Keesokan harinya, badanku terasa jauh lebih baik. Ibu membuatkan nasi goreng dengan telur dadar yang rasanya mirip dengan buatan eyang. Kuulas lengkung senyum kala otak kembali bernostalgia. Di sini, di rumah ini akan riuh ketika aku versi kecil datang dan eyang akan kembali mengeluh sepi ketika aku kembali pulang. Ya, setelah dewasa, aku jadi paham.
"Makan yang banyak lalu minum obat!" pinta ibu yang lekas kujawab dengan anggukan kepala.
"Nanti ayah bantu beresin halaman depan Zal! banyak rerumputan."
"Iya yah."
Sekitar pukul sembilan, kegiatan pembersihan dan perapian halaman kami mulai. Meski belum benar-benar sehat, aku tetap membantu ayah. Selain itu, ibu juga mengajak untuk berkeliling ke tetangga sekitar. Kupikir, ada sesuatu yang penting ternyata sekedar berbincang sebentar lalu meminta bibit tanaman ke para tetangga sekitar.
"Buk.. Rizal malu," keluhku pelan.
"Ngapain malu? Ini tuh di desa. Semua warga baik ke sesama. Jangankan bibit tanaman kecil begini, panen apa pun sering dibagi. Kamu belum pernah tinggal di desa makanya merasa tidak enak," kilah ibuku dengan serentetan pembelaan.
Ah sudahlah, enggan berdebat dan tidak enak juga kalau dilihat. Kuputuskan untuk mengimbangi ibuk, berjabat tangan berkenalan, mengulas senyum saat ibuku berbincang hingga kemudian muncul sebuah pertanyaan yang tanpa pikir panjang, aku lontarkan.
"Bude, apa bude tahu rumah Sulastri? Gadis yang pendiam dan terlihat tertutup gitu bude."
"Oh Sulastri, anaknya mbak War itu. Rumahnya di sana! (sembari menunjukkan arah) kenapa nanyain dia? Kamu kenal?"
"Bukan kenal sih bude tapi sempat datang ke rumah," jawabku.
"Iya tuh kata si Suji, Sulastri gila ya?" timpal ibuku.
"Ya, bisa dibilang begitu."
"Awal mulanya gimana sih?"
"Awalnya, em.. Dulu, dia lahir normal, tumbuh normal juga seperti bayi dan balita pada umumnya tapi lambat Laun dia mulai aneh, suka bicara sendiri. Kalau orang di sini nyebutnya sih, dia itu bisa ngomong sama demit (setan). Punya kelebihan khusus gitu tapi sayangnya, kayaknya badannya gak kuat jadi gila sekarang," jelas Bu Tanah, salah seorang tetangga yang kupanggil bude.
"Oh, bisa jadi gitu ya kalau gak kuat? Untung anakku gak bisa lihat yang begituan."
"Iya alhamdulilah."
...🌟🌟🌟...
Setelah membawa beberapa bibit tanaman, kami kembali ke rumah dan bergegas menanamnya. Halaman depan telah rapi dan tanpa pemberitahuan lebih dulu, ayah telah membeli beberapa puluh blok paving untuk mendekorasi taman agar lebih aestetik lagi.
"Bakalan sibuk sekali ini," benakku di dalam hati.
...🌟🌟🌟...
Keesokan harinya, ibu masak besar. Sedari pagi, sudah ada beberapa tetangga yang membantunya memasak. Kutanya ada apa? Ibu menjawab kalau hari itu, ibu ingin membagikan nasi kotak ke tetangga sebagai tasyakuran kecil-kecilan, pertanda kalau kamu akan tinggal lama di sana. Hemm.. ibu memang suka seperti ini. Apa yang ada di otaknya, lekas direalisasikan mesti tanpa persiapan yang matang.
"Ya sudah, Rizal bantu ayah dulu ya buk di depan!"
"Iya."
Saat berjalan ke depan, masih sempat kudengar kalau salah seorang dari tetangg menyarankan ibu untuk membuat acara kirim doa dan mengaitkan sakitku dengan penampakan hantu perempuan yang jatuh menembus tubuhku. Katanya, aku sakit karena energiku terkuras setelah melihat penampakan. Entahlah, ibuku percaya atau tidak dan tidak tahu juga, ibu akan mengikuti saran kirim doa atau tidak. Aku sibuk membantu ayah di depan.
...🌟🌟🌟...
Sekitar pukul sebelas siang, semua nasi kotak telah selesai dipacking. Kami semua makan siang sebelum kemudian mulai membaginya ke para tetangga. Saat itulah aku berinisiatif untuk mengantarkan nasi kotak ke rumah Sulastri.
"Kamu masih penasaran Zal sama dia?" tanya ibu.
"Iya buk masih, Rizal pengen tahu rumahnya, pengen tahu orang tuanya dan gimana ya? Seperti ada yang mengganjal gitu."
Ibu menghela napas lalu menyerahkan satu kantong berisi nasi kotak padaku.
"Ingat ya! Jangan bicara macam-macam apalagi yang menyinggung perasaan! Jaga pandangan juga, Jangan menunjukkan tatapan yang seolah mengejek!" pesan ibu.
"Iya Bu Rizal tahu."
...🌟🌟🌟...
Kulangkahkan kaki menuju rumah Sulastri. Tentu saja dengan bertanya ke tetangga juga biar tidak salah rumah. Ternyata, rumah Sulastri tidak seberapa jauh. Rumahnya sudah permanen dengan ubin yang belum dikeramik. Halaman rumah terdapat dua buah pohon belimbing dan beberapa bunga. Aku mendekat seraya mengucapkan salam. Lama sekali tapi tidak ada menyahuti.
Sebenarnya tidak boleh tapi aku, mulai celingukan. Mencuri pandang mencari si empunya rumah. Aku juga berjalan berkeliling hingga ke halaman belakang juga. Masih belum menemukan siapa-siapa. Namun, tidak sepenuhnya tak ada apa pun sebab di sana, aku sempat menyandung sebuah batu yang setelah kuperhatikan, itu adalah nisan.
Deg..
"Nisan?"
Kuperhatikan seksama tapi tidak terbaca jelas nama siapa yang tertulis di nisan tersebut.
"Ada apa mas?"
"Eh.."
Aku terjingkat seraya lekas membalikkan badan.
"Maaf buk! Saya Rizal, bermaksud mengantarkan makanan ke pemilik rumah ini."
"Acara apa?"
"Saya beserta keluarga memutuskan untuk tinggal di sini, menempati rumah eyang Sari yang sudah meninggal."
"Oh iya-iya saya ingat, kamu cucunya ya?'
"Iya benar."
"Baiklah saya terima, ini rumah saya, terima kasih ya!"
"Oh iya buk, sama-sama. Em, kalau boleh tahu, apa ibu tinggal sendiri di sini?"
"Tinggal berdua dengan anak saya. Terima makasih ya!" ucap si ibu sembari berbalik badan seraya berjalan masuk ke dalam rumah.
Seolah ingin segera mengusirku agar aku tidak bertanya lebih banyak. Kuhela napas dalam-dalam, melirik sesaat ke nisan yang tadi sempat kulihat sebelum kemudian berjalan kembali ke rumah. Ya, kuingat pesan ibu agar aku menjaga sikap, aku pun pulang.
"Nisan siapa itu ya? Hanya tinggal dengan anaknya? lalu itu.. makam siapa? Suaminya? Ya kalau suaminya sudah meninggal kalau belum? Tapi.. Di mana suaminya sekarang? Hemm..."
Semakin banyak pertanyaan yang bermunculan.
...🌟 BERSAMBUNG 🌟...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Ali B.U
next.
2024-04-14
1
Sari Yuliati Pani
mmng sih klo orang lg penasaran tuh agak ribet 🤔🤭
2024-03-29
1
༄༅⃟𝐐-ObiE𝆯⃟🚀
itu emak Sulastri mencurigakan.... 🙄
ada nisan pula dideket rumah... hhiii... serem...
2024-01-25
2