Tentang Pak Rivanno.

Dua orang yang tengah mengendarai motor berboncengan melewati jalanan yang dipadati oleh kendaraan yang berlalu lalang.

Diki mengantar Rachel pulang ke rumah sebab arah jalan pulang mereka berbeda. Diki tak tega melihat Rachel pulang seorang diri.

Alasannya, padahal Rachel biasa pergi bersama dengan Nirmala temannya.

Motor Diki melaju agak lambat sebab Rachel paling takut dengan kecepatan tinggi.

Setibanya di rumah.

Bu Ambar sedang sibuk memasak di dapur untuk persiapan makan malam nanti.

Di tengah kesibukannya, wanita itu mendengar suara deru motor dan segera mematikan kompornya.

Bu Ambar bergegas menghampiri dan mulai berkomentar, "Sudah sore baru pulang, ayo cepat masuk!"

Diki dan Rachel hanya bisa tersenyum tanpa menjawab.

Mereka lalu masuk dan duduk.

"Aku buatkan minuman dulu," ucap Rachel lalu berjalan ke arah dapur.

Bu Ambar menatap Diki dan bertanya, "Kemana saja kalian?"

"Oh, itu Tante. Tadi ada tambahan tugas dari dosen, tugas luar tante," jawab Diki jujur.

Bu Ambar menghela napas dan membalas, "Baiklah."

Wanita itu sudah memaafkan Diki sejak lama, dia berpikir anak kecil suka bermain dan tak tahu apa-apa.

Melihat ketulusan Diki dalam berteman dengan Rachel, membuatnya sedikit bisa bernapas.

Dia lega akhirnya putrinya punya teman dan tak sendiri. Apalagi ditambah Nirmala, teman satu-satunya perempuan yang Rachel punya.

Rachel datang membawa tiga gelas es teh di tangan, lumayan untuk penyejuk dahaga dikala sudah kering kerongkongan.

"Ayo, diminum!"

Diki mengambil satu gelas lalu meneguknya dengan cepat. Sepertinya Dia memang sedang haus.

"Terima kasih," ucapnya sambil tersenyum.

"Sama-sama," kedua wanita tesebut menjawab bersamaan.

"Kalau begitu saya pamit pulang tante, sudah sore soalnya," ucap Diki berpamitan.

"Ya, hati-hati di jalan, jangan ngebut!" balas Bu Ambar mengingatkan.

"Terimakasih, Tante, aku pulang dulu, Rachel."

"Ya, Hati-hati!" jawab Rachel sambil mengantarkan Diki keluar sampai depan rumah.

Diki lalu menghidupkan mesin motornya dan mulai melaju pelan, dia menghilang meninggalkan Rachel yang masih berdiri menatap kepergiannya.

Senyum mengambang dari sudut bibirnya secara sempurna, bagai ada bunga-bunga yang telah bermekaran lalu bersemayam dihatinya.

Rachel lalu masuk ke dalam rumah dan mulai menemui ibunya.

Sang ibu yang masih duduk di kursi melihat putrinya tersenyum, seakan bisa diprediksi bahwa ada seonggok cinta pada lelaki pujaannya.

Bu Ambar yang penasaran lalu bertanya dengan nada menyindir, "Apa kamu menyukainya?"

"Eh...!" Rachel kaget sampai tak bisa berkata-kata.

Seakan terhipnotis dengan pertanyaan ibunya, Rachel belum bisa menjawab sebab terkejut.

Beberapa saat kemudian Rachel lalu menjawab, "Bukan, Ibu. Bukan seperti itu!"

"Lalu seperti apa?" tanya Bu Ambar lagi.

"Eem...itu, kami hanya berteman," jawab Rachel malu-malu, tapi anehnya ada nada yang seakan tak rela jika disebut hanya berteman.

Bu Ambar manggut-manggut. "Baiklah kalau begitu. Tapi ingat! Ibu juga pernah muda. Cepat mandi, lalu duduk sambil menunggu jam makan malam!"

Setelah berkata demikian Bu Ambar berjalan lagi ke arah dapur dan meninggalkan Rachel yang masih berdiri mematung.

Raut wajah Rachel langsung pucat saat dia sadar bahwa dia tak pandai membohongi ibunya.

Waktu sudah menunjukkan pukul 19.00 WIB dan sekarang saatnya untuk makan malam.

Bu Ambar dan Rachel makan bersama dengan tenang, sesekali mereka bercerita tentang kegiatan yang dilakukan hari ini.

Terutama keluhan Rachel tentang banyaknya tugas yang harus dikumpulkan dalam waktu 2 hari.

Sang ibu hanya tersenyum dan berusaha menghibur sang putri agar dia ingat apa tujuan dan cita-citanya.

Setelah selesai makan, tepatnya di ruang TV.

Kedua orang itu duduk berdua sambil memandang foto Rachel kecil yang masih tertempel di dinding.

Sebelahnya ada foto keluarga.

Rachel memandang semua foto tersebut, seolah dia berpikir bahwa sekarang dia sudah besar.

Bu Ambar juga ikut melihat foto keluarga, yang ada di samping foto Rachel kecil.

Tiba-tiba Bu Ambar menjelaskan.

"Itu yang lelaki pakai kemeja abu-abu adalah kakekmu, terus yang duduk di depannya adalah nenekmu."

"Di sebelah kakekmu adalah pamanmu dan Istrinya yang duduk di depannya, dia adalah saudara kandung ibu."

Rachel ingat dan menyela, "Yang ibu ceritakan, paman pergi kota lain itu, ya!"

Sang Ibu mengangguk, "Ya."

"Lalu yang tinggi gagah itu siapa? Yang ada di kamar ibu?"

Rachel tiba-tiba mengingat satu foto yang ibunya simpan di dalam kamarnya, dia terpaku pada sosok yang terlihat gagah dan berwibawa.

"Oh itu, sebentar!" jawab Bu Ambar saat sudah mengingat foto yang dimaksud putrinya.

Ia segera mengambil foto dari kamarnya,

setelah itu kembali lagi dengan membawa pigura kecil di tangannya.

Bu Ambar duduk dan meletakkan foto itu di atas karpet.

"Ini, kan!"

Rachel mengangguk, "hu umm."

"Ini namanya Pak Rivanno serta Istrinya Bu Bella, di depan ini adalah Raymon dan Rania, mereka kembar."

Rachel memandang foto tersebut dengan perasaan yang sulit dijelaskan.

Rachel pun bertanya, "Siapa sebenarnya mereka, Bu?"

Sang ibu menjawab dengan sangat antusias, "Pak Rivanno bisa terbilang adalah satu-satunya anggota keluarga kita yang kaya raya. Usahanya banyak dan waktu itu alm sudah memiliki cabang di beberapa tempat, usaha textilenya berkembang sangat pesat."

Sambil memandang foto itu dengan sedih, Bu Ambar menambahkan, "Sayangnya nasib buruk menimpa mereka saat kemalangan itu terjadi, sebenarnya Pak Rivanno meninggal di sebuah pulau yang jaraknya tak jauh dari tempat kami."

"Katanya sih, saat mendengar berita tewasnya Pak Rivanno, sang Istri dan kedua anaknya pergi membawa mobil untuk datang ke tempat kejadian, dia ingin melihat apakah benar itu jasad suaminya, tapi sebelum sampai ke tempat tujuan, mobilnya tiba-tiba oleng dan jatuh ke jurang, kata orang mobilnya sempat meledak. Kasihan anaknya, mereka bertiga terbakar di dalam mobil dan tak seorang pun yang bisa menolong."

Rachel merasa sesak mendengar cerita dari Ibunya, dia bisa membayangkan betapa tersiksa nya kedua anak malang tersebut, ingin merintih tapi tak sanggup sebab mobil langsung meledak.

"Dia punya kharisma yang luar biasa ya, Bu. Hanya memandang fotonya saja, orang bisa langsung kagum."

Bu Ambar mengangguk, "Ya, benar."

Rachel memandang foto Pak Rivanno sambil tersenyum, seakan hubungan mereka sangatlah dekat, padahal saat meninggalnya lelaki tersebut, Rachel masih di dalam kandungan ibunya.

Lalu dia tiba-tiba mengingat sesuatu yang dari dulu ingin ditanyakan tapi lupa.

"Ibu, ngomong-ngomong kenapa kita harus pindah ke tempat yang jauh dari anggota keluarga? Padahal kita masih punya saudara."

Bu Ambar diam sambil mengingat sesuatu, setelah itu dia menjawab, "Ibu juga tak paham. Tapi malam itu, saat kamu masih di dalam perut Ibu, kami disuruh pindah oleh kakek dan nenekmu. Belum sempat bertanya kenapa, tapi nenekmu sudah memberikan tabungan yang disimpannya untuk kami pindah tempat."

"Ibu dan ayahmu terpaksa pindah malam itu juga, dan kalung yang kamu pakai itu adalah pemberian dari nenekmu, dia hanya bilang untuk menyimpan baik-baik kalung itu, dan sekarang ibu tahu alasan kamu tak boleh jauh dari kalung itu," Bu Ambar menatap Rachel dengan raut wajah sedih sambil menyentuh pipi putrinya dengan lembut.

"Setelah kita pindah belum ada seminggu, ibu mendapat kabar dari pamanmu jika kakek dan nenekmu meninggal secara tak wajar."

Bu Ambar menghela napas sedih, "Ibu bahkan tak tahu apa yang sebenarnya terjadi."

Rachel memeluk ibunya yang tengah bersedih, dia juga tak kuasa mendengar cerita dari ibunya.

Rachel berusaha menghibur dan berkata dengan lembut, "Ibu, jangan sedih! Ada Rachel disini."

Sang ibu hanya tersenyum sambil mengangguk.

"Oh iya, Bu. Liburan nanti kami akan pergi ke villa milik keluarga Sarah. Bolehkah, Bu? jika tak boleh, Rachel akan menolak pergi bersama mereka," ungkap Rachel yang tiba-tiba mengingat janjian liburan mereka.

"Berapa lama? Sama siapa?"

"Sama Amelia, Sarah, Diki, Ramdan dan Nirmala."

"Oo, banyak juga yang ikut, ke villa mana?" tanya Bu Ambar penasaran.

"Kurang tahu, katanya sih waktu perjalanan bisa menghabiskan waktu setengah hari."

Bu Ambar memandang sendu wajah sang putri. Sambil memegang pipi Rachel yang chubby, wanita itu berucap, "Maafkan Ibu, yang belum bisa membahagiakanmu, Nak!"

Rachel merasa aneh dengan keluhan ibunya, lalu dia segera menyahut, "Apa yang Ibu bicarakan? Rachel baik-baik saja."

Bu Ambar hanya bisa tersenyum kecut lalu menjawab, "Pergilah, Nak! Sudah saatnya kamu melihat dunia luar, dan kalung ini..." Bu Ambar beralih menatap kalung putrinya dan menyentuhnya, "Jangan pernah kamu lepaskan kalung ini apapun yang terjadi! Nanti ibu juga akan mengingatkan nak Diki."

Rachel mengangguk patuh dan memeluk lagi ibunya, "Terima kasih, Bu."

"Oh iya lupa, jika nanti kamu tak sengaja melewati desa bernama Sumber Kasih, carilah Eyang Uti, dia adalah saudara yang masih menetap disana."

Rachel mengerutkan kening, "Eyang uti?"

Bu Ambar mengangguk, "Ya, panggilannya Eyang Uti."

"Ya, Baiklah. Rachel akan mengingatnya."

Setelahnya mereka berbincang tentang masa saat Rachel masih bayi, mereka tertawa bersama sambil sesekali saling sindir antara ibu dan anak.

Suasana keluarga yang harmonis walau hanya berdua.

****************

Beralih di kediaman Keluarga Samantha.

Sarah yang baru pulang langsung disambut hangat oleh para ART disana. "Baru pulang, Non? Ayo makan dulu, pasti lapar!"

Sarah celingak celinguk seakan mencari seseorang, dia pun bertanya, "Bu Ningrum sudah pulang?"

Sambil mengangguk sang ART menjawab, "Sudah, Non. Baru saja sambil membawa bekal yang baru dimasak disini, juga sisa lauk pagi tadi."

"Oh, iya," balasnya sembari melangkah menuju ruang dapur.

"Papa dan mama belum pulang?"

"Belum, mungkin sebentar lagi."

"Baiklah, terima kasih!"

Setelah Sarah duduk, beberapa hidangan ringan datang dari arah dapur dan langsung diletakkan di atas meja.

Sarah tinggal pilih saja apa yang mau dia makan, keseharian makan tanpa ditemani orang tua membuatnya kesepian tapi sudah menjadi kebiasaan.

"Bagaimana tadi sekolahnya, Non?"

"Baik, nanti kami akan liburan ke pulau milik papa, nanti kalau papa datang, tolong beritahu saya, Mbak!" Sarah menjawab sambil mengunyah makanan di mulutnya.

"Iya, Non!" balas art tersenyum haru.

Semua yang berada disana merasa kasihan dengan nona yang mereka asuh sedari kecil.

Hanya art dan penjaga kebun yang selalu setia menemaninya, bahkan di hari ulang tahunnya, hanya mereka yang merayakan dengan senang hati untuknya.

Nasi kuning dibekali dengan bumbu doa agar nona muda mereka diberi panjang umur dan kebahagiaan kelak, segala doa baik diberikan untuknya.

Hanya untuk Sarah Moira Samantha.

Begitu sederhana pesta ulang tahunnya, dan itulah kenapa Sarah lebih dekat dengan para pekerja dari pada keluarga sendiri.

Sarah merasa terharu dengan sikap tulus mereka yang diberikan padanya.

Terpopuler

Comments

Umar Muhdhar

Umar Muhdhar

hg

2024-04-11

1

lihat semua
Episodes
1 Cerita masa kecil.
2 Kesakitan Rachel kecil.
3 Rencana Berlibur.
4 Rahasia Amelia.
5 Tentang Pak Rivanno.
6 Sejarah Pulau Rawa Bayu.
7 Prosesi Jalannya Ritual.
8 Kekejaman dan Kematian.
9 Tumbal yang gagal.
10 Terbakarnya Tempat ritual.
11 Kematian Tragis Penghuni Pulau.
12 Duka dan Air Mata.
13 Sebuah Pertanda.
14 Mimpi Buruk Ramdan.
15 Mimpi buruk Rachel.
16 Penantian Yasinta.
17 Keberangkatan Rachel dan teman-temannya.
18 Desa Sumber Kasih
19 Welcome to Pulau Rawa Bayu.
20 Telah Kembali.
21 Kebersamaan di hari pertama.
22 Hilangnya Amelia.
23 Awal berubahnya Amelia.
24 21 Tahun Silam.
25 Kecelakaan Ayah Rachel.
26 Kelahiran Rachel dan Ramdan.
27 Kisah kelam 1 (Kakek dan Nenek Rachel)
28 Kisah kelam 2 (Sebuah teka teki).
29 Kisah Kelam 3 (Kelahiran Pilihan)
30 Kisah Kelam 4 (Kalahnya Eyang Weni).
31 Kepergian Nenek Rachel.
32 Sehidup Semati.
33 Membuka lembaran Baru.
34 Kegelisahan Pak Beni.
35 Penampakan.
36 Sebuah jawaban.
37 Mimpi Diki.
38 Kedatangan Eyang Sekar.
39 Balita kecil.
40 Mainan Baru Balita Kecil.
41 Sarah dan Amelia hilang.
42 Kejujuran Amelia.
43 Kisah Nyai Ajeng.
44 Kelahiran Rivanno Kecil.
45 Korban pertama
46 Rasa Kecewa.
47 Kembali pada Tuhan.
48 Duel Ustad Adam VS Jin
49 Meminjam Takdir.
50 Terbongkar.
51 Kekalahan Keluarga NETT.
52 Mencari Bersama.
53 Tewasnya Pak Winoto.
54 Prasangka
55 Korban Kedua.
56 Hati yang tersakiti.
57 Dua Nyawa.
58 Ilham yang malang.
59 Rachel kembali.
60 Pesta Kembang Api.
61 Tanggal 7 Bulan 7
62 Rindu Balita Kecil.
63 Pertemuan Ramdan Dan Yasinta.
64 Pertolongan Mayat Sarah.
65 Cuaca Buruk.
66 Flashback
67 Beni Samantha yang lemah.
68 Sebuah Tawaran.
69 Satu Persatu.
70 Gangguan
71 Nirmala yang malang.
72 Firasat dan Mimpi.
73 Pertemuan Dua Saudara.
74 Semua berkumpul
75 Kerjasama.
76 Tewasnya Nirmala.
77 Telah tiba
78 Malam yang sunyi.
79 Berpencar.
80 Kematian massal.
81 Takdir Ilham.
82 Pesta berburu.
83 Teriakan keputusasaan.
84 Akhir kisah hidup Ramdhan.
85 Sirna.
86 Tamat
Episodes

Updated 86 Episodes

1
Cerita masa kecil.
2
Kesakitan Rachel kecil.
3
Rencana Berlibur.
4
Rahasia Amelia.
5
Tentang Pak Rivanno.
6
Sejarah Pulau Rawa Bayu.
7
Prosesi Jalannya Ritual.
8
Kekejaman dan Kematian.
9
Tumbal yang gagal.
10
Terbakarnya Tempat ritual.
11
Kematian Tragis Penghuni Pulau.
12
Duka dan Air Mata.
13
Sebuah Pertanda.
14
Mimpi Buruk Ramdan.
15
Mimpi buruk Rachel.
16
Penantian Yasinta.
17
Keberangkatan Rachel dan teman-temannya.
18
Desa Sumber Kasih
19
Welcome to Pulau Rawa Bayu.
20
Telah Kembali.
21
Kebersamaan di hari pertama.
22
Hilangnya Amelia.
23
Awal berubahnya Amelia.
24
21 Tahun Silam.
25
Kecelakaan Ayah Rachel.
26
Kelahiran Rachel dan Ramdan.
27
Kisah kelam 1 (Kakek dan Nenek Rachel)
28
Kisah kelam 2 (Sebuah teka teki).
29
Kisah Kelam 3 (Kelahiran Pilihan)
30
Kisah Kelam 4 (Kalahnya Eyang Weni).
31
Kepergian Nenek Rachel.
32
Sehidup Semati.
33
Membuka lembaran Baru.
34
Kegelisahan Pak Beni.
35
Penampakan.
36
Sebuah jawaban.
37
Mimpi Diki.
38
Kedatangan Eyang Sekar.
39
Balita kecil.
40
Mainan Baru Balita Kecil.
41
Sarah dan Amelia hilang.
42
Kejujuran Amelia.
43
Kisah Nyai Ajeng.
44
Kelahiran Rivanno Kecil.
45
Korban pertama
46
Rasa Kecewa.
47
Kembali pada Tuhan.
48
Duel Ustad Adam VS Jin
49
Meminjam Takdir.
50
Terbongkar.
51
Kekalahan Keluarga NETT.
52
Mencari Bersama.
53
Tewasnya Pak Winoto.
54
Prasangka
55
Korban Kedua.
56
Hati yang tersakiti.
57
Dua Nyawa.
58
Ilham yang malang.
59
Rachel kembali.
60
Pesta Kembang Api.
61
Tanggal 7 Bulan 7
62
Rindu Balita Kecil.
63
Pertemuan Ramdan Dan Yasinta.
64
Pertolongan Mayat Sarah.
65
Cuaca Buruk.
66
Flashback
67
Beni Samantha yang lemah.
68
Sebuah Tawaran.
69
Satu Persatu.
70
Gangguan
71
Nirmala yang malang.
72
Firasat dan Mimpi.
73
Pertemuan Dua Saudara.
74
Semua berkumpul
75
Kerjasama.
76
Tewasnya Nirmala.
77
Telah tiba
78
Malam yang sunyi.
79
Berpencar.
80
Kematian massal.
81
Takdir Ilham.
82
Pesta berburu.
83
Teriakan keputusasaan.
84
Akhir kisah hidup Ramdhan.
85
Sirna.
86
Tamat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!