Helena baru saja menyelesaikan pemotretan, asistennya mendekat sembari memberikan ponsel.
"Ponselmu terus berdering sejak tadi, sepertinya ada hal yang penting." ucap Frey, sang asisten.
Helena mengangguk, keningnya mengerut saat melihat perawat bibinya menelponnya berulang kali. Dia berjalan menjauh dari rekan-rekannya sambil mengubungi perawat bibinya. Mendadak perasaannya menjadi gelisah.
"Nona Helena cepatlah kerumah sakit kondisi Nyonya Ivy memburuk, Nyonya Ivy sempat tak sadarkan diri sebelum mengalami kejang kejang." suaranya terdengar panik.
"Apa?" Helena merasa syok mendengarnya, tubuhnya hampir saja terjatuh jika tidak ada yang menangkap bahunya.
"Hey, apa yang terjadi?" pemuda itu dapat menangkap raut muka Helena yang berubah pucat. Dia terlihat khawatir.
"Aunty Stev, kondisinya memburuk." bibirnya bergetar menahan tangis.
"Hey tenanglah!" Stev menangkup kedua pipi Helena, dia merasa tidak tega melihat keadaan temannya.
"Ayo, biar aku yang mengantarmu." Helena mengangguk, dia mengikuti langkah Stev yang membawanya ke arah mobil. Pemuda itu membantunya membuka pintu mobil.
Dalam hening, Helena terus merapalkan doa untuk keselamatan bibinya. Dia tidak akan sanggup jika Tuhan menggambil bibinya saat ini juga, wanita itu telah mengajarinya banyak hal. Dia memberikan apa yang tidak dia dapatkan dari ibu kandungnya. Bibi Ivy adalah dunianya.
Waktu terasa berjalan begitu lama, dia menatap Stev yang mengemudikan mobil. Perasaannya semakin tak nyaman.
"Stev, bisakah lebih cepat lagi? Aku takut dia akan pergi meninggalkanku." tatapan mata Helena mengiba. Stev mengalihkan pandangannya ke arah lain, tak tega melihatnya. Pemuda itu menambah kecepatan mobilnya.
Sesampainya dirumah sakit, Helena bergegas turun. Dia mengabaikan Stev yang memperingati untuk tidak berlari. Langkahnya tergesa menghampiri ruangan sang bibi.
"Mandy, bagaimana keadaan Aunty Ivy?" Helena menghampiri Mandy, perawat bibinya yang sedang menunggu diluar ruangan.
"Dokter sedang menanganinya, Nona Helena. Aku tidak tahu bagaimana itu terjadi, saat aku datang Nyonya Ivy sudah dalam keadaan kejang." Mandy berusaha untuk menjelaskan, dia tidak ingin Helena salah paham mengenai kinerjanya. Dan dia ikut prihatin dengan kondisi majikannya.
Helena diam, dia tidak menyalahkan Mandy. Karena dia juga tahu bagaimana sibuknya wanita itu mengurus kedua putrinya sebelum berangkat bekerja.
Helena dapat melihat bagaimana Dokter Trisya berusaha untuk mengembalikan kondisi bibinya. Air matanya tak berhenti menetes.
Dokter Trisya menggeleng, detak jantung pasien sudah tidak ada.
"Catat tanggal kematiannya." Dokter Trisya meletakkan alat kejut jantung yang ia gunakan untuk mengembalikan detak jantung Ivy dia berjalan keluar menghampiri Helena.
"Helena, maafkan aku. Aku tidak bisa menyelamatkan nyawa Bibimu." sungguh, kegagalan terbesar baginya adalah tidak bisa menyelamatkan nyawa pasien. Dokter Trisya menyeka sudut matanya. Dia ikut merasakan kesedihan yang Helena rasakan.
Duarr! Bagaikan tersambar petir disiang bolong, Helena tak sanggup harus menerima kenyataan ini.
Stev, pemuda itu hanya diam mematung menyaksikan semuanya. Dia berdiri di belakang Helena, takut jika wanita itu kembali kehilangan keseimbangan.
"Itu tidak mungkin." rasanya Helena tidak mampu lagi untuk menompang kedua kakinya. Stev dengan sigap menahan Helena yang limbung.
"Itu tidak mungkin kan Stev?" tanyanya lirih. Stev mendekapnya erat, menyalurkan ketenangan untuk temannya.
"Jangan menangis, kau adalah wanita yang hebat." Stev berbisik. Dia mengelus puncak kepala Helena dengan sayang.
Helena menanggis dengan keras dalam dekapan Stev, dia memukul mukul dadanya yang terasa sesak. Dia tidak bisa menerima kenyataan pahit jika Bibinya telah pergi.
Dokter Trisya dan Mandy mengalihkan pandangannya ke arah lain, mereka tidak tega mendengarkan tangisan Helena yang menyayat hati. Siapapun yang mendengarnya dapat merasakan kesakitan wanita itu. Tangisannya terdengar menyakitkan.
Kenapa? Kenapa Tuhan mengambil Bibinya secepat ini. Bibi Ivy adalah dunianya. Wanita itu mengajarinya banyak hal, Helena tak sanggup jika tidak bersamanya.
Helena begitu membenci takdirnya, sejak kecil dia tidak pernah tahu bagaimana wajah ibu kandungnya. Wanita itu meninggalkannya, tetapi bibinya merelakan masa muda dan banyak hal untuk merawatnya. Dia menyayanginya lebih dari ibunya.
"Bibimu pasti akan sedih jika melihatmu seperti ini, Helena. Temui dia, habiskan waktu kalian untuk yang terakhir kalinya." Stave mengurai pelukannya, di guncangnya bahu wanita itu.
Helena masih saja terisak, mendengarkan ucapan Stev barusan membuatnya tiba-tiba bangkit.
Helena berjalan menghampiri Bibinya yang sudah terbujur kaku, disingkapnya kain putih yang menutupi wajahnya.
Stev tak mengejar langkah wanita itu, dia membiarkan Helena untuk mengungkapkan kesedihannya. Karena dia tahu, setelah ini Helena tidak akan bisa untuk melihat wajah Bibinya.
Pertahanan Helena runtuh, dia tidak dapat menahan tangisnya. Dia menangis terisak sembari memeluk tubuh kaku bibinya.
"Kenapa? Kenapa kau meninggalkanku?" teriaknya marah.
"Apa karena itu kau menyuruhku untuk kembali? Seharusnya aku tidak menyanggupinya dan kau tidak akan pergi. Kenapa kau lakukan ini padaku Aunty?"
Cukup lama Stev membiarkan Helena menangis, kini dia mendekat. Dia semakin tidak tega melihat Helena yang hanya diam memandangi bibinya.
"Helena, mereka perlu memandikan bibimu untuk dimakamkan. Ayo pergi." Stev menyentuh bahu Helena. Dia tahu wanita itu sangat rapuh.
"Cium bibimu untuk yang terakhir kalinya karena setelah ini kau tidak akan bisa melihatnya." ucap Stave menyadarkan Helena. Helena tersenyum getir, namun tetap melakukan apa yang Stev suruh. Dia mengecupnya lama. Sial, air matanya kembali menetes.
Helena hanya diam saat Stave membawanya pergi, dia tidak memberontak ataupun menangis. Helena berharap jika ini hanya mimpi buruknya dan saat dia terbangun nanti ini tidak akan terjadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Abel
Baru Baca 2 Bab,,,Kenapa Sudah Banyak Bawang Berceceran Sehingga Membuat Mata Pedih Dan Ngucurlah Air Di Dalam Mata... 😭😭😭
2024-01-11
1
Hiro Takachiho
Jalan ceritanya memukau!
2024-01-04
0