Saat tiba di Jakarta Rakri kaget karna Sheryl ada di sana dengan mengenakan kebaya pernikahan.
"Ma, sebenernya ini acara pernikahan siapa?" tanya Rakri tak sabar.
"Ini pernikahan kamu dan Sheryl, Mama udah atur semua nya dan kamu jangan coba-coba kabur dan ngelawan Mama!" Ungkap Mama nya.
Deg ... Jantung Rakri berdegup kencang, ia panik bagaimana bisa mama nya nekat merencanakan semua ini.
Tiba-tiba ia teringat wajah cantik Meira.
"Ya Tuhan Mei... Apa yang harus aku lakuin sekarang. Aku ga sanggup nyakitin kamu, aku harus apa?"
Bayangan Meira selama ini terus terlintas dalam benaknya, janji nya pada bapak Meira tidak bisa dia tepati.
"Ma, tolong jangan ngelakuin ini. Aku ga mau menikah dengan Sheryl," mohon Rakri.
"Kalo sampe kamu ngancurin acara hari ini, kamu udah durhaka sama Mama. Sama aja kamu mencoreng muka Mama di depan orang tua nya Sheryl dan juga para tamu undangan!" Ancam Mama nya.
Dengan berat hati Rakri menerima acara pernikahan itu, Mama nya mengedipkan mata pada Sheryl. Mereka tersenyum puas karna rencana nya berhasil.
Rakri berfikir ini hanya sementara, setelah itu ia akan memikirkan caranya agar segera bercerai dengan Sheryl.
Yang jadi masalah adalah, Mama nya tidak boleh sampai kehilangan kendali dan di larikan ke rumah sakit lagi jika ia melawan nya sekarang.
Malam itu Rakri menginap di hotel yang sudah di siapkan oleh Mamanya .
"Brengsek !!! Sial !!! Sial ... Aaarrrggghhhh ..." Rakri meninju tembok di depan nya.
"Gimana caranya aku jelasin semua ini sama kamu mei, aku mencintai kamu," sesal Rakri.
"Gimana aku ngadepin bapak nanti, aku udah ga punya muka sama sekali."
Tiba-tiba ponsel nya berdering, nama Meira tertera di layar .
Tangan Rakri gemetar, jika ia tidak mengangkat telpon nya Meira pasti sangat khawatir.
"Hallo mei ...,"ucapnya pelan sedikit serak
"Sayang ko kamu ga ngabarin lagi, gimana udah pulang kan?" tanyaku.
Rakri tak menjawab, bibir nya kelu.
🥀🥀🥀
Aku heran, hening tak ada jawaban dari Rakri.
"Hallo ... Rakri kamu denger akukan?"
"Maaf mei ... Maafin aku..," Rakri mulai menangis.
Jantungku berdegup tak karuan, apa telah terjadi sesuatu yang buruk?
"Ternyata ini acara pernikahan aku sama Sheryl, Mama udah bohongin aku. Aku ga bisa ngelawan Mama karna situasi nya ga memungkinkan," ungkap Rakri di iringi isak tangis.
Bruukk !! Aku ambruk ke lantai. Dadaku sakit seperti ada sesuatu yang tajam menusuk hatiku.
Pikiranku kosong, badanku gemetar dan menggigil.
"Aku janji aku bakalan beresin masalah ini Mei, kasih aku waktu. Aku akan cari cara biar bisa kembali lagi sama kamu, tolong kamu jangan pergi." Mohon Rakri.
Di ujung telpon, Rakri tau Meira pasti terpukul karna tak menjawab, hanya terdengar suara tangisan yang begitu pilu. Akhirnya Rakri mematikan telpon nya, membiarkan Meira menenangkan dirinya dulu.
🥀🥀🥀
Duniaku rasanya runtuh saat aku mendengar penjelasan Rakri.
Aku bersimpuh di lantai dan mulai menangis tersedu-sedu, pantas saja sejak kemarin aku gelisah. Ternyata ini lah jawaban atas kegundahan hatiku.
''Bagaimana bisa ini terjadi, kamu kan udah janji bakal ngelamar aku Rakri," pekikku.
"Apa yang harus aku katakan pada kedua orang tuaku."
Aku memukul-mukul dada yang terasa begitu sesak ini .
Sepanjang malam aku menangis, aku mengadu kepada Tuhan. Apa ini jawaban tuhan untukku.
Apa memang tuhan tak mengizinkan aku bersama dengan Rakri.
Aku meringkuk sambil memeluk diriku sendiri.
Di malam yang begitu kelam, aku mulai kehilangan arah. Aku menangis sampai mataku perih dan akhirnya terlelap.
🥀🥀🥀
Pagi-pagi Ibu merasa heran, kenapa anak nya belum keluar juga dari kamar padahal ini waktunya Meira berangkat kerja.
"Tok-tok ...." Terdengar suara ketukan di pintu.
"Mei, kamu ga kerja? ko belum berangkat?" Tanya Ibu dari balik pintu.
Tidak ada jawaban, tapi kemudian pintu terbuka.
Meira terlihat kusut, rambut berantakan, matanya merah dan bengkak.
Ibu kaget dan langsung memeluk Meira .
"Ada apa Mei! Apa yang terjadi... Kenapa mata kamu bengkak sekali, kamu nangis semalaman?" pekik Ibu begitu kaget melihat kondisiku.
"Rakri Bu ..." Aku kembali menangis dan menceritakan semua nya kepada ibu.
Ibu juga menangis, tak menyangka hal seperti ini menimpa putri semata wayang nya.
"Sabar ya Mei, apa yang terjadi di dunia ini adalah kehendak yang maha kuasa. Kita hanya bisa berencana tapi Tuhan yang memutuskan," ujar Ibu menenangkanku.
"Mungkin kamu sama Rakri emang gak berjodoh. Yakinlah ini adalah jalan terbaik yang tuhan kasih buat kamu," sambung Ibu.
"Bapak gimana Bu? mungkin beliau juga bakalan kecewa sama Rakri," ujarku masih di iringi isak tangis.
"Biar ibu yang ngomong sama Bapak, dia juga pasti mengerti karna bapamu itu orang yang sabar."
***
Hari itu aku izin tidak masuk kerja dengan alasan tidak enak badan.
Aku harus bertemu dengan Rakri, banyak hal yang harus kami bicarakan.
Malang nya, ternyata ponsel Rakri tidak aktif. Aku berkali-kali mencoba menghubunginya tapi tak tersambung. Tak lama ada telpon masuk dari Rina.
"Meiii ... katanya Rakri berhenti kerja. Tadi si bos bilang ada orang yang mengantar surat pengunduran dirinya," ungkap Rina khawatir.
Aku kaget, apa Rakri mau kabur begitu saja tanpa menyelesaikan masalah.
Padahal aku memutuskan untuk menerima semua yang sudah terjadi dan berpisah secara baik-baik dengan Rakri.
"Mei ... ko Lo diem aja. Ada masalah apa sih sebenernya kalian berdua?" sambung Rina.
"Ceritanya panjang Rin, ayo kita ketemu di cafe Nakula nanti sore."
Aku tak bisa menjelaskan semuanya lewat telpon.
Sepanjang jalan menuju cafe, pikiranku melayang entah kemana. Aku masih teringat wajah yang tersenyum sambil berkata jika dia sangat mencintaiku.
Aku harus bagaimana jika tanpa Rakri? Apa hubungan yang terjalin selama ini hanyalah sia-sia saja.
Apa aku masih punya kesempatan untuk bertemu dan memeluknya lagi?
Tidak mungkin mama nya akan membiarkan Rakri kembali padaku. Seharusnya waktu itu aku mengatakan semuanya pada Rakri.
Harusnya aku tau mamanya pasti akan melakukan sesuatu untuk memisahkan kami, jika saja aku memberi tahu Rakri, mungkin ia bisa mengantisipasi kejadian ini.
Mungkin Rakri tidak akan salah paham jika mama nya sudah menerima diriku.
Aku hanya menangis dan menangis, supir taxi hanya melirikku lewat kaca di atas kepalanya.
Padahal aku tau jika berpergian menggunakan taxi akan menguras dompetku yang isinya tidak seberapa ini.
Karna pikiranku kalut, aku tidak memperdulikan apapun lagi.
Satu-satunya orang ingin cepat ku temui sekarang adalah Rina, karna setelah berbicara padanya mungkin aku akan merasa lebih baik.
Setelah sampai di depan cafe, aku langsung membayar ongkos taxi. Tapi sang supir mengembalikan separuh uangnya.
"Bayar separuh aja Neng, kayanya kamu lagi ada masalah berat. Jadi Bapak kasih diskon aja biar kamu ga terlalu sedih lagi," ucap supir taxi yang usianya mungkin seumuran dengan bapakku.
"Makasih banyak Pak," jawabku sambil tersenyum.
Aku jadi sedikit malu karna menangis sepanjang jalan di dalam taxi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
kalea rizuky
jangan bodoh rakri laki plin plan berlindung di ketek emaknya laki gini gk pantes di jadiin suami
2025-04-15
0
Brock
Aku ngerasa terhibur dan tidak sendirian setiap membaca cerita ini.
2024-01-01
1