Bab 3

Di sisi lain, sudah beberapa bulan ini, mama nya terus menjodohkan nya dengan beberapa anak teman nya.

Hanya saja Rakri terus mengelak dan berkata belum siap menikah.

Rakri gusar bagaimana harus menjelaskan semua ini kepada Meira, dia sangat mencintai nya dan tak ingin melukai perasaan Meira sedikitpun.

Dia begitu dilema memikirkan kedua perempuan penting di hidupnya.

Sedangkan mama nya kekeh ga mau merestui hubungan nya dengan Meira saat tau kalau Meira hanya lulusan SMA dan berasal dari keluarga sederhana.

Beberapa Minggu berlalu, hubungan Rakri dan Meira berjalan seperti biasanya. Entah kenapa Rakri tidak mau menceritakan semuanya kepada Meira.

Siang itu tiba-tiba mama Rakri bersikap aneh, ia meminta ingin bertemu dengan Meira.

"Mama udah ga marah lagi kan, udah ga nyuruh aku putus sama Meira?" tanya Rakri tak sabar.

"Mama cuma pengen ngobrol aja, dia sama Mama juga baru sekali bertemu, kan? Mungkin mama emang belum terlalu akrab sama dia."

"Yaudah kalo gitu, gimana kalo kita makan malem bareng aja ma, Rakri yakin kalo udah akrab mama pasti suka sama Meira. Dia gadis yang baik ma," ungkap Rakri.

" Oke, lusa ajak dia."

Rakri sangat bahagia sampai melompat-lompat. Ia tak sabar ingin segera menelpon Meira.

Sedangkan setelah ia pergi, mama nya mulai tersenyum licik.

* * * 

Saat sedang makan siang Rina bertanya padaku.

"Si Rakri ga masuk ya Mei?"

"Iya dia izin katanya mama nya lagi sakit," jawabku.

"Mei lo sering ketemu sama mama nya Rakri?"

"Engga Rin, telponan aja ga pernah," sahutku.

"Aneh ga sih, lo kan sama Rakri serius?" ucap nya sambil berfikir.

"Entalah Rin, sejak Rakri ngenalin gue sama mama nya, sampe sekarang ga pernah ada kabar lagi. Mungkin mama nya sibuk," ujarku pelan.

Padahal di dalam hati aku pun merasa gusar, aku ingin lebih akrab dengan mama nya Rakri. Tapi semenjak pertemuan pertama kami, aku merasa seperti ada jarak yang begitu jauh.

Malam itu ketika hendak bersiap untuk tidur, ponselku berdering. Ternyata Rakri yg menelpon.

"Sayang,, lusa kita makan malem ya sama mama," ucap Rakri.

Aku sedikit gugup mendengarnya, kemudian aku menjawab.

"Emang nya mama kamu udah sembuh?"

"Udah baikan ko sayang."

"Emang nya gapapa, kan mama kamu baru sembuh?"

"Gapapa ko sayang, mama juga udah setuju."

"Oh yaudah, mau makan malem dimana?"

"Di restoran Purnamarwan, nanti aku jemput ya."

"Oke, kalo gitu aku tutup telpon nya udah ngantuk nih," ujarku.

"Iya, dah sayang ... good night. Mimpiin aku ya hehe."

"I love you."

" Love you to."

***

Lusa pun tiba, aku sedang bersiap-siap sambil menunggu Rakri.

Aku berkutat dengan make up mengikuti riasan ala-ala wanita Korea yang saat ini sedang tren.

Riasan soft yang natural namun aku terlihat begitu cantik. Bukan nya aku kepedean, karna orang-orang bilang aku sudah cantik dari sana nya, di poles sedikit saja sudah perfect.

Saat tiba di restoran mama Rakri sudah menunggu.

Aku bergegas dan memberi salam.

"Assalammualaikum Tante, maaf udah bikin Tante nunggu," ucapku sambil mencium tangan Mama Rakri.

"Ya, saya juga baru sampe ko," jawab Mama Rakri.

Akhirnya kami mulai makan dan mengobrol.

Saat selesai makan, Rakri pamit ke toilet sebentar meninggalkanku berdua dengan Mama nya.

Aku merasa sedikit canggung, tapi tak lama Mama Rakri mulai membuka suara.

"Saya udah tau semuanya tentang kamu, saya harap Rakri bisa mendapatkan wanita yang jauh lebih baik daripada kamu." Mama Rakri menatap kearahku dengan intens.

Jantungku berdegup kencang, sedikit sesak mendengar perkataan Mama nya Rakri.

"Maaf Tante, saya memang berasal dari keluarga miskin. Tapi saya yakin bisa jadi istri yang baik buat Rakri," jawabku.

"Hah ... kamu pikir dengan wajah cantik aja udah cukup? Rakri butuh wanita yang berasal dari keluarga terpandang dan bisa membantu karirnya," pekik Mama Rakri.

"Tapi Tante, saya sama Rakri saling mencintai dan akan melengkapi satu sama lain. Saya juga bakal berusaha bantuin Rakri sekuat tenaga," lirihku.

"Halah! saya ga peduli soal cinta-cintaan kalian berdua. Saya ingin yang terbaik untuk anak saya dan itu bukan kamu!"

Aku hanya terdiam dan tak menjawab apapun. Air mata mulai menggenang di pelupuk mataku, rasanya sakit sekali. Aku buru-buru mengusap nya sebelum Rakri kembali.

Aku bersikap biasa saja seolah tak terjadi apa-apa sampai Rakri mengantarku pulang.

Mama nya juga sempat mengancamku agar tak memberi tahu Rakri apa yang kami bicarakan.

***

Setelah pulang, aku langsung masuk ke kamar kemudian meringkuk dan mulai menangis. Aku berusaha meredam suaraku agar ibu tak mendengarnya.

Jangan sampai ibu tahu alasan aku menangis, cukup aku yang merasakan sakit ini. Aku tahu jika ibu nanti akan terluka jika mengetahui apa yang terjadi.

Pagi itu aku bangun dengan mata bengkak. Aku terpaksa menggunakan sendok yg dingin dan menempelkan nya ke mataku.

Cara itu aku melihatnya dari drama Korea yang sering ku tonton, dan hasilnya cukup lumayan mengurangi bengkak yang sudah seperti di sengat tawon ini.

Saat sarapan ibu menegur ku dan memperhatikan wajahku.

"Mei, gimana semalem makan sama mama nya Rakri? Itu juga mata mu kenapa, kaya habis nangis?"

"Lancar ko Bu, kita juga ngobrol-ngobrol. Kalo soal mata mungkin Karna semalem tidur terlalu larut hehe," jawabku dengan sedikit berbohong.

"Jangan di biasain tidur terlalu malam Mei, nanti kamu sakit," ucap Ibu.

"Iya Bu, bapak sudah berangkat kerja ya?"

"Sudah, barusan tadi bapa mu pergi."

"Yaudah mei juga berangkat ya Bu."

"Iya, Ibu juga sebentar lagi mau ke warung. Hati-hati mei."

Hari ini bapak harus berangkat pagi-pagi dan tak bisa mengantarku, karna itu aku harus naik angkutan umum. Aku sampai di kantor dengan lesu, rasanya aku tak ingin masuk kerja setelah kejadian semalam.

Tapi jika aku beralasan sakit justru akan membuat Rakri khawatir.

Aku juga tidak bercerita kepada Rina, biasanya aku selalu curhat padanya.

Entalah sekarang rasanya aku lelah pada diriku sendiri.

Aku bersikap senormal mungkin ketika bertemu Rakri. Meskipun perasaanku kacau, aku yakin Rakri akan memperjuangkan ku sepenuh hati.

Kami akan terus berjuang bersama sampai akhir, tak perduli seterjal apa jalan di depan. Aku akan terus menggenggam tangan nya sampai tuhan yang melepaskan.

Sialnya aku tak tahu, tak akan lama lagi tuhan benar-benar akan melepaskan genggaman itu.

Saat sedang makan siang, Rina mulai menyadari sikapku, sedangkan Rakri berada bersama teman nya di tempat merokok.

"Mei ada apa? Cerita aja sama gue," ucapnya.

"Ga ada apa-apa ko Rin, gue cuma kurang tidur jadi nya sedikit lesu," ujarku.

"Lo harus sering minumin vitamin mei, biar ga gampang sakit."

"Iya Rin, makasih udah perhatiin gue."

"Yaudah kita balik yu ke ruangan."

"Iya ayo," jawabku kemudian kami kembali ke dalam.

Terpopuler

Comments

🌷💚SITI.R💚🌷

🌷💚SITI.R💚🌷

sabar ya mei

2025-04-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!