Minggu pagi Rakri mengajaku jalan-jalan keliling kota.
Aku asli bandung, sedangkan Rakri berasal dari Jakarta.
Dia pindah ke Bandung setelah papa nya meninggal.
Waktu itu Rakri masuk ke perusahaan tempatku bekerja dan saat itulah kami bertemu.
Kebetulan saat Rakri tiba di rumahku, Ibu dan Bapak sedang ngopi di teras.
"Assalammualaikum Pak ... Bu," ucap Rakri sambil mencium tangan Bapak dan Ibu.
"Walaikum salam Nak Rakri, ayo duduk dulu," sahut bapa.
"Mau ngopi dulu ga nak sambil nunggu Meira?" tanya Ibu lembut.
"Oh ga usah Bu, tadi kebetulan di rumah udah ngopi," ucap Rakri.
"Yasudah, ibu ke dalem dulu manggil Meira ya"
Rakri pun mengangguk sambil tersenyum, kemudian Ibu bergegas menuju ke dalam kamarku.
Ibu mengetuk pintu dan berkata jika Rakri sudah ada di depan, akupun menyahut sebentar lagi akan segera keluar.
Di teras bapa dan Rakri masih mengobrol.
"Nak Rakri, gimana kelanjutan hubungan dengan Meira kedepan nya?" tanya Bapak.
"Saya serius Pak, mudah-mudahan kedepan nya ga ada kendala supaya bisa cepat melamar Meira," ujar Rakri.
"Bapak senang mendengarnya, apa kamu sudah membicarakan nya dengan orang tuamu?"
Rakri tersenyum canggung ketika mengingat sosok mama nya.
"Sudah Pak, sepertinya mama saya akan merestui hubungan kami ko Pak."
"Syukurlah, bapa harap kamu bisa menjaga dan membahagiakan anak perempuan bapa satu-satunya," ungkap Bapak.
"Iya pak, saya berjanji tak akan menyakiti dan menyia-nyiakan Meira."
Obrolan berakhir dengan senyum mengembang di wajah kedua orang itu, tak lama akupun keluar dan mengajak Rakri berangkat.
***
Cuaca akhir-akhir ini selalu mendung dan sering turun hujan. Rakri memarkir mobil nya di sebuah taman.
Kami membeli camilan dan duduk-duduk di bangku sekitaran taman. Aku memperhatikan orang-orang di sekitar dan melihat sepasang suami istri dan anak mereka.
Mereka menggelar tikar dan memakan bekal seperti sedang piknik, meraka bersenda gurau dan begitu terlihat harmonis. Sudut bibirku terangkat ketika membayangkan andai aku dan Rakri bisa seperti mereka kelak.
Hatiku mendadak terasa pilu ketika mengingat kejadian di restoran tempo hari.
"Sayang ko bengong, kamu ga suka ya jalan-jalan receh kaya gini?" tanya Rakri ketika melihatku hanya melamun.
"Ngga ko sayang, aku cuma lagi mikirin gimana kalo nanti tiba-tiba turun hujan. Kan mobil kamu parkir di ujung sana lumayan jauh hehe ...."
"Hahaha, kamu ini ada-ada aja ya mei ...."
Rakri tertawa begitu nyaring, meskipun itu hanya alasanku saja agar Rakri tidak tau jika aku sedang bersedih.
Awan semakin hitam dan mulai turun rintik gerimis.
Aku bangkit dan segera mengajak Rakri kembali, tapi dia malah berjalan dengan sangat santai.
"Rakri ayo cepetan lari nanti keburu deras hujan nya," ucapku buru-buru.
"Gapapa ko sayang meskipun hujan badai asalkan sama kamu aku bahagia."
"Ini bukan waktunya buat gombal ih!," pekikku.
Dan benar saja hujan turun sangat deras, ketika sampai di mobil kami sudah basah kuyup.
Aku menyilangkan kedua tanganku sambil memajukan bibirku.
Aku merasa sangat sebal padanya, sedangkan dia hanya cengar cengir seperti tak punya dosa.
"Jangan ngambek dong sayang, aku minta maaf. Hari ini aku bahagia banget loh, tapi sebenernya kapanpun dimanapun setiap sama kamu pasti bahagia sih," bujuk nya sambil membenarkan rambutku yang berantakan karna basah.
Dia memang selalu membuatku tak bisa berlama-lama marah padanya. Aku tersenyum dan langsung memeluk nya.
Di iringi suara hujan dan udara yang dingin, kami saling menautkan bibir dan berbagi kehangatan.
Setelah puas menciumi bibirku, Rakri bergegas mengantarkan ku pulang agar aku segera berganti baju biar tidak masuk angin.
***
Siang itu mama Rakri menyuruh Sheryl datang ke rumah nya. Dialah yang terpilih diantara sekian banyak anak-anak kenalan nya untuk di jodohkan dengan Rakri.
Ketika Sheryl datang mama nya begitu gembira menyambut dan memeluknya.
"Akhirnya kamu Dateng juga sayang, Tante mau ngobrolin sesuatu sama kamu."
"Soal perjodohan aku sama Rakri ya Tan?"
"Iya ini soal gimana biar Rakri mau nikah sama kamu tanpa banyak drama," ujarnya licik.
"Emang nya dia masih belum putus sama pacarnya yang kampungan itu?"
"Dia kekeh ga mau pisah sama gadis itu. Tante harus pake cara halus buat misahin mereka langsung."
Mereka berdua mulai berpikir keras, sebelum nya Sheryl sudah mencoba merayu Rakri agar tertarik pada nya.
Sayang nya dia benar-benar tidak memperdulikan Sheryl. Pada akhirnya nya sebuah ide muncul di pikiran nya.
"Tante aku punya ide, gimana kalo aku langsung nikah aja sama Rakri tanpa harus mereka putus dulu," ungkap Sheryl.
"Hah? Gimana caranya Tante ga paham?"
Lalu Sheryl membisikan rencana itu dengan begitu antusias. Mama Rakri pun tersenyum puas mendengar ide berilian dari calon menantunya ini.
🥀🥀🥀
Hari-hari berjalan seperti biasanya. Meira tak pernah sekalipun menceritakan pada Rakri soal perkataan mama nya itu.
Sebalik nya Rakri juga merasa selama ini sikap mama nya baik-baik saja tanpa mengungkit lagi persoalan hubungan nya dengan Meira.
Sepulang kerja Rakri menemui Meira sambil mengantarnya pulang.
"Sayang Minggu nanti aku mau ke Jakarta nganter mama ku ke nikahan anak temannya," ujar Rakri.
"Berapa lama kamu di sana?" tanyaku penasaran.
"Gak lama ko sayang, abis dari acara juga langsung pulang lagi."
Aneh, rasanya ada sesuatu yang mengganjal di hatiku.
Aku merasa akan ada hal buruk yang terjadi.
Tapi aku tidak tau apa itu, yang pasti hatiku begitu berat mendengar Rakri akan ke Jakarta.
"Ko diem, boleh ga nih?"
"Iya boleh ko, tapi bener ya Jagan lama-lama."
"Iya sayang ...."
Setelah sampai rumah rasanya aku begitu lunglai.
Aku segera masuk kamar dan merebahkan tubuhku di kasur, aku merasa gelisah.
Perasaan sedih yang muncul entah kenapa.
Aku terus berdo'a di dalam hati supaya tuhan selalu melindungi Rakri dimanapun dia berada.
🍁🍁🍁
Minggu pagi Rakri mengabariku akan segera berangkat. Dan nanti malam mungkin sudah pulang.
Tapi aku masih merasa galau, aku hanya mengaduk-aduk nasi di depanku tanpa memakan nya.
"Kenapa toh Mei, ko ga di makan nasi nya? Apa masakan ibu ga enak?" tanya Ibu padaku.
"Bukan Bu, masakan ibu kan selalu paling enak .Aku cuma lagi mikirin Rakri," sahutku.
"Loh tadi kan anak nya sudah telpon."
"Iya Bu tapi perasaanku ga enak, aku takut terjadi apa-apa."
"Husstt ... ga boleh mikir yang engga-engga. Do'ain aja biar Rakri selamat sampai tujuan dan pulang kembali," tukas Ibu.
"Iya Bu ...."
Aku menyuap makanan ku dengan terpaksa. Dari pada nanti ibu protes jika aku tak menghabiskan makanan.
Seharian ini aku merasa begitu bosan, Rina tak bisa main ke rumah karna sedang membantu papa nya di toko.
Hingga malam datang, hatiku masih terasa tidak nyaman sambil menunggu kabar dari Rakri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
🌷💚SITI.R💚🌷
sepertiy yg nikah rakri kira² gmn ke depannya ya nasib mei
2025-04-20
0
Olivier Mira Armstrong
Dialog yang autentik memberikan kehidupan pada cerita.
2024-01-01
2