Hari-hari panjang selalu menanti, Aku mulai dengan kesibukan dan rutinitas yang masih sama. Semua kujalani dengan dan gembira, sebab itu adalah modal dari kehidupan yang aku ingin jalani.
Hari ini aku sedang berkeliling di pabrik, sambil menyambangi anak-anak yang sedang magang di pabrikku. Sunggu aku tidak keberatan, semakin banyak akan semakin baik. Tapi aku hanya menerima anak magang dari sekolahku saja, itupun dengan seleksi ketat. Aku hanya mau menerima 5-10 anak selama satu semester. Bukan karena apa-apa, tapi aku sadar bahwa Pabrikku ini memang cukup berkembang pesat. Tapi aku masih belum bisa menampung banyak karyawan. Terutama anak Magang. Jadi secara prinsip, caraku mengembangkan bisnis ini dengan mengutamakan kestabilan, kesejahteraan, kesinambungan untuk mengurangi resiko sosial yang akan mengganggu proses produksi.
"Selamat pagi bu Ara, Bu Ara dapat salam dari mama. juga ini ada titipan buat bu Ara" Ujar Nia sembari menyodorkan sekotak tape daun jambu kepadaku
"wah banyak sekali Nia, Terima kasih ya. Bolehkah bu Ara bagi dengan yang lain" Tanyaku
"Bu Ara simpan saja, karena Nia menyiapkan banyak untuk yang lain. kebetulan mama Nia baru datang dari Brebes. Bawa buanyak sekali" ceritanya sambil girang
"oke siap, Terima kasih. okehh selamat bekerja, fokus ya jangan banyak bergosip" ujarnya bercanda
"Siap bu Bos" jawabnya
"Dina gimana? masih aman? " Tanyaku pada Dina yang termasuk anak magang ku. Dia terlihat sangat fokus saat berada di tempat packing baju
"Ahh bu Ara, mengagetkan. Kan Dina sedang Fokus"
"Eh iya-iya maaf, maaf ya mengganggu. Jangan lupa nafas Din" jawabku lagi bercanda padanya
Aku lantas beranjak kembali, mendatangi salah satu murid magang ku. kebetulan dia seorang anak laki-laki yang cukup kemayu.
"Ihsan, sudah sampai mana?" tanyaku
"ada kesulitan?" tanyaku lagi
"aman bu, tapi hatinya yang gak aman" Ujarnya sambil terkekeh
"ih apa sih kamu, fokus. jangan macem-macem"
"Itu Bu Ara, Kak Usa kok seksi sekali ya" ujarnya
"Hush, Istighfar Ihsan. Kamu kan laki-laki masak kamu kepincut kak Usa" sergahku
"Ya Ampun bu Ara, liat-liat pemandangan tipis-tipis kok sudah di omeli sih bu" Jawabku begitu genit
"Ya itu ini, maleh kan bu Ara jadinya. Kamu ingat, kamu laki-laki Ihsan. Jangan belok gak takut apa sama siksa neraka" omel ku
"Astaghfirullah, iya bu Ara. enggak kok aku normal nggak belok" ujarnya mencoba meyakinkan
Untung saja pekerjaan Ihsan bagus dan rapi. Makanya aku menerima dia magang di tempat ini. Yah ke kurangnya memang begitulah, aku rasa hampir di semua sekolah pasti ada satu dua anak yang seperti Ihsan. Sejujurnya aku sangat ingin protes pada perilakunya, tapi laki-laki aku juga tidak tahu harus membantunya dengan jalan apa agar orientasi seksual yang salah itu bisa kembali normal dan menjadi laki-laki seutuhnya. Kepribadiannya tidak sepenuhnya buruk, dia seperti anak pada normalnya. Tapi memang karena sekolah kami di dominasi dengan jurusan Tataboga, Tata busana, Administrasi dan Perhotelan. Jadi jumlah laki-laki tidak sebanding.
Setelah kurang lebih satu jam aku berkeling, segera aku beranjak ke tempat kerjaku. Menyelesaikan berbagai macam hal yang harus aku selesaikan. Hari jumat yang cukup lengang, hari ini hanya setengah hari produksi jadi setelah shalat jumat. para karywana bisa pulang. Dan untuk hari sabtu dan minggu aku biasa menerapkan sistem gantian. Jadi 10 orang libur di hari sabtu, dan sisanya di hari minggu. Untuk anak-anak magang, aku hanya memaksimalkan 5 hari kerja. Tentu tuntuttan anak-anak dan pegawai resmi berbeda.
Tepat pukul 12 siang, saat semua pegawai pria melaksanakan shalat jumat. Pegawai perempuan pun ikut beristirahat tentu mereka akan membuka bekal masing-masing walaupun tepat buku 13.00 siang sudah pulang.
"Bu Ara, ayok kesini ikut rujakan bareng" Ajak Nia yang datang ke ruangan ku
"wahh, sepertinya seru beh deh" ucapku yang mengikuti langkah Nia menuju pantry ruang jahit
"Hemmm, ini yang nguleg pasti mbak Atik. pasti mantep pedes nih" ujarku
"Monggo, ayo anak-anak " ujar mbak Atik
Semua orang-orang terlihat berkeringat, karena smbal rujak mbak Atik sangat pedas.
"" Bu Atik memang jos kalau buat sambal" Ujar Nia
"pedesnya bikin merem melek" tambahnya lagi
"ini kalau ada Ihsan pasti seru" Ujar Dina
"Masak tadi dia mau gak shalat jumat bu Ara, dia bilang Mens" cerita Dina, dan semua ikut tertawa sebab membayangkan gaya Ihsan yang kemayu
"Bu Ara tahu tidak, sejak pertama kali datang kesini. Ihsan bilang nasir Kak Usa, yah mana mau lah kak Usa. Kak Usa kan normal ya bu Ara" cerita Dina lagi
"Yaiylah Pak Usa normal, setidak-tidaknya kalaupun di dunia sisa Ihsan diapun juga tidak doyan" sergahku bu Atik
"Bu Ara, kenapa sih tidak menikah saja sama Kak Usa, cocok loh" celetuk Nia asal saja
"Harusnya memang cocok" Mbak Atik ikut menimpali
"Ehm Pak Usa itu seperti kakak buat Bu Ara jadi ya mana bisa kita menikah Nia" ujarku, yang jujur saja ku tidak terpikirkan untuk menikah dengan kak Isa, sekali lagi aku bilang bahwa kak Usa sudah aku anggap sebagai kakak
"Yakin mbak?, nanti kalau Pak Usa sudah menikah. yakin mbak Ara tidak sedih?" celetuk mbk Atik
"Ya tidak lah Mbak Atik, aku malah ikut bahagi dong" Jawabku sambil terkekeh
"Yasudah kalau bu Ara tidak mau, buat Nia aja ya" ujar Nia asal celtuk
"Enak saja, itu jatahku" ujar Dina menimpali tidak Terima
Tiba-tiba tanpa komando, Ihsan yang baru selesai shalat jumat. Datang ber lenggang seolah tidak rela bila tidak ikut memperebutkan Kak Usa.
"Kalian, Jangan ambil milikku" Ujar Ihsan yang datang tiba-tiba sambil berteriak
Aku tertawa gemas sekaligus geli, perilakunya tentu diluar akal sehat manusia normal yang memang hanya ditakdirkan menjadi jenis laki-laki dan perempuan. Tapi Ihsan, ah sudahlahhh.
"ada apa Ra?, ramai sekali?" Tanya Kak Usa tiba-tiba
"ituloh kak, kamu jadi rebutan mereka" ujarku
"Aku jadi rebutan siapa?, Ihsan? " Tanyanya terbelalak
"begitulah, katanya kak Usa seksi" tambahku
"Astaghfirullah, Ihsan padahal baru selesai shalat jumat" ujarnya shock
Aku tersenyum melihatnya shock, wajahnya jadi tak karuan. Tapi apa yang di celetuk anak-anak sedikit banyak membuat aku terusik. Tapi itu adalah hal yang tidak pernah terfikir kan olehku.
*Bersambung.........
Reader's jangan lupa dukungannya, Terima kasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Helen
Aku suka banget tokoh-tokohnya. Jangan berhenti nulis thor.
2023-12-31
2