Kesalahpahaman

Saat sampai dirumah Sofia langsung buru-buru turun dari motor Danu. Dia tidak ingin bersama-lama dengan Danu.

Sofia langsung masuk ke rumah dan meninggalkan Danu diluar tanpa berterima kasih.

Danu turun dari motornya dan menurunkan barang bawaan Sofia. Dia duduk di kursi depan rumah Sofia, Danu berniat untuk menunggu pak Samsudin dan bu Santi sampai ke rumah. Sekalian pamit untuk pulang.

Setelah menunggu 15 menit akhirnya bu Santi dan pak Samsudin sampai dirumah. Dilihatnya Danu sedang duduk sambil memainkan handphone.

“Nak Danu ko tidak masuk? Dimana Sofia?” Tanya ibu.

Danu kaget dan langsung menoleh ke sumber suara.

“Iya bu Danu mau menunggu ibu dan bapak sampai dulu, untuk pamit pulang” jawab Danu.

“Kalau Sofia ada di dalam, mungkin sedang istirahat” lanjut Danu sambil tersenyum.

“Astagfirullah Sofia, kenapa tamu dibiarkan duduk diluar seperti ini? Tidak di beri minum juga” ucap ibu sambil marah-marah.

Danu merasa tidak enak, Sofia jadi dimarahi karena dirinya.

“Tidak apa-apa bu, Danu juga baru sampai. Setelah ini juga mau langsung pulang” ucap Danu sungkan.

“Tapi tetap saja nak Danu, masa tamu dibiarkan sendiri seperti ini? Benar-benar anak ini” ucap ibu sambil menahan kesal.

“Tidak apa-apa bu, kalau begitu Danu izin pamit pulang dulu ya. Ibu jangan marah pada Sofia, kasian dia baru sembuh sakit. Mungkin badannya masih tidak enak. Jadi mau cepat-cepat istirahat” ucap Danu menenangkan bu Santi.

“Mari pak bu, Danu pulang dulu” pamit Danu sambil bersalaman pada pak Samsudin dan bu Santi.

\~*\~

Sofia di dalam hanya mendengarkan sambil mendengus, bisa-bisanya ibunya itu marah padanya hanya karena ia membiarkan Danu diluar sendirian dan tidak diberi minum.

Sofia langsung pura-pura tidur saat orang tuanya masuk ke rumah.

Melihat Sofia yang tertidur pak Samsudin menahan istrinya untuk memarahi anak semata wayangnya itu.

“Sudahlah bu, mungkin Sofia memang masih tidak enak badan. Jadi mau cepat-cepat beristirahat” ujar bapak.

Ibu hanya bisa menghela nafas sambil menahan amarahnya. Dibiarkannya Sofia tidur dan beristirahat dengan tenang.

\~*\~

Danu pulang dengan perasaan senang. Senang rasanya bisa membonceng Sofia dimotornya.

Sofia terlihat cantik walaupun masih sedikit pucat. Tidak dia sangka akhirnya dia bisa bersama dengan Sofia sedekat itu.

Dulu saat Sofia pulang sekolah, ingin rasanya Danu memberinya tumpangan saat melihatnya berjalan dengan teman sekelasnya. Tapi apa daya Danu malu dan tidak berani mengajak Sofia pulang bersama.

Danu melajukan motornya sedikit cepat, dia ingin bertanya pada pak Malih tentang perkembangan sawahnya yang akan dijual.

‘Aku harus segera pulang. Sofia sebentar lagi lulus sekolah, pasti dia butuh banyak biaya untuk persiapan kuliahnya. Jadi sawah itu harus segera terjual’ ucap Danu dalam hati.

\~*\~

Malam hari saat semua berkumpul untuk makan malam, bu Santi berniat untuk menasihati Sofia.

“Nak kenapa tadi siang kamu biarkan nak Danu sendirian tanpa di beri minum seperti itu?” Tanya ibu.

Sofia hanya diam dan memutar matanya malas.

“Nak Danu sudah baik mau membantu kamu, kenapa kamu malah memperlakukan dia seperti itu? Tanya ibu lagi.

“Sudah lah bu, jangan marah seperti itu. Anak kita baru sembuh sakit, nanti malah sakit lagi” ucap bapak menengahi.

“Bapak ini bagaimana? Masa Sofia dibiarkan bersikap seenaknya pada orang yang sudah membantunya” jawab ibu kesal.

“Dia itu harusnya berterima kasih pada nak Danu, apalagi nak Danu mau membantu kita untuk membiayai kuliahnya Sofia” lanjut ibu.

Sofia jengah, dari tadi Danu terus yang ibu bicarakan. Emosinya meluap seketika.

“Memang Sofia meminta untuk di bantu? Tidak kan? Itu memang mas Danunya saja yang berinisiatif” ucap Sofia kesal.

“Masa Sofia harus menyukai mas Danu hanya karena mas Danu sudah membantu Sofia?” Tanya Sofia.

“Itu namanya membantu dengan pamrih, mas Danu mengharapkan imbalan karena telah membantu Sofia” lanjut sofia dengan perasaan tidak suka.

“Sudahlah sofia capek, Sofia tidak mau berdebat dengan ibu dan bapak” ucap Sofia sambil meninggalkan ruang tengah.

\~*\~

“Pak bagaimana sawah yang kemarin saya minta tolong untuk dijual? Apakah sudah ada perkembangan?” Tanya Danu pada pak Malih.

Danu sedang berkunjung ke rumah pak Malih yang tidak jauh dari rumahnya. Setelah bersih-bersih ia langsung bergegas kerumah pak Malih.

“Tidak bisa terjual secepat itu mas, saya sudah meminta tolong pada makelar untuk membantu menjual tanah itu dengan cepat” jawab pak Malih.

“Kira-kira berapa lama ya pak sampai terjual. Sebentar lagi Sofia lulus sekolah. Jadi pasti butuh banyak biaya untuk persiapan kuliahnya” ucap Danu khawatir.

“Kurang tau mas, besok mas Danu tanya sendiri saja pada makelarnya supaya lebih jelas. Nanti saya temani” ucap pak Malih.

“Baik pak” jawab Danu.

Danu menatap kosong jalan yang sedang di dilewatinya. Dia bingung bagaimana jika tanahnya tidak cepat terjual. Bagaimana jika Sofia jadi tidak bisa berkuliah karena dia tidak bisa mendapatkan uang dengan cepat?

Padahal dia sudah berjanji pada orang tua Sofia. Pasti Sofia akan sedih dan membencinya jika dia tidak menepati janji.

Danu menghela nafas berkali-kali. Dia tidak tau harus bagaimana supaya dia bisa mendapatkan uang dengan cepat.

Sesampainya dirumah Danu terus saja berfikir bagaimana caranya untuk mendapat uang untuk biaya kuliah Sofia.

Sampai akhirnya dia tersadar kalau dia mempunyai tabungan sebesar 5 juta di rekeningnya. Dia yakin itu tidak akan cukup untuk biaya kuliah Sofia.

Tak lama dia melihat traktor dihalaman rumahnya. Ia berfikir untuk menggunakan traktor tersebut untuk bekerja. Membajak sawah orang lain. Biasanya dia suka dimintai bantuan untuk membajak sawah dan diberi upah yang lumayan.

Dia hanya perlu bekerja keras untuk menghasilkan uang. Kalau perlu dia juga akan membantu pak Rudi memetik cengkeh di kebunnya.

Pak Rudi merupakan orang yang kaya di kampungnya. Dia punya banyak sawah dan perkebunan di sini. Jadi pasti pak Rudi mau memberikan Danu pekerjaan jika Danu berusaha dengan keras.

\~*\~

Keesokan paginya Danu diantar pak Malih untuk bertemu makelar yang akan membantunya untuk menjual tanahnya.

Tidak lama sampailah Danu di sebuah restoran di pinggir jalan. Disana sudah ada pak Tio yang menunggunya dan pak Malih.

“Selamat pagi pak Tio, saya Malih yang kemarin bertemu dengan bapak. Ini teman saya mas Danu yang ingin menjual tanah yang kemarin saya tunjukan” ucap pak Malih pada pak Tio sambil berjabat tangan.

“Salam kenal pak, saya Danu” ucap Danu sambil tersenyum dan berjabat tangan.

“Jadi bagaimana pak Tio apakah tanah saya bisa terjual secepatnya?” Tanya Danu tidak sabaran.

Pak Tio hanya tersenyum.

“Mohon maaf mas Danu, tapi saya tidak bisa menjanjikan dengan cepat. Mungkin butuh waktu 3-6 bulan” ucap pak Tio.

Danu kaget dengan jawaban pak Tio. Kenapa harus selama itu. Sekarang sudah bulan Mei, dan Sofia pasti akan lulus tidak lama lagi.

“Tapi mas Danu tidak usah khawatir. Saya usahakan secepatnya. Karena saya lihat sawahnya terletak di lokasi yang strategis lalu kondisinya juga sangat bagus, sepertinya tanahnya juga sangat subur. Jadi pasti tidak butuh waktu lama untuk menjualnya” kata pak Tio menambahkan.

“Alhamdulillah, kalau begitu saya minta tolong ya pak. Kalau bisa bulan ini tanah itu sudah terjual, karena saya butuh uangnya secepatnya.” Ucap Danu.

“Iya mas Danu tenang saja, saya usahakan secepatnya ya. Tapi mungkin bayarannya akan lebih besar karena saya harus berusaha lebih keras” ucap pak Tio sambil tersenyum.

“Iya pak, yang penting bapak usahakan secepatnya tanah itu bisa terjual” jawab Danu.

Danu tidak berfikir panjang lagi. Dia hanya ingin tanah itu segera terjual dan dia bisa membantu Sofia untuk berkuliah.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!