Mata kuliah yang Magika ambil hari ini akhirnya selesai, dan ruangan kuliah mulai ramai dengan mahasiswa yang keluar masuk.
Tiba-tiba, beberapa orang kakak tingkat masuk ke ruangan, beriringan dan berjalan dengan percaya diri.
Mereka adalah anggota Himpunan Mahasiswa Jurusan Hukum Ekonomi, dan Magika bisa melihat logo himpunan tersebut di kaos yang mereka kenakan.
Mereka datang untuk memberikan informasi tentang acara Ospek jurusan, yang akan segera dilaksanakan.
Dengan bersemangat, mereka meminta seluruh Mahasiswa angkatan 2012 untuk berkumpul di Aula Fakultas, untuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang acara tersebut.
Suasana ruangan kuliah mulai ramai dengan mahasiswa yang berbicara dan bertanya-tanya tentang acara Ospek, dan Magika juga merasa penasaran tentang apa yang akan terjadi di acara tersebut.
Sesuai arahan yang diberikan oleh kakak tingkat, Magika dan teman-teman sekelasnya keluar dari ruangan kuliah dan menuju ke Aula Fakultas.
Mereka bergabung dengan teman-teman satu angkatannya yang sudah berkumpul di sana.
Ketika Magika melihat tempat duduk di jajaran paling depan masih kosong, dia tidak ragu-ragu untuk mengambil kesempatan tersebut.
Bersama dengan ketiga temannya, Magika duduk di tempat duduk paling depan, siap untuk mendengarkan informasi tentang acara Ospek yang akan disampaikan oleh panitia.
"Gee, tadi aku lihat ada cowok ganteng pas mau masuk kelas, kayaknya aku suka sama dia." Bisik Alin yang duduk di samping Magika.
Mendengar perkataan Alin, Magika terperangah dan tidak percaya apa yang dia dengar. Dia masih mengingat bagaimana Alin sedang dekat dengan kakak tingkatnya minggu lalu, dan betapa Alin menggilai kakak tingkatnya itu.
"Loh bukannya kamu lagi dekat sama Kating berkacamata itu?" Tanya Magika bingung.
"Iya sih, tapi cowok yang aku lihat tadi lebih ganteng dari dia." Sela Alin.
"Oh gitu." Ucap Magika datar, seraya melihat ke arah pintu Aula, seolah-olah dia menunggu kedatangan seseorang yang entah itu siapa.
Mengetahui cerita Alin membuat Magika sedikit kesal, karena waktu pertama kali lihat Kakak tingkat yang disukainya, reaksi Alin sama persis seperti sekarang, dan masalahnya waktu itu juga Magika menyukai Kakak tingkatnya itu, tapi karena Alin lebih kelihatan ngebetnya, dia mengalah.
Jangan bilang lelaki yang mereka lihat itu, lelaki yang sama juga. Magika bergidik ketika membayangkannya, karena kalo sama, kali ini dia bertekad tidak akan mengalah lagi.
Azzrafiq dan teman-teman sekelasnya bergegas masuk ke Aula, dimana Mahasiswa Angkatan 2012 telah berkumpul, tentu saja ada perasaan was-was dalam hatinya karena pasti akan bertemu Nisrina, cewek yang selalu mengejarnya.
Ketika Azzrafiq melangkahkan kakinya, dia tidak menyangka bahwa dia akan bertemu lagi dengan Magika, wanita berlesung pipi yang telah mencuri hatinya.
Ternyata, Magika adalah teman satu jurusannya, kabar yang sangat baik untuknya. Azzrafiq merasa seperti telah diberi kesempatan kedua untuk mendekati Magika.
Dengan semangat, dia langsung merogoh saku jaketnya untuk mengambil charm berbentuk topi penyihir yang disimpannya, siap untuk diberikan kepada Magika sebagai tanda perhatiannya.
"Jadi kita satu jurusan?" Gumam Azzrafiq sambil tersenyum menatap Magika yang sedang duduk bersama teman-temannya.
Magika sedikit terkejut ketika melihat Azzrafiq memasuki Aula, rupanya lelaki itu satu jurusan dengannya.
Meskipun sudah satu bulan kuliah, Magika belum tahu siapa saja teman satu angkatannya, sehingga dia merasa sedikit kaget melihat Azzrafiq di sana.
Namun, dia tidak ingin menunjukkan bahwa dia sedang memperhatikan Azzrafiq, sehingga dia mengalihkan pandangannya ke arah lain, berusaha untuk terlihat tidak terlalu tertarik.
Azzrafiq berjalan dengan percaya diri, menghampiri Magika yang tengah duduk di kursi barisan paling depan.
Dengan senyum yang ramah, Azzrafiq mendekati Magika.
"Kayaknya ada yang lepas dari gelang kamu." Kata Azzrafiq seraya memberikan charm berbentuk topi penyihir itu.
Magika terkejut sambil menerima charmnya."Oh, aku kira ilang dan gak akan ketemu lagi, makasih ya."
"Sama-sama, ternyata kita satu jurusan ya." Kata Azzrafiq.
"Iyaa, aku baru tahu kalo kita ternyata satu jurusan."
"Oh ya, aku Azzrafiq." Kata Azzrafiq mengenalkan diri.
"Magika." Jawab Magika sambil meraih tangan Azzrafiq.
Azzrafiq memperhatikan jajaran bangku paling depan yang di tempati Magika sudah penuh, tidak ada lagi tempat untuknya duduk dan berbincang lebih lanjut dengan wanita itu.
Saat itu, suara teman-temannya dari belakang memanggil namanya, meminta dia untuk segera bergabung di barisan belakang.
Azzrafiq merasa sedikit kecewa karena tidak bisa berlama-lama di dekat Magika, tapi dia juga tidak ingin membuat teman-temannya menunggu lebih lama.
"Kalo gitu, aku gabung sama teman-teman sekelas ya, Magika, di sini udah penuh." Kata Azzrafiq.
"Udah penuh ya, kamu kelas apa?"
"Sesuai dengan nama aku yang berawal dari huruf A."
Magika tersenyum."Selama ini, ternyata kita selalu berpapasan ya, karena aku selalu nunggu kelas kamu keluar untuk masuk kuliah di kelas selanjutnya."
"Aku baru sadar punya teman satu jurusan semanis kamu, selama ini pandangan aku kemana aja ya?" Celetuk Azzrafiq.
Magika tersenyum dan tertawa pelan. "Hehe, mungkin kamu terlalu sibuk dengan hal lain, dan gak menyadari keberadaan aku."
"Mungkin, tapi aku gak menyesal karena aku bisa ketemu sama kamu sekarang." Kata Azzrafiq dengan mata yang berbinar.
"Buat ketemu seseorang mungkin butuh momen."
"Kayak kita tadi pagi?"
"Ya gitu deh." Jawab Magika malu-malu.
"Nanti kita ngobrol lagi ya, teman-teman aku udah manggil."
Magika mengangguk lalu melambaikan tangannya pada Azzrafiq, dan lelaki itu membalasnya sambil tersenyum
Dengan berat hati, Azzrafiq meninggalkan Magika dan menuju ke barisan belakang untuk bergabung dengan teman-temannya.
"Ganteng juga tuh cowok, siapa sih Gee?" Tanya Vanilla.
"Manusia." Jawab Magika datar.
"Ish itu dia Gee, cowok yang aku suka, yang aku ceritain tadi, kok bisa kalian saling kenal?" Kata Alin histeris.
Magika berpaling ke belakang, dan pandangannya bertemu dengan Azzrafiq yang sedang menatapnya dengan mata yang tajam dan penuh perhatian.
Azzrafiq, yang telah terpesona oleh kecantikan Magika, tidak bisa mengalihkan pandangannya saat Magika menangkap matanya, Azzrafiq merasa seperti "tertangkap basah" dan tidak bisa menghindari rasa malu yang memancar dari wajahnya.
Wajahnya sedikit memerah, tapi matanya masih tetap terpaku pada Magika dengan ekspresi yang penuh rasa ingin tahu dan kagum.
Lalu Magika membalikkan lagi kepalanya, dan menghembuskan nafasnya, lagi-lagi lelaki yang dia dan Alin sukai adalah orang yang sama.
"Lo kenapa sih senyum-senyum gak jelas?" Tanya Maulana yang sedari tadi memperhatikan Azzrafiq.
"Gak boleh gue kelihatan senang?" Azzrafiq malah balik bertanya.
"Gue cuma khawatir aja sama lo, apa gara-gara onigiri tadi pagi, lo jadi aneh." Celetuk Maulana usil.
Azzrafiq berdecak. "Se-aneh apa sih gue?"
"Aneh kayak orang kena pelet." Celetuk Daphnie.
Maulana tertawa dengan suara yang menggelegar, hingga semua orang yang ada di Aula memperhatikannya, termasuk Magika dan kawan-kawannya.
"Caper amat lo jadi orang." Gerutu Azzrafiq.
"Iya caper banget nih mending kalo ganteng." Tukas Daphnie
.
"Lah emang gue ganteng, gue lihat tadi lo deketin cewek yang duduk di depan, tahu aja lo ada cewek manis." Seru Maulana menggoda Azzrafiq.
"Teman aku itu Fiq, mau aku jodohin?" Daphnie menawarkan.
"Gak usah dijodohin, nanti juga tuh cewek datang sendiri, daya tarik si Azzrafiq kan emang kuat banget." Celetuk Maulana.
"Sembarangan, Magika gak sedangkal kayak cewek-cewek lain yang ngejar Azzrafiq." Gerutu Daphnie.
Maulana terkekeh sambil memperhatikan Magika yang duduk di depan."Semoga begitu ya, tapi emang manis juga sih tuh cewek, banyak yang ngincer dia, termasuk gue."
"Emang manis sih si Magika, aku yang cewek aja muji deh." Sahut Daphnie.
Azzrafiq tak menanggapi ocehan teman-temannya itu, dia terlalu fokus memandangi Magika, pikirannya hanya tertuju pada wanita berlesung pipi itu.
Azzrafiq tidak bisa tidak memperhatikan Magika, bahkan dari belakang saja. Dia terpaku pada pemandangan Magika yang sedang berbincang dengan teman-temannya, tertawa dan menggoyangkan kepala.
Azzrafiq merasa seperti terhipnotis oleh kecantikan dan kepribadian Magika, dan dia tidak ingin berhenti memperhatikan setiap gelagatnya.
Dia memperhatikan cara Magika menggoyangkan rambutnya, cara dia tertawa dan mengedipkan mata, dan cara dia berbicara dengan teman-temannya.
Azzrafiq merasa seperti dia sedang melihat sesuatu yang sangat istimewa, dan dia tidak ingin melewatkan kesempatan untuk memperhatikan Magika lebih lanjut.
"Kalian berdua saling kenal? Kenalin aku sama dia dong Gee." Pinta Alin.
"Hmm nanti ya aku tanya dulu orangnya, mau gak dia kenalan sama kamu." Kata Magika tak sungguh-sungguh.
"Bukannya baru kemaren, kamu nge date sama si Kating kacamata itu ya? Kok udah mau cari cowok lain lagi?" Tanya Zea heran.
"Play girl kita satu ini, kayaknya ngebet banget cari pacar, sampe semua cowok dia suka." Timpal Magika.
"Gak gitu Gee, tapi yang sekarang tuh beda." Sanggah Alin.
Magika menyahuti dengan ragu. "Nanti kalo udah gak penasaran, ditinggal lagi karena gak sesuai sama yang diinginkan."
Zea mengangguk, menyetujui perkataan Magika. "Betul, nanti inilah, itulah. Manusia kan gak ada yang sempurna Lin."
"Ya kamu kenalan aja sih langsung sama orangnya, kamu kan orangnya SKSD banget dan gak tahu malu Lin, tapi belum tentu mau juga sih cowoknya kenal sama kamu." Celetuk Vanilla.
Alin sudah terbiasa mendengar celetukkan Vanilla tentang dirinya, yang memang kadang suka benar ucapannya. Karena itu Alin sudah tidak kaget lagi atau merasa tersinggung.
Magika terkekeh mendengar ucapan Vanilla yang tak pernah disaring.
Setelah selesai berkumpul untuk mendapatkan informasi mengenai ospek yang akan diselenggerakan minggu depan oleh anggota HIMA, teman-teman satu angkatan Magika berhamburan keluar Aula.
Sementara Zea dan Alin telah pulang, Magika dan Vanilla mencari makan siang ke kantin, sekalian mengerjakan tugas yang akan dikumpulkan besok.
Vanilla fokus mengerjakan tugas sambil menyeruput jus yang dipesannya, lalu menoleh ke arah Daphnie yang sedang memesan makanan di ujung kantin, seketika itu juga dia berteriak memanggil namanya.
Daphnie yang mendengar namanya dipanggil, langsung menghampiri sumber suara yang meneriaki namanya, dia sangat senang bertemu dengan Vanilla dan Magika.
"Kalian!! Ya ampun belum pada pulang? Masih ada kelas emangnya?" Tanya Daphnie yang kini ada di hadapan Magika dan Vanilla.
"Belum, kita lagi ngerjain tugas, sini Daph duduk." Kata Magika.
Magika menggeser laptopnya agar Daphnie lebih leluasa.
"Daph, kamu satu kelas sama Azzrafiq?" Tanya Magika.
"Iyaa, kenapa? Kamu suka ya sama dia? Tadi aku lihat kalian ngobrol." Jawab Daphnie sambil terkekeh.
"Si Alin yang suka, sampe kayak kerasukan kuda lumping tadi, penasaran sama Azzraffiq, tapi emang ganteng sih anaknya." Celetuk Vanilla.
"Udah gak heran sih kalo Azzrafiq, banyak yang nanyain bahkan sampe kating cewek juga." Ucap Daphnie menanggapi Vanilla.
Daphnie membagikan rahasia tentang Azzrafiq kepada Magika dan Vanilla dengan nada yang santai, namun penuh makna.
"Kalian tahu, Azzrafiq itu sangat populer di kalangan cewek-cewek." Kata Daphnie dengan senyum. "Banyak cewek satu angkatan dari kelas lain yang berusaha dapetin perhatian Azzrafiq. Bahkan, beberapa kakak tingkat juga datang untuk mencari perhatian dia dengan membawa hadiah-hadiah kecil."
Namun, Daphnie melanjutkan dengan nada yang lebih serius, "Tapi, yang menarik adalah gak ada satu pun di antara cewek-cewek itu yang berhasil menarik perhatian Azzrafiq. Dia selalu tampak acuh tak acuh, gak peduli sama perhatian mereka."
Daphnie kemudian memandang Magika dengan mata yang tajam, "Dan setelah lihat Azzrafiq ngobrol sama kamu, Magika. Aku bisa lihat dengan jelas kalo sikap dia beda banget waktu sama kamu, kelihatan banget kalo dia suka sama kamu."
Magika tertegun, memikirkan kejadian tadi pagi, ketika pertama kali melihat Azzrafiq, pantas saja radar Magika melihat lelaki tampan tidak pernah meleset padahal tadi pagi dirinya lagi buru-buru, ternyata yang menyadari ketampanan lelaki itu bukan hanya dirinya saja. Mendengar hal itu, kadar ketertarikannya pada Azzrafiq jadi berkurang.
Rasanya malas saja harus bersaing dengan banyak wanita lainnya. Sama seperti menyukai artis tampan kesukaannya. Mustahil untuk di dekati.
"Kamu suka sama dia juga kan, Gee?" Tanya Daphnie menggoda Magika.
"Dibilangin si Alin yang suka." Tegas Vanilla yang mewakili jawaban Magika.
"Alin tukang caper?" Tanya Daphnie dengan raut wajah yang kesal, dia baru menyadari bahwa yang minta info tentang Azzrafiq itu Alin bukan Magika dan Vanilla.
"Caper ada tukangnya ya?" Tanya Magika sambil tertawa kecil.
"Ya ampun, kasian Azzrafiq disukain sama cewek jenis begitu, diantara banyaknya cewek yang suka sama dia, si Alin yang paling gak banget" Cibir Daphnie.
"Udah parah berarti si Alin kalo Daphnie udah nyerocos gitu." Celetuk Magika.
"Kamu bilang Azzrafiq udah punya pacar itu beneran? Apa kamu kebawa kesal aja?" Tanya Vanilla memastikan, walaupun tak penting juga untuknya mengetahui hal itu.
Daphnie nyengir seraya menggaruk-garukkan kepalanya. "Udah sih, statusnya bertunangan dengan Bianca Lupita, agak alay sih sebenernya, pokoknya bilangin aja gitu, biar dia gak datang dan caper ke kelas aku. Kayak anak kelas C siapa itu namanya, duh lupa, ngejar-ngejar si Azzrafiq kayak orang kesurupan, tiap hari datang ke kelas aku, bikin risi."
"Lah udah punya cewek mah ngapain mau dikenalin ke Magika?" Tanya Vanilla heran.
"Soalnya kelihatan lebih cocok sama Magika dibanding ceweknya hahaha, lagian kayaknya Azzrafiq sama ceweknya itu diambang kematian." Celetuk Daphnie.
"Sekarat dong?" Tanya Vanilla.
"Iya udah sekarat hubungannya." Jelas Daphnie.
Mendengar status Azzrafiq yang sudah memiliki kekasih, semakin terkikis saja rasa suka Magika, itu berarti memang sudah seharusnya Magika mengubur perasaannya.
Lagi pula dia masih berharap akan bertemu lagi dengan Edward, meskipun kemungkinannya sangat kecil.
Padahal Edward dan Azzrafiq adalah satu orang yang sama, yakin nih Magika tak tertarik lagi dengan Azzrafiq?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments