Diskusi

Keesokan harinya di sawah, Danu sedang beristirahat dan berteduh di saung. Tak lama pak Malih mengikuti Danu untuk beristirahat.

“Pak bagaimana cara menjual sawah dengan cepat? Saya butuh uang sekarang” tanya Danu.

Pak Malih heran, kenapa tiba-tiba Danu ingin menjual sawahnya.

“Untuk apa toh mas? Ko mau jual sawah tiba-tiba?” Tanya pak Malih.

“Danu butuh uang untuk biaya kuliah Sofia” jawab Danu.

“Kasian Sofia pak, dia sampai sakit karena tidak di izinkan berkuliah oleh orang tuanya” lanjut Danu.

Pak Malih menatap Danu ragu, bisa-bisanya majikannya ini membantu orang lain tanpa pamrih. Walaupun pak Malih tau kalau majikannya ini menaruh hati pada Sofia.

“Memang apa imbalannya kalau mas membantu Sofia? Langsung bisa dinikahi?” Tanya pak Malih serius.

“Suuit, ngawur bapak ini. Jangan bicara sembarangan. Memang apa salahnya kalau membantu orang lain?” Ucap Danu.

“Tidak ada yang salah sih. Tapi saya heran ko mau-mauan mas membantu Sofia untuk berkuliah. Biaya kuliah kan mahal. Mas sendiri saja tidak kuliah” kata pak Malih.

“Apalagi saya yakin kalo orang tuanya Sofia pasti tidak akan bisa mengembalikan uang yang sudah dipinjamkan mas Danu” tambahnya.

Danu heran, bagaimana bisa pak Malih tidak ada rasa kasihan sama sekali pada orang lain. Sampai mempertanyakan dan merendahkan orang lain seperti itu.

“Bukanya saya melarang. Tapi mas ini ko jadi orang terlalu baik sekali. Mau membantu tanpa menginginkan imbalan” kata pak Malih.

“Kalau memang nantinya Sofia akan menerima mas sebagai pasangannya. Saya tidak akan melarang. Malah saya akan mendukung 100% keputusan mas Danu” tambah pak Malih.

Danu berfikir lama, dia tidak tau apa yang harus dia lakukan. Dia memang menyukai Sofia, sudah cinta malah. Tapi dia tidak mau membuat Sofia terbebani dengan perasaannya.

Danu pernah mencoba untuk mengungkapkan perasaannya saat itu. Tapi Sofia menganggap itu bercanda dan malah sedikit menjaga jarak darinya. Jadi Danu merasa cukup tau diri saja.

Mana mungkin Sofia yang cantik dan ceria itu mau dengan laki-laki sepertinya. Belum punya apa-apa, tidak tampan dan tidak punya orang tua juga.

Malu rasanya kalau dia memaksakan perasaannya pada Sofia.

“Tidak apa-apa pak. Sekarang yang penting bapak bantu saya saja menjual sebagian sawah disana” tunjuk Danu pada bagian sawah yang dekat dengan jalan raya. Pasti harganya lebih mahal dari petak sawah yang lain. Karena lebih strategis.

“Hahh, mas ini sudah di kasih tau, tidak mengerti juga. Ya sudahlah terserah mas saja” pak Malih menjawab dengan pasrah.

\~*\~

“Heuum haus” ucap Sofia terbangun dari tidurnya.

Dilihatnya ruangan tempat dia tidur sekarang. Ternyata bukan kamarnya sendiri. Tapi ada ibu yang sedang melipat pakaian di kasur sebelahnya.

“Bu Sofia haus, boleh tolong ambilkan minum?” Tanya Sofia.

Bu Santi bingung dan kaget melihat Sofia bangun, dia bersyukur dan buru-buru mengambil air untuk Sofia.

“Ini nak diminum dulu, pelan-pelan saja” ucap bu Santi sambil membantu Sofia duduk.

“Alhamdulillah, kamu sudah siuman nak” kata bu Santi sambil memeluk Sofia.

Sofia yang bingung hanya diam saja.

“Kamu sudah tidur selama dua hari, baru bangun hari ini. Ibu khawatir sekali” ucap ibu.

“Memang aku kenapa sampai dibawa ke puskesmas?” Tanya Sofia.

“Kamu pingsan nak, setelah semalaman menangis, kamu tidak makan sama sekali sampai sore. Sorenya ibu bangunkan tidak bangun-bangun, jadi ibu langsung saja bawa kamu kesini dibantu nak Danu” ucap ibu.

Sofia hanya diam mendengarkan. Dia masih marah pada ibunya karena masalah kuliah.

“Nak Danu orangnya baik sekali, dia mau membantu kamu untuk berkuliah nanti” ucap ibu memberitahu Sofia.

Sofia terbelalak, Ia senang tapi juga bingung. Kenapa mas Danu mau membantunya untuk berkuliah?

“Yang benar bu? Jadi Sofia bisa berkuliah nanti?” Tanya Sofia sumringah.

“Iya benar, kemarin nak Danu sendiri yang bilang. Katanya dia mau membiayai kuliahmu” jawab ibu.

“Tapi ibu minta kamu yang baik ya sama nak Danu. Dia sepertinya menyukaimu nak” tambah ibu.

‘Apalagi ini? Kenapa tiba-tiba ibu bilang kalau mas Danu menyukaiku. Apa jangan-jangan dia membantuku karena mengharapkan imbalan untuk disukai balik olehku’ ucap Sofia dalam hati.

‘Heum licik sekali, aku tidak suka orang seperti dia. Memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan’ lanjut Sofia dalam hati.

“Kenapa diam saja? Kamu juga suka kan sama mas Danu?” Tanya ibu pada Sofia.

“Kenapa ibu bilang seperti itu? Sejak kapan aku menyukai mas Danu?” Tanya Sofia.

“Loh bukannya iya, ibu lihat kamu suka senyum-senyum kalau digoda sama asistennya nak Danu. Ibu kira kamu juga suka padanya” jawab ibu.

‘Bagaimana bisa ibu menyimpulkan begitu. Aku senyum seperti itu karena tidak enak pada mas Danu. Dia terlihat tidak nyaman saat pak Malih menggodanya dan menjodoh-jodohkan mas Danu dengan dirinya’ ucap Sofia dalam hati.

“Masa aku harus cemberut saat digoda. Kan tidak sopan, jadi ya aku tersenyum saja” ucap Sofia.

“Ya sudahlah, toh kamu bukannya tidak suka juga. Karena sekarang kamu sudah tau kalau nak Danu suka sama kamu. Jadi kamu harus bersikap baik padanya” ucap ibu.

“Kalau bisa ya balas juga perasaannya” tambah ibu.

Sofia kesal. Kenapa dia harus menyukai mas Danu juga. Perasaan kan tidak bisa di paksakan.

‘Mas Danu memang licik. Mentang-mentang kaya jadi bisa memanfaatkan orang dengan hartanya. Dia fikir dengan membantuku akan membuat aku menyukainya? Memang aku mata duitan?’ Gerutu Sofia dalam hati.

\~*\~

Setelah tiga hari, Sofia akhirnya sudah di izinkan pulang oleh dokter. Keadaannya sekarang sudah lebih baik.

Ternyata Danu sudah ada di depan puskesmas dengan motornya. Dia berniat untuk menjemput Sofia dan mengantarkannya pulang kerumah.

Sofia yang melihat itu merasa kesal, ditekuk wajahnya masam sambil melihat Danu tidak suka.

“Ayo Sofia naik motor bareng nak Danu saja. Biar bapak dan ibu naik angkot ke rumah” ucap ibu.

Sofia menatap ibu tidak percaya. Bagaimana bisa ibunya menyuruhnya seperti itu.

“Tidak bu, ibu saja yang naik motor. Biar Sofia dan bapak yang naik angkot. Toh Sofia juga baru sembuh, nanti kalau naik motor Sofia bisa masuk angin lagi” ucap Sofia sambil menahan kesal.

“Ohiya saya tidak berfikir seperti itu, ya sudah Sofia naik angkot saja supaya tidak masuk angin. Nanti biar saya yang bawakan barang-barangnya kerumah” ucap Danu.

Ibu membuka tasnya dan mengambil jaket untuk dipakai Sofia.

“Ini ada jaket. Ibu sengaja bawa yang tebal untuk dipakai Sofia” kata ibu.

Akhirnya mau tidak mau Sofia pulang dengan Danu naik motor. Sekuat tenaga Sofia berpegangan pada bagian belakang motor. Ia tidak mau memberikan kesempatan Danu untuk dekat dengannya.

Terpopuler

Comments

Renji Abarai

Renji Abarai

Jangan tinggalin aku kaya gini thor, aku butuh kelanjutannya 😭

2024-01-09

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!