Bab 4

Alex menatap perut Zoya lekat-lekat. Hal itu benar-benar membuat Zoya risih.

"Bukan tuh, ini anak saya," ucap Zoya.

"Benarkah? Saya baru mau bicara serius tapi kamu sudah mau pergi" Alex sekali lagi memastikan pemikirannya.

"Dia mau ngomong apa sih?" rutuk Zoya dalam hati.

Zoya kembali ke kursinya dan sekali lagi mereka duduk berhadapan.

Alex pun langsung bertanya sekali lagi, "Saya akan bertanya lagi, apakah ayah dari anak itu adalah saya?"

"Bukan," Zoya langsung menjawab dengan cepat.

"Saya tidak paham kenapa anda bisa menarik kesimpulan seperti itu. Bukankah kita tidak memiliki hubungan apa-apa," imbuh Zoya.

"One night stand," Alex langsung mengingatkan Zoya pada malam bergairah itu.

Zoya hanya diam termangu. Ia tak tahu harus mengatakan apa lagi. Karena kenyataannya Alex memang ayah dari bayinya. Tapi disisi lain ia tidak berniat untuk menikah dengan Alex. Sedangkan Alex malah terus mendesaknya.

Alex pun bingung dengan wanita di depannya. Ia sangat yakin bahwa ia adalah ayah dari si calon bayi. Tapi kenapa wanita ini malah terus menolak tanggung jawabnya. Padahal di luaran sana semua wanita tergila-gila padanya.

"Nona Zoya, apakah itu bayiku? Saya mohon jujurlah dengan saya agar saya bisa membantu menyelesaikan masalah ini."

Cukup lama Alex menanti jawaban Zoya. Namun bukan kejujuran yang ia dapatkan, malah Zoya berbohong lagi dengan mengatakan ia sudah memiliki pacar. Zoya menjawab bahwa anak ini adalah hasil buah cintanya dengan pacarnya. Tentu saja, Alex tidak mudah percaya. Ia yakin seratus persen bahwa itu adalah anaknya.

Disisi lain Zoya merasa kesal dengan Alex. Tak henti-hentinya Alex meyakinkan Zoya bahwa ia adalah ayah dari janin ini. Memang benar sih kalau Alex adalah ayahnya. Namun saat ini Zoya benar-benar dalam kondisi tidak ingin menikah. Ia bingung apa yang haru dikatakan untuk menolak tanggung jawab pria ini.

"Nona Zoya, kenapa anda begitu menyangkalnya?" Alex tak habis pikir dengan pemikiran Zoya.

"Saya sudah bilang berkali-kali ini bukan anak anda, kenapa anda ngeyel sekali sih!"

Alex diam dalam pikirannya. Meskipun sulit dimengerti, semua petunjuk mengarah pada dirinya. Akhirnya Alex pun mengalah dan memberi waktu bagi Zoya untuk berpikir lagi. Mungkin hari ini ia terlalu memaksanya untuk menerima dirinya sebagai ayah dari anaknya.

"Nona Zoya tampaknya anda perlu waktu berpikir. Jadi kita akhiri saja hari ini. Saya harap di pertemuan selanjutnya anda bisa jujur dengan saya," kata Alex

"Hah, pertemuan selanjutnya? Saya tidak ingin bertemu anda lagi," Zoya berteriak keras sambil beranjak dari kursinya.

"Wah, benar-benar pemarah. Bagaimana nanti kalau dia menjadi istriku ya? Bisa perang dunia terus nih!" gumam Alex sembari tersenyum membayangkan masa depannya.

Setelah keluar dari cafe, ponsel Zoya berdering, tampak nama Karin terpampang di layar ponselnya.

"Kenapa, Rin?"

"Gimana hasil pembicaraanmu Zoya?"

"Ya begitu saja, aku menolaknya untuk bertanggung jawab, Rin."

Karin yang mendengar penjelasan Zoya, langsung kesal dengan tingkah sahabatnya itu.

"Hei, Zoya. Seharusnya kamu terima saja tanggung jawabnya. Bagaimana nasib bayimu? Apakah kamu sanggup membesarkan bayi itu sendirian. Jangan terpaku masa lalu, nasib pernikahanmu belum tentu sama dengan pengalaman orang tuamu. Jangan egois, Zoya. Pikirkan calon bayimu,"

Zoya hanya terdiam mendengar ceramah dari Karin. Memang benar ia egois karena trauma akan kegagalan orang tuanya. Ia pun mengakhiri obrolannya secara sepihak. Benar, ia butuh waktu berpikir. Haruskah ia ke rumah orang tuanya?

Halo teman-teman perkenalkan aku rose.rossie, author dari "Dihamili Berondong".

Aku harap teman-teman menyukai ceritaku ya!

Kalau mau aku up lagi, yuk komen mau di kolom komentar

Jangan lupa like, comment vote dan beri rating 5 ya, Kak😘

Sampai jumpa di bab selanjutnya

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***