SESOSOK PEREMPUAN BERAMBUT PANJANG

Beberapa hari kemudian, terdengar pengumuman dari toa masjid (pengeras suara di masjid) yang mengimbau untuk seluruh warga berkumpul dan kerja bakti bersama. Moment yang pas untuk lebih mengenal warga sekitar. Aku dan ayah turut hadir dan membaur dengan para warga yang lain. Sat itu jugalah, aku berkenalan dengan pemuda-pemuda seusia denganku. Saling bertukar nomer WA (WhatsApp) juga. Saling mempersilakan kalau hendak berkunjung ke rumah.

Sekitar pukul sebelas siang, kerja bakti telah selesai. Satu persatu warga kembali ke rumah masing-masing. Pun sama denganku dan juga ayah. Di rumah, ibu telah memasak beberapa hidangan. Kami pun lekas makan siang bersama setelah membersihkan diri terlebih dahulu.

...🌟🌟🌟...

Malam di hari berikutnya, Ari berkunjung ke rumah. Dia adalah anak yang sangat cepat akrab dan asik dalam tongkrongan. Ibu menyuguhkan pisang rebus dan ubi rebus untuk kami nikmati sembari berbincang. Meski baru dua hari saling kenal, kami sudah sangat akrab. Tentu saja karena kepribadian Ari yang menyenangkan.

Dari Ari jugalah aku mendapatkan sebuah cerita mengenai Sulastri. Katanya, dulu Sulastri normal. Ari menuturkan kalau sewaktu kecil, mereka sering bermain bersama. Tidak ada yang aneh kecuali kebiasaan berbicara sendiri yang seringkali Sulastri lakukan. Setiap ditanya, Sulastri akan menjabarkan tentang sosok-sosok yang hanya bisa ia lihat seorang. Ari kecil sempat merasa takut tapi memilih untuk mengabaikan.

"Sejak usia berapa Sulastri jadi kian parah?" tanyaku.

"Parah ya? Aku tidak tahu pasti tapi sepertinya, dia menjadi aneh karena banyak warga yang mulai melarang anak-anaknya bermain bersama Sulastri."

"Ohya? apa mungkin Sulastri meras trauma karena dikucilkan hingga menjadi seperti sekarang?"

"Em.. Mungkin tapi.. Semakin kupikir semakin aneh juga. Aku selalu merasa kalau bukan hanya itu alasannya. Kamu percaya gak sih Zal kalau orang yang sering berinteraksi dengan makhluk halus, bisa kalah energinya dan jadi gila?"

"Kalau itu.. Jujur aku gak tahu Ri."

"Orang-orang beranggapan seperti itu dan sepertinya.. Anggapan itu, tidak sepenuhnya salah."

"Jadi, kamu mempercayainya juga?"

Ari mengangguk lalu kuhela napas dalam-dalam. Dalam benakku memiliki pendapat yang lain. Aku masih berpikir kalau trauma masa kecil yang akhirnya membuat Sulastri jadi begini. Andai sedari awal dibawa ke ahli kejiwaan, mungkin saja Sulastri dapat normal kembali.

"Zal, kamu ini kan dari kota? mulai kecil hingga dewasa di sana. Terbiasa dengan hingar bingar dan keramaian, apa di desa begini, kamu bisa kerasan?" tanya Ari.

Pertanyaan menarik dan dari pertanyaan itulah, kucurahkan segala yang aku rasakan. Tentang rasa nyaman dan tujuanku pindah ke sana. Ari memberikan dukungannya, dia merasa bangga padaku. Anak muda yang memiliki cita-cita sebagai petani. Ingin mengembangkan dunia pertanian dan semacamnya. Aiss, kurasa Ari terlalu berlebihan. Aku hanyalah seorang mahasiswa yang baru lulus dari bangku perkuliahan dan berencana untuk mempraktikkan hasil dari yang kupelajari selama ini. Ya sudahlah, anggap saja kebanggan Ari sebagai penyemangat sekaligus doa agar rencanaku berjalan dengan lancar.

...🌟🌟🌟...

Perbincangan ku dengan Ari mengalir begitu saja hingga tanpa terasa, jam menunjukkan pukul sembilan malam. Sebenarnya, masih seru kami berbincang tapi Ari, tiba-tiba tertegun sesaat lalu berpamitan untuk pulang. Setelahnya, dia sama sekali tidak berani menatap ke arahku. Setelah mengucap salam langsung melenggang tanpa menunggu dulu aku memberinya jawaban.

"Kenapa tiba-tiba menjadi aneh sih?" gumamku saat itu.

Kubereskan piring pisang rebus dan ubi rebus ke dalam dapur lalu kembali lagi ke depan untuk mengunci pintu. Gorden kutarik lalu tak lupa kumatikan lampu ruang tamu.Tidak ada yang aneh kecuali saat kulewati bufet kaca ruang tengah. Ekor mataku melihat sesosok perempuan berambut panjang turut berjalan di belakangku. Aku terhenyak dan reflek berjalan mundur untuk meyakinkan. Aku berdiri di depan bufet kaca sembari memandang diri sendiri. Tidak ada siapa pun. Namun, saat aku hendak melangkah, sekali lagi ekor mata melihat sosok yang sama.

Deg..

"Apa ini? Salah lihat lagi?" tanyaku di dalam hati.

Jujur, aku takut sekali karena untuk kedua kali, kulihat sosok yang sama berjalan di belakangku tepat. Sangat dekat seolah menempel pada punggungku ini. Dalam bimbang kuputuskan untuk lanjut berjalan lalu masuk ke dalam kamar. Duduk di tepian ranjang sembari menimbang.

"Ngaca gak ya? Ngaca gak ya? Ngaca gak ya?"

Setelah bergelut dengan batin selama beberapa detik akhirnya aku bangkit. Memposisikan diri berdiri menghadap ke cermin. Aku terdiam cukup lama dengan ekspresi datar.

"Tidak ada siapa-siapa. Oke fix, aku sudah mulai ngantuk hingga mengganggu penglihatan ku."

Aku pun kembali ke ranjang, merebahkan diri untuk kemudian memejamkan mataku. Sialnya, malam itu aku kesulitan untuk tidur. Pikiranku melayang memikirkan sosok yang entah benar ada ada sekedar halusinasiku saja dan entah berapa jam telah berselang hingga akhirnya, aku terlelap dengan sendirinya.

...🌟 BERSAMBUNG 🌟...

Terpopuler

Comments

Ali B.U

Ali B.U

next,

2024-04-14

1

༄༅⃟𝐐-ObiE𝆯⃟🚀

༄༅⃟𝐐-ObiE𝆯⃟🚀

udah beberapa kali ketemu hal yang janggal... tapi ngapa Rizal masih bertanya² kalau yang dia temui itu hantu atau sekedar halusinasi... 😳

mungkin gak sie, si Rizal kena terror mulu itu karena rumah yang ditempatinya emang rada horror atau memang tuh hantu ada hubungannya ama Rizal??? 🤔
si Ari juga abis ngeliat penampakan tuh pasti, jadi langsung pamit pulang... 🙄

2024-01-25

1

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

kenapa Rizal yg baru datang ke desa lngsng di hantui ya 🤔🤔

2024-01-10

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!