SULASTRI

Aku berlari tunggang langgang keluar kamar. Tanpa sadar membuat keributan hingga membuat kedua orang tuaku turut bangun panik dan gelagapan.

"Ada apa Zal?" tanya ibu sembari menggenggam lenganku.

Ayah hanya diam dengan tatapan serius menanti ceritaku. Sementara aku, masih berusaha menenangkan diri dengan wajah ketakutan.

"Ada cewek jatuh dari atas nembus badan Rizal Sampek nembus ranjang."

Akhirnya kubisa bercerita dengan napas yang tersengal. Ayah coba melihat keadaan kamar meski jelas, tidak mendapati apa-apa.

"Kamu yakin lihat cewek di kamar atau kamu ngigo kebawa mimpi habis ketemu cewek di depan tadi?"

"Em..."

Aku terdiam sebentar, memang biasanya hal-hal yang dialami atau dipikirkan menjelang tidur bisa terbawa ke alam mimpi kita tapi.. Untuk sosok yang jatuh tadi, aku yakin itu nyata.

"Sosok tadi nyata Bu, memang Rizal baru kebangun karena mimpi tapi tadi, Rizal lihat dengan sangat jelas," tegasku yang sudah bisa mengendalikan deru napas.

"Sini duduk sini! Buk, tolong ambilkan air putih untuk Rizal!" sela ayahku.

"Iya yah."

"Ayah sudah periksa ke kamar dan semuanya normal. Intinya, sudah tidak ada apa-apa tapi kalau kamu masih takut, kita berdua tidur di ruang tengah saja, bagaimana? Setidaknya, untuk malam ini."

Kupikir, ide ayah cukup baik. Aku pun mengangguk, menyetujui usul yang beliau sampaikan.

"Baru juga sampai, kenapa sudah semencekam ini?" pikirku.

🌟🌟🌟

Keesokan harinya, aku demam, meriang tak tertahan. Semenjak pagi sampai siang, sudah dua butir obat kulahap. Pikirku, hanya kecapean tapi dua obat tidak dapat membantu. Alhasil, selepas Maghrib, ayah mengantarku ke klinik untuk memeriksakan kondisiku dan setelah diberikan obat, kami pun pulang.

Sesampainya di rumah, kulihat ibu tengah berbincang di ruang tamu bersama salah seorang tetangga. Melihat kedatanganku, ibu bangkit seraya menanyakan beberapa pertanyaan sembari membuatkan teh hangat untukku. Kusapa tetangga kami juga sebelum pamit untuk beristirahat di kamar. Ibu menemaniku sebentar untuk minum obat setelah itu, memberiku ruang untuk beristirahat.

"Rizal baik-baik saja kan yah?" tanya ibuku.

"Tidak apa-apa kok dia, tenang saja! Sudah biarkan Rizal istirahat, kita keluar!"

"Iya."

"Yah!" panggilku menahan langkah keduanya.

"Iya?"

"Nanti, kita tetap tidur di ruang tengah ya!"

"Iya, kalau begitu, kamu pindah ke ruang tengah sekarang saja! ayah temani sambil minum kopi!"

Aku menganggu.

Entahlah, rasanya keberanianku belum kembali untuk bisa tidur sendiri lagi.

...🌟🌟🌟...

Ketika aku sedang berusaha untuk tidur, lamat-lamat kudengar ibu bercerita pada tetangga yang sekarang mengobrol bersamanya, bu Suji namanya. Ibu menceritakan perihal seorang gadis yang kemarin malam datang ke rumah hingga rentetan kejadian lanjutan yang akhirnya berujung pada sakitku. Kudengar, bu Suju malah balik bertanya perihal ciri-ciri gadis yang ibu ceritakan. Ibu pun menjelaskan dan perbincangan menjadi kian seru. Tanpa sadar, aku turut menunggu yang sayangnya, beliau tidak dapat memberikan jawaban akurat terkait cerita yang ibu tanyakan.

"Kalau gadis, memang ada beberapa di sini. Seusia anakmu juga ada beberapa tapi tentang siapa yang ke sini, aku harus lihat orangnya, baru bisa jawab," jelas Bu Suji.

Mendengar hal itu, kulonggarkan tajam telingaku dan kuputuskan untuk lanjut tidur. Namun, sesaat kemudian, terdengar ketukan pintu.

"Tok.. Tok.. Tok.. Tok... Tok.. ToK.."

Ketukan pintu ini menggangguku sebab diketuk secara berulang. Kudengar ibu telah menyahut dan berjalan keluar tapi pintu masih terus diketuk.

"Kamu lagi? Ini loh Ji, gadis ini yang kemarin datang, kamu kenal?"

Mendengar hal itu, segera kubangun seraya berjalan ke luar. Memang benar, gadis yang sama seperti kemarin malam. Saat aku datang, gadis itu kembali melihatku sesaat lalu fokus sesuatu yang lain lagi. Entah perasaanku atau memang benar seperti itu tapi memang aneh gadis ini. Ayah mengekor di belakangku tanpa mengatakan apa-apa.

"Oalah ini toh? Ini tuh Sulasti, anak tetangga di sini."

"Tapi kok dia..."

Merasa tidak enak, ibu lantas mendekat lalu berbisik di telinga Bu Suji.

"Tapi aneh Ji, tuh lihat! Dia cuma diam, ditanyai juga diam."

"Iya memang begitu dia. Jangan heran kalian, mas Rizal juga jangan heran. Sulastri ini, memang sudah mengalami gangguan mental sejak kecil. Keluarganya juga tertutup jadi sedikit misterius tapi untuk selebihnya, tidak ada keanehan. Dia (Sulastri) juga gak pernah ngamuk kayak orang gila kok atau melukai warga. Cuma suka berkeliaran dan bicara sendirian."

"Hemm begitu.." desah ibuku.

"Begini saja, kalian istirahat! Aku antar Sulastri untuk pulang! Sudah malam juga, biar ibunya (ibu Sulastri) tidak kebingungan."

"Begitu juga boleh Ji, terima kasih ya!"

"Iya. Saya pamit ya! Assalamu'alaikum!"

"Waalaikumsalam!"

Akhirnya, rasa penasaranku terobati tapi bukannya lega malah muncul penasaran yang baru lagi. Tentang keluarganya yang misterius dan juga penyebab Sulastri mengalami gangguan sedari kecil.

"Kasihan juga Sulastri itu ya? Kalau jaman ibu muda dulu, seusia dia sudah memikirkan pernikahan dan rasanya, usianya tidak terpaut jauh dari kamu Zal. Sayang sekali.." celetuk ibuku sembari mengunci pintu dan kemudian mematikan lampu ruang tamu.

Malam itu, aku beristirahat dengan sangat nyenyak meski ada pertanyaan baru yang kini muncul dalam otakku.

...🌟 BERSAMBUNG 🌟...

Hai, jangan lupa dukung karya penulis dengan membubuhkan like, vote dan juga komentar ya...

Terima Kasih 💕

Terpopuler

Comments

Ali B.U

Ali B.U

next

2024-04-14

1

Kustri

Kustri

trus yg nembus tubuh rizal sopo🤔
mgkin rep"en yo

2024-03-17

1

Fatimah Ziyadatul Khair

Fatimah Ziyadatul Khair

ku pikir sulastri tidak "gila". mungkin dia punya kemampuan melihat yang tak kasat mata dan dianggap aneh oleh keluarganya.

2024-02-07

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!