Setelah meninggalkan Alex, Zoya berpamitan dengan kedua sahabatnya. Hari ini ia perlu waktu menyendiri, haruskah hari ini ia mengunjungi ibunya. Namun sia-sia saja bila kesana, sudah pasti ibunya akan mengabaikannya. Berulang kali Zoya memikirkan tujuannya. Akhirnya kakinya memilih melangkah ke rumah ibunya.
Disepanjang perjalanan Zoya bingung bagaimana merangkai kata untuk meminta bantuan dengan ibunya. Akhirnya sampailah dia di penghujung tujuannya. Ia takut untuk masuk ke dalam, tiba-tiba pintu terbuka. Ibunya pun kaget mendapati Zoya di depan pintu rumahnya.
"Ayo masuk! Kenapa tidak berkabar kalau mau singgah?" tanya Ibu penasaran.
"Ah, tadi kebetulan bertemu dengan teman di dekat sini, jadi Zoya memutuskan untuk singgah ke sini, Bu." Zoya menjawab asal pertanyaan ibunya.
"Padahal tujuanku kemari ingin mendapat penghiburan. Hais, rasanya sia-sia saja aku datang kemari," rutuk Zoya dalam hati.
Mereka berdua terdiam membisu tanpa ada satupun yang memulai pembicaraan.
"Bu, apakah ibu sudah mendengar berita tentang ayah?" Zoya memecah keheningan dengan berusaha mencari topik pembicaraan.
"Katanya ayah akan menikah lagi dan sekarang anak ketiganya sudah masuk SMP ...,"
Belum selesai Zoya bicara, ibunya sudah menyambar menanggapi perkataan Zoya,"Siapa bilang dia anak ketiga? Sejak kapan posisimu sejajar dengan anak dari wanita itu. Kamu adalah satu-satunya anak ayahmu. Ingat itu, Zoya. Hah, pembicaraan ini membuat ibu kesal saja."
Ibu pun meninggalkan Zoya di ruang tamu. Ia bingung ada apa dengan anak gadisnya. Tiba-tiba datang kemari malah membahas masalah ayahnya. Apakah mungkin putrinya ada masalah? Selama ini memang Zoya jarang sekali bercerita mengenai masalahnya. Ia hanya mengetahuinya dari cerita sahabat putrinya, Karin.
Zoya yang ditinggal ibunya, hanya meratapi nasibnya. Ia pun setengah menyesal mengunjungi ibunya. Seharusnya ia langsung saja pulang ke rumah. Alih-alih mendapat solusi, mereka hanya terdiam dan terpaku dengan masa lalu.
"Aku hamil diluar nikah. Tadinya aku ingin meminta saran dari ibuku. Namun sampai disini mulutku terkatup rapat seolah enggan mengatakannya kepada ibu. Rasanya diriku sudah mengetahui lebih dulu bagaimana reaksi ibuku sehingga aku enggan mengatakannya. Apalagi bagi ibu hamil diluar nikah itu merupakan dosa besar. Tentu saja ibu pasti langsung menyuruhku aborsi." Zoya melamun dengan segala keruwetan pikirannya hingga tak menyadari kalau ibunya sudah duduk kembali di hadapannya.
"Ibu masih membenci ayah?"
"Zoya, dari tadi bicaramu berputar-putar, sebenarnya apa yang ingin kamu katakan?"
"Bu, kenapa ibu membenci kelahiran Zoya?"
"Zoya sepertinya hari ini kamu mengatakan omong kosong lagi. Kalau kamu hanya ingin membahas ini lebih baik kamu pulang saja!" perintah Ibu.
Zoya masih kekeuh duduk di kursinya. Ia benar-benar ingin mengetahui alasan ibunya membenci kelahirannya. Ia berharap jawaban ibunya bisa menentukan kemana ia harus melangkah dengan bayi di rahimnya.
Sang ibu yang terus dicecar pertanyaan itu, akhirnya dengan enggan menjawab pertanyaan Zoya, putrinya.
"Zoya, dengarkan perkataan ibu! Ibu tidak pernah membencimu, maafkan ibu karena dulu sempat menyakiti hatimu, nak. Saat itu ibu masih muda, sehingga kehamilan yang tak berencana membuat ibu juga kebingungan, apalagi saat itu karir ibu sedang cemerlang. Pada masa itu ibu menganggap karir adalah segala-galanya. Maaf Zoya, ibu bukanlah sosok yang mudah mengekspresikan kasih sayang. Jadi maafkan ibu kalau selama ini kamu sudah salah paham" jelas ibu panjang lebar.
Zoya hanya bisa menangis mendengar penjelasan ibunya, berarti selama ini ia sudah sangat jahat dengan membenci ibunya. Mereka berdua pun berpelukan dengan diiringi isak tangis.
Hai, bagaimana kabarnya kalian semua? Semoga selalu dalam lindungan Tuhan YME.
Jangan lupa kalian baca kelanjutan novelnya ya!
Kalau mau aku cepet update komen mau di kolom komentar🤗
Jangan lupa like, komen, subscribe dan vote ya😉
Love you sekebon, reader🤗🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments