#02 Anak Pelanggan

Namun belum juga selangkah melewati pagar Rumah, seorang perempuan paruh baya. Berteriak keras sembari menatap Ara dan Usa dengan begitu paniknya. Ara begitu terkejut mendengarnya, dan pagi ini semua sedikit menjadi kacau, sebab sebuah telfon yang baru saja diterima dari tangan Mbak Atik tiba-tiba membatalkan pesanan tanpa ada pembicaraan terlebih dulu.

"Ehmm baiklah... " dengua Ara dengan nafas panjangnya

Jadi matahari boleh terbit setiap hari dari Timur ke Barat. Bumi pun boleh dan memang harus terus berputar. Tapi Bisnis adalah hal yang berbeda. Mungkin hari ini hanya menjadi hari yang sial saja. Tidak seperti biasa Bu Ani dan Pak Purnama segampang ini membatalkan pesanan. Apalagi ini adalah hari pengiriman sesuai kesepakatan. Walaupun aku tahu jika mereka membatalkan pesanan gamisku, yang rugi tentu mereka. sebab mereka sudah melunasi pembayaran. Tapi aku hanya heran saja, mengapa ini terlalu mendadak.

"Jadi gimana mbk Atik? Bu Ani dan Pak Purnama bilang ingin membatalkan pengiriman?" Tanya penuh selidik

"Iya mbk Ara, tapi yang menelphone saya sepertinya bukan Pak Purnama. suaranya agak serap dan berat, tapi juga tidak menjelaskan apapun?" Ujar mbk Atik.

"Okeh, apakah nomor telepon itu benar dari pak Purnama?, takutnya itu hanya orang iseng mbk Atik? " Tanyaku sekali lagi meyakinkan

"Benar mbk Ara, coba mbk Ara Telpon lagi". Jadi aku mulai menelphone dan tentu saja aku sedikit gusar. Belum lagi jam sudah menunjukkan pukul 07.00 kurang 15 menit. Tentu aku tidak enak jika datang terlambat.

" Ra, gimana kalau aku saja yang mencoba bicara dengan pak Purnama? " Pinta Usa padaku

"Tidak usah Kak, biar aku saja. Aku yakin ada kesalah pahaman. Tidak biasanya Pak Purnama seperti ini" Jawabku menenangkan

"baiklah kalau kamu sanggup, aku akan cek barang dulu di belakang" Ujar Usa

Kak Usa ber lenggok cepat dengan kaki kuatnya, segera buru-buru masuk kedalam pabrik untuk cek pengiriman barang dan segala hal yang tentu banyak sekali yang harus diurus.

Aku mencari nomor kontak pak Purnama di Hpku, lalu aku menelphone. Aku mengatur nafasku supaya aku tidak terkesan menuntut, tapi aku hanya perlu kejelasan. Seharusnya Pak Purnama langsung menelphone ku bukan ke bagian admin. Tapi baiklah, aku akan berusaha sebaik mungkin menangani ini. Toh kejadian semacam ini tidak sekali-duakali terjadi. Tapi berkali-kali, tentu saja aku sudah siap dan dewasa untuk menanganinya.

"Halo, Pak Purnama " Ujarku saat sebuah suara mulai mengangkat telpon di seberang

"Iya, ini siapa? " Tanya seorang laki-laki yang begitu jelas dari suaranya. Tapi tentu Ara tahu jika itu bukan suara Pak Purnama

"Pak ini JIHARA, apakah benar ini pak Purnama?, Saya pemasok Baju yang menjadi langganan Bapak". Ujarku menjelaskan dengan cara mudah

" Ehm, Jadi mbak ini yang tadi saya telpon untuk membatalkan pesanan dari ayah saya ya? " tanya nya

"Ahh iya benar, kebetulan tadi anda bicara dengan bagian admin. Dan saya adalah pemilik bapriknya. Jadi saya hanya perlu alasan, kenapa pak Purnama mendadak membatalkan pesanan grosir yang sudah dibayar lunas? " Ujarku menjelaskan

"Begini mbak, Karena saya hari ini masih ada rapat. untuk penjelasannya bisa nanti kita bicara lagi? sekali lagi mohon maaf ya. Dan untuk pengirimannya minta tolong dibatalkan". Ujar laki-laki itu di seberang telpon, yang tentu saja aku tidak tahu namanya.

" Ehmm baiklah, mohon nanti konfirmasi ya. Kalau memang ada kesalahana, kedepan biar bisa saya perbaiki "

"oh tentu, tapi ini bukan masalah kesalahan. Nanti saja saha jelaskan". Ujarnya, dan dengan tiba-tiba mematikan telpon tanpa ada kata ucapan selesai.

" Ahh, menyebalkan sekali. Baiklah, biarkan ini nanti aku selesaikan, sekarang aku hanya perlu berangkat bekerja" Ujarku berguman lirih, yang intinya grundel sendiri. sebal dengan keadaan dan situasi yang memang tidak berjlan sesuai rencana.

Sebenarnya pekerjaan mengurus pabrik itu sendiri sudah melelahkan dan bertumpuk-tumpuk. Dan kenapa aku masih mengambil pekerjaan yang jujur sama repot dan banyaknya ketika menjadi guru di sekolah. Itu bukan karena apa-apa, tapi karena Kepala sekolah di sekolah itu adalah orang yang memberi kesempatan untukku mendapatkan apa yang aku miliki saat ini. Dulu aku berjanji, jika aku pasti akan kembali ke sekolah jika memang sekolah membutuhkan tenaga dan keterampilan. Dan tepat 5 Tahun yang lalu, sekolah sangat membutuhkan guru Tata busana. Tentu menjadi hal yang bisa dibilang kesempatan yang bagus untuk memenuhi janji yang dulu aku buat sendiri. Sebagai orang yang memang berada di bidang ini, sekaligus manajemen di Pabrik. Tentu aku tidak bisa menolaknya.

Awalnya cukup sulit, sebab mengendalikan remaja sangat tidak bisa dipahami. berbeda ketika ku bisa meraba, melihat dan merasakan berbagai macam tekstur e tekstil e jelas sangat berbeda. Tapi aku sangat menikmatinya, meski tidak setiap hari aku ke sekolah. Aku hanya meminta 2 Hari kerja, itupun dengan Jam yang tidak full dari lagi sampai sore.

*

Bek istirahat berbunyi, setelah berada di lab praktek jahit dengan durasi 6 jam pelajaran. Tentu cukup melelahkan, apalagi menghadapi 30 Remaja perempuan yang hampir semuanya pasti cerewet. Belum lagi sesi konsultasi teknik dasar memotong baju, mengukur dll tentu sesi curhat adalah yang menjadi dominasi. Mulai dari hal kecil masalah nonton drakor, masalah gebetan, pacar hingga berat seperti keluarga. Dan aku menampung semua itu, dan itu jelas sangat menguras tenaga walau sekadar curhat.

"Bu Ara, besok ketemu lagi ya" Ujar Rina

"Tidak mau ah, kamu pasti curhat terus. Kan bu Ara jadi ikutan ngenes" Ujarku meladeni dengan bercanda

"ihh bu Ara, bilang ngenes. Tapi ada yg melamar ditolak" Ujarnya tanpa merasa bersalah

"Hushh, mulutnya minta disolasi " Kataku, yang kemudian bergegas meninggalkan kelas dengan sebuah kalimat salam.

Aku sudah bilang jika jam mengajar disini tidak begitu banyak. Dan syukurnya setelah ini sudah tidak ada jam mengajar. Dan entah kebetulan, setelah aku menikmati segelas kopi. Sebuah pesan muncul dari Pak Purnomo.

"Jika tidak sibuk, apakah bisa mengangkat telpon? " isi pesan yang masuk ke HPku

"Tanpa berfikir, tentu saja aku sangat bisa mengangkatnya

" Halo" sebuah kata yang kuucapkan untuk menghilangkan hening di sepersekian detik

"Iya"

"Pengiriman sudah saya batalkan jadi bagaimana? " Ujarku

" Begini bu Ara, jadi hari ini Ayah saya tiba-tiba masuk ke rumah sakit. Tentu Mama saya juga tidak bisa menerima pesanan tersebut. Jadi mohon untuk barang yang sudah dipesan untuk disimpan terlebih dahulu" ujarnya dari sebarang

"Ahh, baiklah sekali lagi Terima kasih untuk penejlaaannya. Saya kira pesanan dibatalkan karena ada yang salah. sekali lagi Terima kasih dan mohon maaf telah mengganggu waktunya. Dan salam ke Bu Ani dan Pak Purnama. Semoga Pak Purnama segela pulih" Ucapku

"baiklah, Terima kasih atas doanya. Untuk selanjutnya biar Ayah saya yang memberi kabar. untuk sementara ini semua komunikasi bisa lewat saya" Ucapnya

"Baik, Terima kasih". Aku segera menutu telpon ketika aku mendengar suara seorang laki-laki memanggilnya. Jadi namanya Mahatma, seorang Anak Pelanggan yang sudah menjadi Pelanggan tetap 3 tahun terakhir ini.

suaranya begitu menenangkan, semua perkatannya sangat mudah aku pahami. Bahkan ketika berbicara dengannya aku merasa kerisauan ku hilang. Apakah itu hanya sekadar efek lega yang aku rasakan sebab, hal yang mungkin terjadi ini bisa saja merugikan bisnis yang sudah lama aku jalankan?. Tapi entahlah, aura merdu sendu , serak dan riang yang aku dengar cukup membuat hatiku berdesir. Aku hanya membayangkan bahwa laki-laki itu adalah seorang penyanyang.

*Bersambung........

Reader's, tolong cintai tulisanku. Semoga bisa menjadi hiburan ditengah gundah gulananya carut maruk hidup.

Terpopuler

Comments

ᴍᴏᴛʜᴇʀ ᴍᴏᴛʜᴇʀ🖤

ᴍᴏᴛʜᴇʀ ᴍᴏᴛʜᴇʀ🖤

Bawa pergi dalam imajinasi. ✨

2023-12-30

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!