Bab 3

"Saya bertanya, apakah suami anda tidak ikut kesini?" tanya dokter itu.

Zoya bingung harus menjawab apa, ingin rasanya berbohong, ia malu harus mengatakan kenyataanya.

"Anda tahu kan kalau aborsi itu ilegal," tiba-tiba Bu dokter mengatakan hal itu.

"Selain itu klinik ini tidak melayani aborsi. Jadi apabila anda berpikir demikian, harap urungkan niat anda atau pergilah ke rumah sakit lain," lanjutnya.

Zoya yang menerima ceramah dadakan bertubi-tubi, tiba-tiba meneteskan air mata. Ia tak menyangka kalau dokter tersebut berpikir ia akan melakukan aborsi. Padahal ia hanya ingin memeriksakan kandungannya. Walaupun harus menjadi ibu tunggal, ia tidak akan menggugurkan kandungannya.

"Bu dokter, walaupun hamil diluar nikah tidak patut dibanggakan. Tapi saya tidak terpikir sedikit pun untuk melakukan aborsi. Walaupun seorang diri, saya pasti akan membesarkan anak ini, Bu."

Selesai mengucapkan apa yang dipikirannya, Zoya langsung meninggalkan ruangan itu. Baru saja ia keluar ruangan tiba-tiba Rena langsung menghampirinya.

"Bu Zoya, apa pemeriksaannya sudah selesai? Lantas bagaimana hasilnya, Bu?" tanya Rena antusias.

"Hmm, alamak jawab apa lagi nih? Masa bohong lagi?" rutuk Zoya dalam hati.

" Sebenarnya ibu tadi ada pemeriksaan kanker, karena beberapa bulan terakhir haid ibu tidak lancar, ibu jadi kepikiran deh untuk periksa," imbuh Zoya.

Belum ada satu menit Zoya menjawab tiba-tiba seorang perawat memanggilnya.

"Pasien Zoya, jangan lupa hasil USG bayi anda," teriak perawat itu dengan semangat.

Zoya langsung membatu, menahan malu didepan anak didiknya. Bagaimana mungkin ia berbohong dua kali langsung ketahuan pula. Kalau bisa menghilang mungkin ia sudah berharap menghilang ke tempat yang jauh saja. Zoya benar-benar malu saat itu. Di tengah kebingungannya, Alex langsung membawanya pergi meninggalkan keponakan dan sahabat Zoya.

"Sudah agak tenang bukan?" tanya Alex pelan

"Apa?"

"Habisnya kamu terlihat gelisah seperti mengkhawatirkan sesuatu. Apalagi sampai berbohong, itu semua pasti ada alasannya bukan," selidik Alex.

"Saya tahu apa yang pamannya Rena khawatirkan, tindakan saya memang tidak dibenarkan ...,"

"Bu Zoya, nama saya Alexander bukan pamannya Rena," imbuh Alex.

"Ya tuhan perkara nama aja sampai dimasalahin. Dasar nyebelin. Dari tadi songong banget sih. Kenapa juga sok-sok peduli dengan masalahku," rutuk Zoya dalam hati. Zoya pun dengan sabar memasang wajah manisnya, padahal kenyataanya ia sudah jengkel setengah mati.

Zoya pun kembali menjelaskan agar masalah kehamilannya jangan sampai tersebar di forum sekolah. Ia harus dengan sungguh-sungguh meyakinkan si paman sombong ini agar tidak menyebarkan gosipnya di forum orang tua siswa. Sesungguhnya ia sudah malas beramah tamah dengan pria di depannya, tetapi demi kelangsungan hidupnya ia harus bersabar menghadapi pria sombong ini. Ekspresi dan nada bicaranya benar-benar seperti mengejek kondisinya. Zoya pun jadi ragu, apa benar pria itu pria yang sama saat kejadian itu.

Zoya pun memohon agar Alex bisa memisahkan masalah pribadinya dan urusan di sekolah. Ia berjanji, apapun yang terjadi dalam kehidupan pribadinya, tidak akan mempengaruhi kinerjanya di sekolah. Memang kalau masalah moral, perilaku Zoya sebagai seorang pengajar sudah pasti salah. Tapi ia berharap semoga pamannya Rena tidak menyebarluaskan masalah pribadinya. Zoya masih berharap bahwa pria ini akan sedikit membantunya. Setelah selesai menyampaikan apa yang ada dipikirannya Zoya langsung pergi beranjak dari kursinya dan meninggalkan pria itu sendiri. Baru selangkah Zoya berjalan, tiba-tiba pria itu menanyakan sesuatu.

"Apakah itu anakku?"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!