satpam serta OB.
Tampak keduanya sedang bertugas di sana, Naya segera turun dari mobilnya dan Satpam itu langsung menyambut Naya dengan senyum ramahnya, Naya berjalan menghampiri Satpam itu.
"Pagi, Pak" sapa Naya dengan ramah
"Pagi juga, Kak. Ada yang bisa saya bantu?" tanya Si Satpam setelah berhadapan dengan Naya
"Maaf, Pak. Bisakah saya menitip novel ini? Nanti teman saya yang akan mengambilnya kesini" kata Naya sembari memperlihatkan novel yang ada di tangannya
"Ohh iya, tentu saja boleh" jawab Si Satpam menerima novel yang di serahkan Naya
"Terima kasih banyak, Pak sebelumnya" ucap Naya kemudian pamit hendak pergi
"Maaf, Kak. Nama temannya siapa? Takut salah orang" tanya Si Satpam, menghentikan langkah Naya untuk pergi
"Ohh iya, namanya Samuel"
"Pak Samuel? Pemilik cafe ini?" tanya Si Satpam kaget
"Hah? Pak? Dia masih muda, belum bapak-bapak. Mungkin namanya kebetulan sama"
Naya ikut kaget mendengar si Satpam menyebut nama Samuel yang masih muda dengan kata Pak, rasanya sangat tak pantas justru si Satpam yang layak di sebut Pak bukan Samuel pikir Naya.
"Memang masih muda, Kak. Saya memanggilnya Pak karena menghormati beliau sebagai atasan saya" jelas Si Satpam
Apa benar Samuel pemilik cafe sebesar ini yang sekarang ada di hadapan Naya, rasanya seperti masih tak percaya laki-laki seperti Samuel di usia muda sudah sukses dan memiliki usaha sendiri.
"Sebentar, apa ini orangnya?"
Naya memperlihatkan foto Samuel yang barusan di carinya di sosial media milik Samuel, Satpam itu sedikit mendekat melihat layar HP Naya lalu detik berikutnya Satpam mengangguk membenarkan itu pemilik cafe.
"Memang kakak gak tau kalau dia pemilik cafe ini?" tanya Si Satpam
"Gak, soalnya perkenalkan kami terlalu singkat. Kemarin novel saya ketinggalan di cafe ini, terus dia kembali pada saya lalu sekarang mau di pinjam"
"Wahh, kakak beruntung sekali" ucap Si Satpam
"Beruntung?" tanya Naya bingung, ingin cepat-cepat berangkat ke kampus tertunda karena penasaran dengan ucapan si Satpam
Satpam itu bercerita bahwa Samuel tipikal laki-laki cuek dan dingin, para perempuan sengaja datang ke cafe demi bisa melihat wajah tampannya atau sekedar minta di layani oleh Samuel.
Kebetulan Samuel sering membantu para karyawannya ketika cafe sedang rame, terkadang juga membantu menjaga kasir dan sampai detik ini belum ada satu pun perempuan yang bisa meluluhkan hatinya.
Naya mendengar cerita si Satpam hanya melongo tak percaya, sebab Naya tak menemukan sikap cuek dan dingin dari Samuel di pertemuan mereka kemarin, apa ini sebuah keberuntungan buat Naya.
Tiba-tiba Naya kembali mengagumi Samuel, tidak hanya tampan. Samuel juga mapan di usia muda tetapi jika Samuel dengan dirinya beda agama tidak mungkin mereka bisa bersama, Naya segera menepis harapannya.
"Ohh gitu ya, Pak. Saya benar-benar gak nyangka, kalau begitu saya pamit ya Pak. Terima kasih, permisi"
Naya segera pergi dari situ, sebelum kembali melajukan mobilnya Naya memutuskan mengirim pesan pada Samuel mengatakan bahwa novel miliknya sudah di titipkan pada Satpam, Naya memilih pura-pura tidak tau kalau Samuel pemilik cafe itu.
[Terima kasih, ya. Nanti akan ku ambil kesana, berapa hari nih aku boleh meminjamnya?] balas Samuel setelah berapa detik Naya mengirim pesan
[Terserah saja mau sampai kapan, aku boleh tanya sesuatu tapi maaf ini agak sensitif?]
Akhirnya Naya memberanikan diri untuk bertanya pada Samuel, soalnya Naya akan mengemudi takut pikirannya tak tenang sebelum dapat jawaban langsung dari Samuel, apa yang ingin ditanyakannya ini.
[Boleh mau tanya apa? Bebas kok mau nanya apa gak bayar] balas Samuel dengan cepat
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Yuli a
beda keyakinan gk ya...
tp kok samuel bls walaikumsalam...????🤔🤔🤔
2024-01-14
1