recovery and departure
⊱ ────── {.⋅ ♫ ⋅.} ───── ⊰
— 20 : 00, Gaharuna kediaman —
Jayyan
Tante, makasih banyak atas undangan makan malamnya.. Masakan Tante enak banget.
Dania (Bunda)
*Senyum*
Makasih ya nak, kapan kapan kamu makan disini lagi ya? Tante seneng kalo ada tamu.
Dania (Bunda)
Apalagi ini pacar anaknya Tante hehe.
Jayyan
*senyum*
Tante, maaf mungkin kalo aku ngomong kayak gini. Tapi dari tadi saya perhatiin Tante mirip banget sama mantan pacar saya.
Dania (Bunda)
*terkejut*
Eh?? Oh ya?
Dania (Bunda)
Kamu punya mantan pacar juga ya ternyata.. Siapa tuh hehe, Tante jadi penasaran
Tiba tiba saja senyum Jayyan menjadi sendu.
Jayyan
Morana, dia udah meninggal beberapa Minggu yang lalu.
Dania (Bunda)
*sangat Terkejut*
Mozallea
Jay, jangan dibahas.. Anak pembantu itu kan udah gaada.
Gadis itu.. Sudah lama ia tidak mendengar namanya, bahkan Dania sudah melupakan gadis itu, bahkan tidak ingat jika tidak ada keberadaan gadis itu.
Dania seketika teringat pada 5 Minggu lalu, ketika Morana meninggal karena dia berkorban demi Moza, anak kesayangannya.
Jayyan
Maaf.., cuman daritadi aku pengen banget mengutarakan isi hati aja.
Mozallea
Jay, kamu harus move on. Morana itu meninggal karena ulahnya sendiri, dia bahkan ngerepotin keluarga aku terus.
Dania (Bunda)
Nak Jayyan.. anak itu.. Maksud saya Mantan pacar nak Jayyan orang seperti apa?
Jayyan
Mora anak yang baik Tante, dia ramah kepada siapapun..
Jayyan
Bahkan Mora selalu mementingkan orang lain, dibanding dirinya sendiri.
Jayyan
Mora itu.. Segalanya Tante, semua sifat baik dia memilikinya..
Jayyan
Namun sayang.., Tuhan terlalu sayang, jadinya mengambilnya lebih cepat.
Dania terdiam seribu bahasa, bayangan 5 minggu yang lalu kembali terputar dibenaknya.
7 Desember, 3 hari sebelum dijalankannya operasi transplantasi ginjal dan jantung Mora untuk Moza. Dan 3 hari sebelum Mora dinyatakan meninggal.
Saat itu Morgan panik setengah setengah mati ketika mengetahui bahwa kabar Moza, anak kesayangannya kembali drop, kondisinya sangat amat lemah, bahkan bisa dibilang sedang berada diambang Kematian.
Gadis itu memiliki Jantung dan ginjal yang rusak, karena sejak kecil ia pernah kecelakaan karena tertabrak sebuah truk.
Beruntung gadis itu masih hidup, namun sayang.. Jantung dan ginjalnya tidak baik baik saja.
Morgan yang bingung dan sangat panik, serta tidak dapat berpikir dengan jernih, segera menghubungi Morana dan menyuruhnya untuk kerumah sakit dengan segera.
Mora yang mendapat panggilan dadakan itu akhirnya mengikuti apa yang dikatakan ayahnya, ia datang dengan tergesa gesa, bahkan dapat dilihat bahwa keringatnya sangat bercucuran.
Morana
Ayah, ada apa? Moza sakit lagi?
Morgan (Ayah)
Mora. Kakakmu.. kakakmu sakit, Mora.
Morana
Ayah tenang dulu ya
Morgan (Ayah)
BAGAIMANA SAYA BISA TENANG!?
Morana
*Gemetar ketakutan*
Morana
Mora harus apa? Transfusi darah lagi? Mora lakuin ayah.
Morana
Tapi kata dokter harus nunggu 1 hari lagi, soalnya baru seminggu yang lalu Mora donorin darah buat Moza..
Dania (Bunda)
Mas, gaada waktu lagi!? Bagaimana ini?
Morgan (Ayah)
Tenang Dania.
Morana
Maksud Bunda sama ayah apa? Gak ada waktu apa..
Morgan (Ayah)
Mora, kamu satu satunya harapan kami.
Morgan (Ayah)
*Geleng kepala*
Morgan (Ayah)
Mora, siap atau tidak siap.. sekarang saya mau kamu donorin ginjal dan Jantung kamu.
Jantung Mora berdetak dengan cepat, dan menatap mata sang ayah.
Morana
Ayah.. Ayah serius?
Morana
Bunda..
*Menatap Dania*
Dania (Bunda)
*memalingkan wajahnya*
Morgan (Ayah)
Jangan membantah Morana!
Morgan (Ayah)
Kamu lupa untuk apa kamu hidup!?
Morana
Ayah mau Mora pergi dengan cepat?
*matanya memerah*
Morgan (Ayah)
Itu hal yang selama ini saya inginkan! Kepergianmu adalah hal yang hadiah yang paling berharga!
Morgan (Ayah)
Kamu bukan anak yang saya inginkan!
Morgan (Ayah)
Dari awal kamu itu hanyalah bayangan kakakmu!
Morgan (Ayah)
Sudah! Tidak ada penolakan dan tidak ada bantahan.
Morgan (Ayah)
Saya ingin kamu berkorban untuk kakakmu.
Morgan (Ayah)
Saya rasa kamu sudah cukup untuk hidup didunia ini, Morana.
Morgan (Ayah)
kamu dapat hidup enak selama ini, tapi Moza? Moza sakit sakitan.. Moza bahkan ingin menghirup nafas udara saja merasakan sakit yang luar biasa.
Morgan (Ayah)
Bahkan setiap Minggu Moza juga harus mendapatkan transfusi darah.
Morana
Tapi ayah, Mora juga mau merasakan hidup yang lama..
* suaranya parau, ia menatap lantai *
Morgan (Ayah)
Kamu!! Jangan egois!!
Dania (Bunda)
Mas.. Jangan marah marah, ini dirumah sakit..
Morana
Ayah.. Bunda, kalian benar benar mau aku pergi?
Morgan (Ayah)
Ya, saya tegaskan sekali lagi, bahkan kepergian kamu adalah hal yang paling saya inginkan!
Dania (Bunda)
Maaf Mora, saya setuju dengan perkataan suami saya. Saya lebih menyukai dan menyayangi Moza ketimbang kamu. Moza adalah dunia saya.
Dania (Bunda)
Pergilah Morana, tidak ada yang menginginkan kehadiran kamu.
Saat itu pula air mata Mora turun dengan deras mendengar hal yang sangat menyakitkan itu.
Morana
(Tuhan, ini sangat menyakitkan..)
Morana
(Kenapa aku harus berada diposisi seperti ini?)
Morana
Ayah.. Kalo emang ayah dan bunda lebih menyayangi Moza, aku harus mengalah..
Morana
Kalo kebahagiaan Ayah dan bunda adalah kesembuhan Moza, dan keinginan ayah dan bunda juga adalah kepergian aku..
Morana
*Terdiam sejenak dan melanjutkan kata katanya*
Morana
Aku harus mengalah kan?
Morana
Tukar kepergianku dengan kesembuhan Moza..
Morgan terdiam mendengar kata kata yang keluar dari mulut Morana.
Benar, itu yang Morgan inginkan.
Kesembuhan Moza dan kepergian Mora.
Morgan (Ayah)
Keputusan yang baik. 2 hari lagi kita akan lakukan transplantasi ginjal dan jantung itu. jangan mencoba untuk kabur.
Morgan (Ayah)
*Pergi dan masuk kedalam ruangan inap Moza*
Dania disana hanya diam saja memandang Mora iba, namun ia tak menolak juga keinginan suaminya.
Dania pun mengikuti langkah Morgan, dan menghilang pergi dari pandangan Mora.
Mora mendudukan dirinya di bangku rumah sakit, ia menangis meratapi nasib yang begitu kejam terhadapnya.
Haruskah ia berkorban sejauh ini?
Apakah darah darah yang selama 10 tahun ini Mora donorkan untuk Moza tidak ada artinya untuk kedua orang tuanya?
Apakah Pengorbanan nya tidak cukup?
Morana
Tuhan.. Aku lelah..
Sebelum dirinya pergi meninggalkan dunia yang fana ini, ia menuliskan surat untuk orang orang yang ia sayangi. Ayah, Bunda, Moza dan khususnya Jayyan.
Mora yang tengah terduduk sembari memegang sebuah pena itu tidak berhenti hentinya menangis.
Ia menangis sembari menulis beberapa kata dan kalimat sebagai tanda perpisahan.
Bahwa hidupnya sekarang hanya terhitung 2 hari.
Apakah Mora benar benar akan mati tanpa ada setitik kebahagiaan?
Morana membuka Diary nya, dan mulai menuliskan semua keluh kesah nya. bagaimana penatnya dirinya, bagaimana tubuh dan hatinya yang sakit.
Diary itu basah orang tetesan air mata, morana tidak sanggup melanjutkannya, terlalu menyakitkan rasanya.
⊱ ────── {.⋅ ♫ ⋅.} ───── ⊰
CECE
Penasaran sama kelanjutannya?
CECE
ikutin terus ya, karena nanti masih ada flashback di chapter berikutnya.
CECE
yang mungkin lebih menguras emosi para pembaca hehe, semoga kalian menikmati ceritanya dan mendapatkan feel nya.
Comments