London ditimpa salju pagi ini. Membuat semua orang betah berlama-lama di kamar dan malas untuk berangkat bekerja. Tak terkecuali Leon yang kini masih bergelung nyaman di kasur. Memeluk pinggang wanita yang ada di sampingnya.
Tidur pria itu tampak lelap. Belum menunjukkan tanda-tanda akan bangun. Padahal jarum jam sudah menunjukkan pukul 09.45 A.M.

Wanita yang tidur di sampingnya tersenyum kecil memandangi wajah tampan suaminya. Akh, kenapa saat tidur saja pria ini masih tetap tampan sih? Kenapa tidak ada ilernya atau suara dengkuran kerasnya. Kalau begini, semua perempuan di luar sana pasti akan mengantre untuk mendapatkannya. Apalagi status pernikahan mereka yang tidak diketahui publik.
"Kenapa kamu tampan sekali sih, kak?" Isabella mengelus rahang kokoh prianya. Wajah halus tanpa cacat itu membuat Isabella betah untuk memegangnya.
Isabella kaget begitu tangannya yang tadi mengelus wajah Faisal ditahan oleh tangan hangat pria di sampingnya yang masih memejamkan matanya. Astaga ketahuan! Bisa besar kepala pria ini jika ia mendengar apa yang dikatakannya tadi.
"Baru sadar kalau aku tampan?" Leon membuka matanya. Memandang wajah Isabella yang merona.
Entah merona karena ketahuan mengagumi wajah Leon atau merona karena posisi mereka yang sangat intim. Di mana Leon sudah memposisikan dirinya di atas tubuh Isabella, mengurung wanita itu dalam kukungan kedua tangannya.
"Ehm anu--"
Isabella tak bisa melanjutkan ucapannya karena bibir Leon sudah membungkam bibirnya.
"Aku masih marah sama kamu!"
Ucapannya itu mengakhiri ciuman singkat mereka. Leon langsung berlalu ke kamar mandi meninggalkan Isabella yang kini berwajah sedih.
Isabella jadi kesal sendiri sekarang. Biasanya Leon akan mengucapkan 'I love you, Honey!' saat wanita itu bangun tidur, tapi karena pria itu sedang dalam mode marah, dia tidak mengucapkan itu pagi ini.
"Huhhh!" Isabella menghela napasnya yang tiba-tiba sesak. Wanita itu tampak lebih sensitif akhir-akhir ini. Ia juga mudah sekali tersinggung. Wanita itu bingung sendiri akan dirinya, dengan langkah lesu Isabella berjalan keluar dari kamarnya. Melangkahkan kakinya sedikit pincang menuju dapur.
"Pagi, Nyonya!" sapa salah satu pelayan yang kini sibuk menyiapkan sarapan. Isabella hanya tersenyum menanggapinya. Lalu mendudukkan dirinya di kursi.
Tidak lama langkah kaki yang mendekat mengalihkan Isabella dari makanan yang ada di meja. Dilihatnya Leon sudah rapi dengan setelan kantornya. Cuaca begini masih mau ke kantor? Pikrnya.
"Mau sarapan apa, Kak?" tanya Isabella begitu Leon mendudukkan diri di kursi yang ada di seberangnya.
Isabella kembali memberengut ketika melihat Leon yang duduk di seberangnya, mejauhi dirinya. Leon tidak menyahuti pertanyaan Isabella. Pria itu malah mengambil sendiri sarapannya. Isabella yang melihat itu tampak murung. Suaminya mengabaikannya. Wanita itu merasa sesak akan itu.
"Kenapa tidak makan?" tanya Leon tanpa mengalihkan tatapannya dari sarapannya.
"Aku sudah sarapan lebih dulu tadi," jawabnya berbohong.
Nafsu makannya langsung hilang saat Leon mengabaikannya tadi. Jujur, ia tidak suka diabaikan.
Leon tampak tidak bereaksi, tapi pria itu tahu jika Isabella berbohong. Karena ia bisa lihat belum ada piring kotor di hadapan wanita itu. Ia dalam mode marah sekarang jadi ia tidak mau berbicara banyak dengan Isabella. Biarkan wanita itu sadar sendiri dengan kesalahannya.
"Aku berangkat dulu," ucap Leon setelah menyelesaikan sarapannya. Leon langsung berlalu. Sebelum ia pergi dari dapur tadi bisa ia lihat wajah istrinya itu cemberut.
Isabella memberengut melihat Leon yang sudah pergi. Tidak ada kecupan di kening dan ocehan cerewet pria itu membuat wanita itu kembali bersedih.
"Leon benar-benar tega mendiamkanku. Awas saja!" dengusnya kesal.
¤¤¤¤¤
Siang ini Isabella rencananya ingin pergi ke kantor kakaknya. Ia ingin curhat dan mungkin sedikit mengganggu kakaknya akan mengurangi kebosanannya.
Maka disinilah Isabella sekarang, di depan gedung perusahaan milik keluarganya, Alison grup. Kaki wanita itu melangkah pelan karena sedikit kesusahan berjalan dalam keadaan lututnya yang bengkak. Tentu saja dia tidak meminta izin kepada Faisal jika ia pergi keluar, karena pria itu tidak akan mengangkat teleponnya.
"Kak Kevin ada di ruangannya?" tanya Isabella kepada sekretaris Kevin yang sudah mengenalnya.
"Ada di ruangannya, Miss," balas sekretaris itu. Isabella mengangguk lalu berlalu dari hadapan sekretaris itu. Melangkahkan kakinya menuju ruangan kakaknya.
"Kak Kevin!" teriak Isabella begitu ia menyembulkan kepalanya. Kevin yang sedang sibuk dengan pekerjaannya kaget mendengar suara cempreng yang begitu ia kenal.
Dialihkannya fokusnya ke arah pintu yang sudah menampilkan sang princes kecilnya.
'Celaka dua belas ini! Pekerjaanku akan terbengkalai jika sudah ada makhluk cantik menyebalkan ini,' gerutunya di hati.
Isabella menampakkan senyum polosnya dan berjalan sedikit tertatih menuju sang kakak.
"Ngapain ke sini?" tanya Kevin tanpa mengalihkan tatapannya.
"Gak boleh ya kalau Ibel main ke sini," balas Isabella cemberut.
Wanita muda itu sedikit tersinggung dengan ucapan kakaknya. 'Akh! Kenapa ia jadi perasa begini?' kesalnya di hati.
Kevin yang mendengar ucapan Isabella merasa aneh. Tidak biasanya adiknya ini sewot. Padahal ia bertanya baik-baik.
"Kamu ganggu konsentrasi Kakak," ucap Kevin lagi masih sibuk dengan pekerjaannya.
...To Be Continue .......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Ritaa Mobile
bagusss cerita nya,saya suka.
2024-01-25
0