03. Hari tanpa dia

Semenjak hari perpisahan itu, kini Vincent menjadi anak yang semakin jarang berbicara. Bahkan, dia sama sekali tidak ingin berbaur dengan anak-anak yang lain. Hal tersebut tentu saja menarik perhatian ibu panti, ini memang sulit bagi Vincent yang selama ini hanya mau berteman dengan Victoria.

Sejak dulu, Vincent memang sangat sulit untuk mencari teman. Karena dia selalu saja memberontak saat ada yang ingin berteman dengan nya dulu. Bukan dia tidak mau, tapi dia pernah menjadi korban bully sebelum akhirnya dia masuk ke panti asuhan ini karena kedua orang tuanya telah meninggal.

Sebelum masuk ke panti, dia juga sempat di siksa oleh tantenya. Selain itu, semua harta warisan yang harusnya jatuh pada Vincent malah di ambil alih oleh manusia serakah tersebut. Rumah yang saat ini mereka tinggali, itu rumah Vincent dari orang tuanya. Memang kejam, tapi di dunia ini tidak ada yang namanya saudara jika melibatkan soal uang.

Ibu panti menghampiri Vincent yang duduk termenung di taman bermain di dalam panti tersebut, dia mengelus lembut kepala Vincent sambil tersenyum.

"Mau ibu belikan ice cream, gak?" tanya sang ibu panti yang membuat Vincent langsung menatapnya. Dia mengangguk tapi wajahnya masih datar, tidak ada senyuman layaknya anak yang gembira saat ingin di belikan sesuatu.

Melihat itu, ibu panti sedikit menghela napas, ternyata usahanya tidak berhasil untuk membuat anak itu tersenyum. Tapi, tidak apa karena dia masih mau berinteraksi dengan nya.

Setelah itu ibu panti mengajak anak tersebut untuk keluar, dia membawa Vincent ke supermarket terdekat yang ada di sana. Terlihat sekali bahwa Vincent memang benar-benar kehilangan kebahagiaan.

Saat selesai membeli ice cream untuk dirinya dan juga untuk anak-anak yang lain, ibu panti langsung membawa Vincent pulang.

"Ibu, apakah Victoria akan bahagia dengan keluarga barunya?" tanya Vincent sambil berjalan di samping ibu panti.

Ibu panti langsung mengulas senyum saat Vincent mulai mau berbicara, "Victoria pasti bahagia," jawabnya sambil merangkul Vincent.

"Oleh karena itu Vincent juga harus bahagia di sini, coba main sama teman-teman yang lain ya," sambungnya sambil memberi nasehat pada Vincent yang saat ini kembali terdiam.

6 TAHUN KEMUDIAN

Seorang siswi dengan rambut panjang bergelombang sangat penuh wibawa berjalan di lorong dengan kedua antek-anteknya. Tangannya sebelah kiri sedang menarik siswi berkacamata yang terlihat ketakutan.

Bisik-bisik mulai terdengar di telinganya saat melintasi segerombolan murid yang saat ini melihat kejadian tersebut.

"Punya masalah apa lagi tuh si culun ke Venna,"

"Macam-macam kok sama pemilik sekolah,"

"Tapi kasihan gak sih tuh si culun di seret begitu,"

"Kenapa lagi tuh Venna kayak marah?"

Begitulah bisikan yang terdengar, banyak yang membela Venna karena takut tapi tak sedikit pula yang menyalahkan dia karena sudah berbuat seenaknya pada murid lain. Mereka tau sekolah ini milik keluarga Venna, tapi tidak seharusnya juga dia membully yang lain hanya karena dirinya tidak menyukai orang itu.

Saat hendak masuk ke dalam toilet, Venna terpenjat kaget saat ada seseorang yang dengan lancang menahannya. Dia menatap tajam seorang siswa yang sekarang masih menggenggam tangannya.

"Lepas atau tangan lu gua patahin," ancam Venna dengan wajah yang datar.

Bukannya di lepas, siswa itu justru memperhatikan wajah Venna lumayan lama sampai membuat gadis itu terlihat sangat marah.

"Lu tuli apa gimana?" teriak Venna yang membuat siswa tersebut langsung melepaskan tangannya.

"Victoria, ini lu kan?" tanya nya secara spontan yang membuat Venna memutar bola mata jengah.

"Nama gua Venna. Venna azrin ..." jawaban gadis tersebut terpotong saat cewek yang dia sandra memberontak.

"Heh cupu, lu berani ke gua?" sentak Venna yang membuat siswi itu terpenjat kaget dan langsung menggelengkan kepalanya.

"Lu mending jangan ikut campur deh kalau gak mau kena masalah," kata Venna menatap cowok yang saat ini masih berdiri di sana.

"Kayaknya lu deh yang bakal kena masalah, lu ngebully dia. Sadar gak sih?" tanya cowok itu yang mencoba melepas gadis itu dari cengkeraman Venna hingga akhirnya dia berhasil menarik cewek culun itu ke belakang badannya.

Venna sempat kaget sesaat sebelum akhirnya dia menunjuk Vincent, cowok yang mulai tadi berbicara dengannya. "Lu... Gua bakal inget muka lu," kesal Venna yang setelah itu pergi dari sana dengan perasaan sebalnya.

Baru kali ini dia kalah dengan murid di sini, sepertinya murid tadi adalah murid pindahan dan kenapa dia memanggil nya dengan Victoria. Satu sekolah ini tahu bahwa dia sudah memiliki nama yaitu Venna.

"Ven, lu kok ngelepasin Dania gitu aja sih. Cowok itu juga kayaknya gak punya kuasa di sini," tanya Laura yang saat ini berjalan di samping Venna.

"Tapi dia ganteng tau, cocok sama gua," ujar temannya yang satu yaitu Tania. Terkenal sebagai playgril kelas kakap di circle mereka. Di otaknya hanya ada cowok-cowok ganteng.

"Udah deh, Tan. Dua belas cukup, lu mau nambah lagi?" kata Laura mengingatkan Tania pada cowok-cowok yang sudah di permainkan nya.

"Lu yakin Tania cuma punya dua belas?" balas Venna yang membuat Laura mendelik kaget. Tidak biasanya dia ikut berbicara saat membahas soal cowok-cowok yang di miliki oleh Tania.

"Sebenarnya gak yakin sih, orang dia nempel sana sini," celetuk Laura.

"Yang penting kenyang bos, duit ngalir mulu dari mereka," jawab Tania tidak mau kalah. Memang benar, Tania memiliki banyak pasangan tapi belum pernah sekalipun dia mengeluarkan duit sendiri saat keluar dengan salah satu dari mereka. Bahkan, apapun yang Tania mau selalu saja di turuti oleh cowok-cowok yang Tania anggap bodoh itu. Hanya bermodalkan kata-kata manis dan manja, duit puluhan juta sudah langsung ada di ATM nya.

Hanya ada satu cowok yang benar-benar Tania sayang, dia bahkan rela memberikan semuanya, dunianya, bahkan keperawanan nya. Dia Albian mahadja. Seorang ketua basket di SMA tunas bangsa ini.

Selain dengan Albian, dia tidak pernah tidur dengan siapapun. Bahkan jika bersama Albian gadis itu bisa dua sampai tiga kali dalam seminggu dan lebih parahnya lagi mereka melakukan itu di rumah Albian.

Albian memang anak tunggal, orang tuanya juga sangat jarang di rumah karena urusan pekerjaan. Itu sebabnya Albian sering membawa Tania ke rumahnya saat ingin melakukan hal itu.

Saat Venna berjalan sendiri, lagi lagi Vincent menghampirinya, dia masih sangat penasaran karena wajah Venna sangat mirip dengan sahabat masa kecilnya dulu. Yaitu Victoria yang sudah lama tidak ada kabar.

"Gua bukan Victoria, gua Venna," jawab Venna yang setelah itu hendak pergi.

"Gua tau lu Victoria. Lu sengaja ubah identitas lu kan?" tanya Vincent lagi yang membuat gadis itu terdiam sambil menggigit bibir bawahnya.

"Kalau gua Victoria emang kenapa?" teriak Venna yang setelah itu pergi meninggalkan Vincent.

"Gua harap lu masih ingat janji kita dulu," teriak Vincent yang tidak di hiraukan sama sekali oleh Venna. Gadis itu malah mempercepat langkah kakinya agar tidak di ikuti oleh Vincent.

Episodes
1 01. Pelita harapan
2 02. Berpisah
3 03. Hari tanpa dia
4 04. Identitas tiga sahabat
5 05. Disa dan Vincent
6 06. Arkan mabuk
7 07. Hari libur
8 08. Mengeluh
9 09. Naura curiga
10 10. Pembalasan Arsy
11 11. Albian
12 12. Ingatan Venna
13 13. Kebakaran
14 14. Bar malam
15 15. Meminta maaf
16 16. Kedekatan Albian dan Arsy
17 17. Jihan siapa?
18 18. Masalah Jihan
19 19. Rumah ortu Arsy
20 20. Ingatan yang mulai pulih
21 21. Saudara kembar
22 22. Irsya kembali
23 23. Rencana yang gagal
24 24. Masalah dengan Albian
25 25. Rencana study tour
26 26. Arsy atau Tania
27 27. Kembali bersahabat
28 28. Identitas berbeda
29 29. Keluarga Cemara
30 30. Persaingan
31 31. Villa sendiri
32 32. Sampai di villa
33 33. Orang misterius
34 34. Bertemu
35 35. Kehidupan Victoria
36 36. Victoria Rofi Venna
37 37. Pengintimidasi Victoria
38 38. Tim berbeda
39 39. Kebun teh
40 40. Pikiran tersembunyi
41 41. Hati Yang Tersakiti
42 42. Rencana Venna
43 43. Kepulangan murid bibit bangsa
44 44. Momen Buruk Arsy
45 45. Amukan Irsya
46 46. Bertukar Peran
47 47. Kesulitan adaptasi
48 48. Hubungan Serra dan Victoria
49 49. Perhatian Kecil
50 50. Pertemuan Keluarga
51 51. Ungkapan Vincent
52 52. Kegundahan Victoria
53 53. pengakuan Venna
54 54. Rahasia Serra
55 55. Perkelahian
56 56. Kisah Akhir
Episodes

Updated 56 Episodes

1
01. Pelita harapan
2
02. Berpisah
3
03. Hari tanpa dia
4
04. Identitas tiga sahabat
5
05. Disa dan Vincent
6
06. Arkan mabuk
7
07. Hari libur
8
08. Mengeluh
9
09. Naura curiga
10
10. Pembalasan Arsy
11
11. Albian
12
12. Ingatan Venna
13
13. Kebakaran
14
14. Bar malam
15
15. Meminta maaf
16
16. Kedekatan Albian dan Arsy
17
17. Jihan siapa?
18
18. Masalah Jihan
19
19. Rumah ortu Arsy
20
20. Ingatan yang mulai pulih
21
21. Saudara kembar
22
22. Irsya kembali
23
23. Rencana yang gagal
24
24. Masalah dengan Albian
25
25. Rencana study tour
26
26. Arsy atau Tania
27
27. Kembali bersahabat
28
28. Identitas berbeda
29
29. Keluarga Cemara
30
30. Persaingan
31
31. Villa sendiri
32
32. Sampai di villa
33
33. Orang misterius
34
34. Bertemu
35
35. Kehidupan Victoria
36
36. Victoria Rofi Venna
37
37. Pengintimidasi Victoria
38
38. Tim berbeda
39
39. Kebun teh
40
40. Pikiran tersembunyi
41
41. Hati Yang Tersakiti
42
42. Rencana Venna
43
43. Kepulangan murid bibit bangsa
44
44. Momen Buruk Arsy
45
45. Amukan Irsya
46
46. Bertukar Peran
47
47. Kesulitan adaptasi
48
48. Hubungan Serra dan Victoria
49
49. Perhatian Kecil
50
50. Pertemuan Keluarga
51
51. Ungkapan Vincent
52
52. Kegundahan Victoria
53
53. pengakuan Venna
54
54. Rahasia Serra
55
55. Perkelahian
56
56. Kisah Akhir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!