infinite pain
⊱ ────── {.⋅ ♫ ⋅.} ───── ⊰
Mora menyeka kasar air matanya, melanjutkan tulisannya yang belum selesai, kemudian sekuat tenaga menahan air matanya itu agar tidak turun.
Morana
Jayyan.. pada akhirnya kita benar benar menjadi Aluna dan Bastara, tidak akan pernah diizinkan berada disatu waktu.
Morana
Cerita kita usai sampai sini, ya?
Morana
Jayyan.. aku harap dihari terakhir ini aku menatap dunia dan bernafas, kamu mau mengabulkan beberapa permintaan terakhirku.
*senyum*
Niat hati Morana ingin menemui Jayyan, namun Morgan tiba tiba saja menarik tangan Mora. Gadis itu bahkan sudah bersiap siap, penampilannya sudah rapi.
Morana
Ayah kenapa tiba tiba narik aku?
Morgan (Ayah)
Mora, tidak ada waktu lagi.
Nada suara Morgan terdengar amat sangat panik.
Morana
Maksud ayah apa? Kondisi Moza benar benar parah?
Morgan (Ayah)
Iya Mora! Kakakmu benar benar kritis, dia sedang berada diambang Kematian. Tolong Mora, saya mohon. kita harus lakukan operasi itu secepatnya.
Morana
Ayah.. kata ayah aku boleh main seharian ini? Aku udah siap siap..
Morgan (Ayah)
Gak ada waktu, Morana!!
Morgan (Ayah)
Kamu mau kakak kamu mati!?
Morana
Terus, ayah juga mau aku mati?
Morgan (Ayah)
Persetan dengan kamu, saya gak peduli apapun tentang kamu!
Morgan (Ayah)
Jangan lupa posisimu apa!
Morana
Ayah, seenggaknya biarin Mora ketemu Jayyan sebentar..
Morgan (Ayah)
*menatap jam*
Morgan (Ayah)
Cepatlah! Jangan buat saya menunggu. Saya beri waktu 1 jam.
Morana
Iya ayah.. makasih..
Morana
Mora mau pamitan sama Jayyan dan yang lainnya..
Jujur Morgan merasa hatinya gundah, namun tetap memantapkan hatinya, dan tidak ada kata iba untuknya.
Mora dan Jayyan, saat ini sedang berada di sebuah caffe.
Jayyan yang asik dengan handphone nya memainkan sebuah game, sementara Mora yang bingung harus berbicara dimulai dari mana.
Jayyan
CK, Lo mau ngomong apaan sih!? Kayak gaada handphone aja Lo sampe ketemuan gini.
Morana
aku boleh minta pelukan?
Jayyan
*mengerutkan dahinya dan menatap nya tajam*
Jayyan
Udah lancang Lo ya minta minta hal kayak gitu!?
Jayyan
To the point, sial! Lo mau ngomong apaan!?
Morana
Jay, aku selama ini sakit, aku mau operasi.. Doain aku yang terbaik ya, Jay..
Jayyan
Terus?
*tanya nya cuek, sembari matanya mengarah ke arah handphone*
Morana tersenyum namun matanya tiba tiba mengeluarkan air mata.
Morana
Jay, kalo misal aku udah pergi, dan seperti kata kamu.. Moza sembuh, pesan dari aku harap kamu selalu bahagia ya..
Morana
Jay, setiap orang itu ada masanya.. makanya kamu jangan menyia nyiakan kesempatan.
Jayyan
Kayak mau mati aja lo ngomong gitu.
Jayyan
Tapi, Lo mati aja deh sana
Jayyan
Gak peduli juga gue.
Jayyan
Biar gue bisa sama sama dengan Moza terus, bosen dan enek liat muka Lo.
Sekali lagi air mata Mora mengalir, ia tersenyum kearah Jay, yang tidak sekalipun menatapnya.
Morana
Kamu gak mau kasih aku pelukan?
Morana
Sekali aja.. ini pertama dan terakhir.
* suaranya terdengar parau, air matanya memupuk dibawah matanya. *
Jayyan
Sial. Yaudah buruan.
* membuka tangannya *
Morana pun langsung memeluk Jayyan dengan begitu erat, kemudian saat itupula tangisannya pecah, namun tidak terdengar ditelinga Jay.
Morana
Aku bakalan mati Jay.
* Ujarnya dengan sangat pelan *
Morana
Aku pergi dulu, ya?
Jayyan
CK, buang buang waktu!
Mora pergi dari sana sembari terisak menangis. Dadanya sakit, hatinya sakit, otaknya lelah.. Matanya panas dan air matanya terus mengalir.
Rasa sakit yang tidak dapat diutarakan.
Morana
Ayah.. Bunda, maaf Mora telat.
Morgan (Ayah)
CK, yasudah! cepat masuk ke dalam ruangan.
Didalam Mora diperintahkan untuk memakai pakaian operasi, dan kemudian berbaring.
Bau obat obatan terhirup oleh hidung bangirnya. Mora sebenarnya sudah terbiasa dengan bau seperti ini.
Dokter Ken
Nona Mora.. Saya akan mulai membius anda dalam hitungan 5 detik.
Dokter Ken
Apa sebelumnya kamu mau berbincang dengan orang tua untuk terakhir kalinya?
Morana
Boleh tolong panggilkan, dok? Saya mau ketemu ayah sama bunda.
Dania dan Morgan yang mendapat panggilan dari dalam pun menolak untuk bertemu, bahkan sangat bersikeras untuk menolak ketika dokter mengatakan Morana ingin menemui.
Dokter Ken
Maafkan saya, Nona.
Dokter Ken
Katakan pada saya Nona, saya akan beritahu orangtua anda pesan pesan terakhir anda.
Morana
Saya benar benar akan mati, ya?
Morana
Dok, saya takut akan kematian..
Morana
Dok, semuanya menyakitkan..
Dokter Ken
Terimakasih sudah bertahan, nona.
Morana
Dokter.. tolong bilang kepada Ayah dan bunda, kalo rasa cinta aku melebihi rasa kecewaku.. Satu satunya hal yang paling bahagia adalah ketika Ayah dan bunda mengizinkan aku untuk melihat dunia, walaupun hanya sebentar.
Morana
Aku sayang ayah dan bunda.. semoga kalian Bahagia selalu.
Morana lagi lagi tersenyum sembari air matanya mengalir, dokter Ken hanya bisa menunduk. Wajahnya yang sebagian tertutupi oleh masker merasa sedikit berkedut, merasa ketika matanya memanas.
Dokter Ken
Terimakasih, akan saya sampaikan..
Suster Fani
Dok, kita mulai saja?
Dokter Ken
Kalo begitu, tolong hitung dari 5 ya nona..
Morana
Bunda.. Ayah, terimakasih. Aku menyayangi kalian.
kata kata terakhir dari morana untuk Kedua orang tuanya. Setelah itu kesadarannya perlahan menghilang.
17 Jam lamanya operasi telah dilakukan.
Dan operasi pun berhasil dan berjalan dengan lancar tanpa hambatan.
Morgan menghembuskan nafasnya lega ketika Moza dinyatakan berhasil melewati masa kritis.
Kini Moza masih terbaring lemah, ia dikarenakan efek obat bius.
Dania disana menangis haru, putrinya benar benar akan sehat. Ia sangat menantikan senyuman sang putri.
Dania (Bunda)
Operasinya berjalan lancar..
Morgan (Ayah)
Iya Dania, Moza hebat sudah melalui semuanya..
Dokter Ken keluar dari ruangan, bersama Suster Fani dan suster lainnya, disana suster lainnya sembari mendorong brankar jenazah Morana, yang kini raga itu tidak bernyawa.
Morgan (Ayah)
Dok, bagaimana? Apa kami sudah boleh menjenguk anak kami?
Dokter Ken
Tunggu setelah pasien dipindahkan keruang rawat inap, ya.
Dokter Ken
Oh iya tuan, Jenazah akan kami urus, setelah itu nanti sudah boleh dikebumikan/dikremasi.
suster Fani dan suster lainnya kembali mendorong brankar tersebut.
Mata Morgan melirik kearah sana, ia menelan ludahnya. Mereka melihat tangan Mora terjulur keluar, jari jari putih pucat dan sangat kurus itu membuat Dania meringis melihatnya.
Itu Jenazah Morana, putri keduanya.
Dania (Bunda)
Mas..
*Dania menatap Morgan*
Dania (Bunda)
Mora.. Mora udah gaada.
Morgan (Ayah)
Ini yang terbaik.. tujuan kita tercapai nia, Moza akan sembuh..
Dania (Bunda)
*angguk pelan*
Morgan memasuki ruang jenazah, disana tempat Mora ditempatkan. Ia membuka kain penutup kepala itu, dan disana tampaklah wajah tenang Mora yang tidak lagi bernyawa. wajah pucat yang seolah" terlihat sedang tertidur.
Morgan (Ayah)
Tenanglah disana, Morana.
Morgan (Ayah)
Kamu sudah berjuang demi kesembuhan kakakmu.
Morgan (Ayah)
Terimakasih sudah berjuang.
Morgan menatap jari jemari yang telah dingin itu, disana banyak luka lebam, karena ulah dirinya, yang selalu memukul Morana.
Morgan menyentuh tangan Mora yang terdapat sebuah cincin, cincin itu adalah cincin pemberian Morgan pertamakali dan terakhir kepada Mora.
Cincin itu tidak pernah Mora lepas dari sejak saat itu, sampai sampai jarinya agak membengkak dikarenakan cincin itu sudah tidak muat lagi dijarinya.
Perih.. Morgan merasa hatinya sedikit tercubit.
Morgan (Ayah)
Selamat beristirahat..
Lahir: 10 - Desember - 2004
Meninggal: 10 - Desember - 2021
tepat pukul 23:00.
Tanggal dimana Morana dinyatakan meninggal.
Sementara pemuda dibalik pintu itu menangis, hatinya sakit. kepergian orang yang ia suka begitu saja, ia marah namun tidak bisa berbuat apa apa.
unknown
(Morana.. Gue minta maaf, gue terlambat.)
⊱ ────── {.⋅ ♫ ⋅.} ───── ⊰
CECE
Rest in peace untuk Morana 🥺🥺
CECE
Jadi pengen nangis.. Hehe 🤍
Comments