Salah Paham

Melihat Nayla masih memejamkan mata, Kai berbalik badan lalu buru-buru berlari kencang dari ruang UKS. Ruang kelasnya dan ruang UKS bersebelahan, jadi sebelum Nayla sempat membuka mata, Kai sudah kembali ke ruang UKS dan berdiri tegak di samping ranjang. Nayla bisa mendengar napas menderunya Kai dan tanpa Nayla sadari dia menggerakkan kelopak matanya sambil bergumam di dalam hati, sial! Kenapa dia balik lagi secepat ini? Aku, kan, tidak bisa bangun dan melarikan diri, hiks, hiks, hiks!

"Kamu sudah bangun. Buka mata kamu dan jangan pura-pura tidur! Kamu harus segera minum vitamin ini!" Suara tegasnya Kai membuat Nayla tersentak kaget dan refleks menyahut sambil merapatkan kelopak matanya, "Aku belum bangun!"

Kai refleks mengulum bibir menahan senyum geli lalu dengan cepat pemuda tampan itu memasang wajah datar kembali dan berkata, "Kalau belum bangun kenapa bisa menyahut? Dasar aneh!"

Nayla sontak bangun lalu duduk bersila di tengah ranjang dan sambil bersedekap gadis cantik itu mendelik, "Berhenti mengataiku aneh! Kamu, tuh, yang aneh. Kalau lihat ada cewek datang bulan, tuh, menyingkir jauh-jauh, eh, kamu, kok malah mendekat. Aneh!"

Kai memilih diam dan setelah menghela napas panjang, pemuda tampan itu menyerahkan satu bungkus obat bertuliskan multivitamin. "Buruan minum! Nih, aku bawakan botol air minum punyaku. Jangan khawatir aku belum meminumnya"

Nayla menerima obat dan botol air minum yang disodorkan oleh Kai lalu dia buru-buru meminum satu kapsul multivitamin. Lalu, dia masukkan sisa vitamin ke dalam saku kemeja seragamnya lalu dia kembalikan botol air minumnya Kai. "Terima kasih" Ucap Nayla dengan wajah datar.

"Aku kira kamu tidak tahu kata terima kasih" Sahut Kai sambil mengempit botol air minumnya.

"Kau........"

"Buruan berdiri! Ibu guru mengijinkan kamu pulang awal dan aku diijinkan mengantar kamu pulang"

"Tidak mau! Tinggalkan aku sendiri!"

"Tapi, itu, emmm........"

"Apa?!" Nayla melotot ke Kai.

"Ini jaketku. Pakailah untuk menutupi rok kamu. Pasti ada noda di rok bagian belakang kamu" Ucap Kai dengan santainya sambil meletakkan jaketnya di atas pangkuan Nayla. "Itu tas kamu. Aku juga sudah ambilkan tas kamu" Kai menunjuk ke bangku yang ada di depan meja dokter UKS.

"Kau........" Wajah Nayla sontak memerah malu seperti udang rebus.

Kenapa dia bisa bilang begitu dengan wajah santai dan datar. Dasar cowok nggak punya hati! Nayla mendengus kesal.

Kai menatap Nayla tanpa ekspresi lalu berkata, "Buruan pakai jaketku untuk menutupi rok kamu dan aku akan antarkan kamu pulang"

"Nggak perlu. Pergi kau! Pergi jauh-jauh!" Nayla berteriak kencang dan melotot.

Kai terpaksa berbalik badan lalu melangkah pelan meninggalkan Nayla sambil berkata, "Jangan lupa pakai jaketku"

"Iya!!!!!!" Pekik Nayla kesal.

Setelah Kai menghilang dari pandangannya, Nayla merosot turun lalu dia memakai jaket Kai untuk menutupi roknya yang beneran ada noda darahnya dan Nayla sontak melepas sprei di atas kasur ruang UKS yang juga terkena noda darah. Nayla memasukkan sprei itu ke dalam tas ranselnya lalu ia berjalan keluar dari dalam ruang UKS sambil menelepon Pak Tono.

Sementara itu, Kai duduk di bangkunya sambil mendengus kesal, "Dasar apes. Nolong orang malah dibentak-bentak. Dasar cewek galak, aneh, gila!"

"Siapa yang galak, aneh, dan gila, Kai?" Suara cewek membuyarkan emosi Kai. Kai menoleh ke asal suara dan cowok tampan itu kembali mendengus kesal melihat Mitha berdiri di samping mejanya.

Mitha adalah teman sekelas Kai yang langsung menembak Kai di perjumpaan pertama mereka dan tentu saja Kai langsung menolaknya. Namun, Mitha tidak pernah patah semangat. Dia terus mengejar Kai.

"Aku lihat botol air minum kamu tinggal sedikit isinya. Aku kebetulan beli dua minuman kotak es lemon tea. Nih, satu untuk kamu"

"Tidak usah. Terima kasih" Kai menolak pemberian Mitha tanpa menoleh ke Mitha.

"Aku letakkan di meja kamu siapa tahu kamu butuh nanti" Mitha nekat meletakkan minuman kotak dingin berukuran cukup besar di meja Kami dan Kai hanya bisa menghela napas panjang.

Setelah sekolah usai, Kai tiduran di atas rumput dengan kedua telapak tangan dia jadikan bantal kepalanya. Halaman belakang sekolah memang selalu menjadi area favoritnya Kai untuk melepaskan penat dan lelah sebelum dia pulang. Kai menatap langit dari bawah pohon rindang kesayangannya. Pohon mangga nan rindang itu selalu setia mendengarkan keluh kesahnya Kai. "Aku menganggap diriku belum membutuhkan ‘cinta’ dan memang saat ini aku masih menjadi orang yang ambisius mengejar prestasi demi prestasi. Aku ingin cepat lulus, lalu kuliah kepolisian dan lanjut ke hukum karena aku ingin menyelidiki lebih lanjut kasus kecelakaan yang merenggut nyawa Ayah dan Ibuku. Tapi, dalam perjalanan mencapai prestasi itu aku tidak menyangka akan bertemu dengan dia cinta pertamaku. Gadis gila yang aneh, galak, tapi dia juga sangat cantik dan menarik"

Kai menghela napas panjang dan menatap daun hijau pohon mangga itu dan pemuda tampan itu kembali berkata, "Sampai saat ini aku belum bisa melupakan perasaan campur aduk ketika kali pertama aku melihatnya. Aku bahkan tidak bisa tidur semalaman setelah bertemu dengannya untuk yang pertama kalinya. Dia gadis paling cantik yang pernah aku lihat. Perasaan yang penuh ketika aku melihatnya itu sangat aneh karena aku selalu ingin melihatnya"

Kai menjulurkan tangannya ke atas lalu menepuk batang pohon mangga dan kembali berkata, "Apa ini jatuh cinta pada pandangan pertama? Bahkan aku sempat mengatakan ini pada diriku sendiri, bisa-bisanya aku menyukai seseorang di saat aku sendiri tidak mengenali diriku sendiri. Aku masih sangat kacau saat ini”

Makin gaduh lah peperangan antara ego dan perasaan di dalam diri Kai.

Keesokan harinya, Nayla berangkat lebih pagi karena dia malas bertemu kembali dengan gerombolan preman kampung dan malas kalau-kalau dia berpapasan dengan Kai di tengah jalan.

Nayla masuk ke kelas dan langsung meraba pundaknya dengan wajah kaget, "Sial! Kenapa aku lupa mengambil tas ranselku dari keranjang sepeda" Nayla kemudian berlari kencang menuju ke parkiran sepeda.

Nayla menghentikan langkahnya saat dia melihat seorang pemuda berjongkok di depan sepeda miliknya.

"Hei! Kau apakan sepedaku, hah?!" Nayla memukul cukup keras kepala bagian belakang pemuda itu dengan telapak tangannya.

Kai sontak berteriak, "Aduh!" Cukup keras sambil bangkit berdiri lalu berbalik badan dengan perlahan.

"Kau lagi? Kau apakan sepedaku, hah?! Oh, modus, ya, kamu kempesin sepedaku agar kamu bisa memalak aku? Apa jangan-jangan kamu satu geng dengan preman kampung yang bernama Leo kemarin?" Nayla bersedekap dan mendelik ke Kai.

Kai memperlihatkan dua telapak tangannya ke Nayla dan berkata, "Aku membetulkan rantai sepeda kamu. Kau lihat sendiri, nih! Tanganku kotor kena rantai sepeda kamu. Kali aku kempesin ban sepeda kamu apa tanganku akan kotor seperti ini, hah?!"

Nayla membeku di depan Kai karena seketika itu juga Nayla merasakan ada desir hangat di hatinya, ada gelitikan aneh di perutnya, dan ada degup abnormal di jantungnya.

Dia bukan hanya tampan tapi baik banget. Dia rela tangannya kotor seperti itu untuk membetulkan rantai sepedaku. Ah, sepertinya aku menyukainya. Aku sangat menyukainya. Nayla lalu mengambil tas ranselnya dan berbalik badan dengan cepat untuk berlari meninggalkan Kai.

Kai menatap punggung Nayla yang menjauh sambil bergumam, "Yeeahhh, dia lari meninggalkan aku pasti karena dia benci sama aku. Baguslah kalau dia benci sama aku, jadi aku bisa dengan mudah melepaskan rasa sukaku padanya"

Sementara itu, Nayla duduk di bangkunya dan mengelus dadanya sambil bergumam, "Aku benar-benar menyukai Kai"

Sejak peristiwa kesalahpahaman di parkiran sepeda, Kai berusaha menghindari Nayla karena dia merasa kalau Nayla membenci dirinya. Padahal di setiap pagi Nayla selalu menunggu Kai lewat di depan kelas dan biasanya gadis cantik itu pura pura mencuci tangan di depan kelas atau menyiram taman di depan kelasnya.

Nayla bisa merasakan kalau Kai menghindari berinteraksi dengannya. Itulah kenapa Nayla selalu menunggu Kai di depan kelas dan mencuri pandang ke Kai sambil bergumam di dalam hatinya, kenapa aku dan Kai jarang bertemu dan pas-pasan akhir-akhir ini?

Nayla pernah ketahuan melihat Kai saat dia piket kelas dan Kai juga melihat Nayla waktu cowok tampan berwajah dingin itu lewat di depan kelas Nayla sambil berjalan. Lalu, Nayla menundukkan kepala karena tersipu malu dan saat Nayla mendongak kembali, Kai telah menghilang begitu saja.

Tampan sekali. Sayangnya dia dingin dan cuek banget orangnya. Pikir Nayla dengan helaan napas berat.

Tanpa terasa satu Minggu berlalu dan di suatu pagi yang cerah, Nayla berangkat sekolah lebih pagi dari biasanya. Kelas-kelas masih banyak yang sepi hanya ada satu dua orang saja yang terlihat tengah menjalankan jadwal piket harian mereka.

Tiba-tiba Nayla merasa seperti ada orang yang berjalan di belakangnya. Awalnya gadis cantik itu mengabaikannya. Namun, langkah orang yang membuntutinya masih terdengar dan itu mulai menganggu padahal di pinggir Nayla masih ada jalan.

Aku sudah kasih jalan ke orang itu untuk mendahului aku. Tapi, kenapa orang itu masih berjalan di belakangku, ya? Pikir Nayla.

Bayang-bayang orang yang membuntutinya pun terlihat. Nayla mulai bingung dan menautkan kedua alisnya, siapa yang membuntuti aku? Apa dia membuntuti aku sejak dari parkiran sepeda? Pikir Nayla.

Akhirnya Nayla mencoba memperlambat langkahnya agar orang itu mendahului langkahnya, tetapi orang itu masih saja berjalan di belakang Nayla dan Nayla bisa merasakan kalau orang itu ikut memperlambat langkahnya.

Aneh sekali. Pikir Nayla.

Akhirnya Nayla tidak bisa lagi membendung rasa penasarannya. Gadis cantik itu pun membalikkan badan untuk menghadapi orang yang sedari tadi membuntutinya dan Nayla sontak mundur selangkah dengan wajah kaget. "Kai!"

Kenapa dia terus membuntuti aku. Batin Nayla.

Kai dan Nayla saling bertatap muka. Wajah Kai tidak ada ekspresi.

Ya, ampun! Dia memakai jaket yang lebih keren dari kemarin dan baunya harum banget khas cowok banget. Dia ini mau sekolah apa mau fashion show, sih? Rapi banget. Tampan banget. Batin Nayla.

Setelah beberapa detik tertegun dengan penampilan Kai dan terhipnotis wangi maskulinnya Kai, Nayla langsung balik badan untuk berlari kencang masuk ke kelasnya. Jantung Nayla seperti habis lari maraton.

Sial! Pagi-pagi udah di kasih pemandangan yang tidak bagus untuk kesehatan jantung. Kenapa aku malah lari tadi? Harusnya aku menyapanya. Ah, sial! Batin Nayla sambil duduk di bangkunya dan mengacak-acak pucuk kepalanya dengan helaan napas kesal.

Sementara Kai mengerutkan dahi menatap tingkah aneh Nayla dan cowok tampan idaman semua gadis itu bergumam lirih, "Kenapa dia berlari kencang setelah melihat diriku? Apa aku ini lebih mengerikan daripada hantu? Dengan berbagai interaksi yang berusaha aku hindari dengannya, aku justru bisa merasakan kalau dia juga menunjukkan ketertarikannya denganku. Tapi, kenapa dia malah berlari kencang menjauhiku barusan? Dasar gadis aneh!" Kai lalu belok ke kanan dan masuk ke kelasnya masih dengan kerutan di kening.

Kai menatap mejanya dan menoleh ke Delon teman satu bangkunya, "Kenapa ada banyak amplop berwarna merah muda di atas mejaku?"

"Itu amplop dari para gadis yang mengagumi dirimu. Di laci meja kamu ada cokelat" Sahut Delon.

"Cokelat?" Kai melongok laci mejanya dan menatap Delon kembali dengan wajah penuh tanda tanya.

"Ini hari Valentine, Bro! Kamu lupa? Wajar, kan, kalau cowok setampan kita ini dapat banyak surat dan cokelat. Tapi, tunggu dulu! Aku hitung surat dan cokelat yang aku terima cuma ada lima belas. Sedangkan punya kamu, ada, satu, dua, tiga,.........."

Kai duduk bersedekap dan membiarkan Delon Menghitung amplop berwarna pink yang ada di atas mejanya.

"Gila!" Delon melotot ke Kai. "Kau menerima dua puluh lima surat cinta?! Wow! Keren, Bro! Elo sangat keren! Dan cokelatnya........"

"Ambil semua dan bawa pulang!" Kai mengambil semua cokelat di dalam laci mejanya dan memasukan semuanya ke dalam tas ranselnya Delon. Delon sontak semringah dan berkata, "Thank you, Bro!"

"Lalu, siapa yang akan kau ajak kencan nanti malam?"

Kai menatap Delon dengan wajah penuh tanda tanya.

"Salah satu dari amplop pink itu harus kamu pilih untuk kamu jawab, kamu temui orangnya, lalu kamu ajak kencan orangnya"

Kai memungut semua amplop pink lalu memasukkan semuanya ke keranjang sampah dan kembali duduk di samping Delon sambil berkata, "Aku tidak punya waktu untuk cinta-cintaan dan berkencan"

Delon hanya menghela napas panjang.

Namun, di dalam hati Kai bergumam, aku, kok, tiba-tiba pengen banget beli cokelat untuk Nayla?

Terpopuler

Comments

Ratna Susanti

Ratna Susanti

aku juga suka cokelat

2024-02-21

0

Nm@

Nm@

Aku juga mau dibeliin Cokelat, Kai!

2024-02-05

0

Ucy (ig. ucynovel)

Ucy (ig. ucynovel)

jgn cuma pengen, tp langsung eksekusi kai

2024-02-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!