Surat apa?

Beberapa kali Reina menerima surat dari penggemar rahasia yang tidak di ketahui pengirimnya. Surat itu selalu ia terima saat membuka loker nya.

"Hmm lagi lagi surat seperti ini." gerutunya. Lalu ia membuang amplop berwarna merah muda itu ke dalam tempat sampah.

Reina selalu menunggu Kei selesai jam sekolah. Karena tingkat mereka yang berbeda membuat Kei belajar lebih lama masanya.

"Lama ya Rei nunggunya." kata Kei saat masuk ke dalam mobil.

"Tidak apa tuan muda, saya sudah terbiasa menunggu."

"Panggil Kei! sopirnya juga lagi beli makanan kan?"

"I-iya K-kei," jawab Reina terbata.

"Rei, setahun lagi aku lulus." ucap Kei menatap dalam Reina.

"Lalu..?" tanya Reina tidak paham.

"Aku akan di masukkan asrama untuk lanjut militer oleh ayah."

"Bagus dong, anda memang harus melanjutkan jejak tuan besar."

"Tapi nanti kita jadi terpisah Reina."

"Kan anda masih bisa pulang?"

"Setahun sekali Rei." jawabannya gelisah.

"S-setahun sekali?"

"Iya, lama kan? Kamu mau nunggu aku kan Rei, katanya kamu udah terbiasa menunggu."

"Kan saya memang di rumah. Kapan pernah saya pergi."

"Janji ya, tunggu aku pulang." ucap Kei menautkan jari kelingking nya pada Reina.

"Katanya yang naksir kamu banyak ya Reina?"

"Eh, k-kata siapa?"

"Kamu setiap hari buang surat cinta kan ke tempat sampah."

"Tu...eh Kei..tahu dari mana?"

"Hehe mata mata aku banyak, makanya kamu harus setia sama aku!"

"Se-setia?"

"Jadi pacar aku ya Rei? Mau kan? Maaf jika kurang romantis dan mendadak. Aku tidak tahan setiap hari dengar kamu dapat pernyataan cinta dari teman lain." jelas Kei membuat Reina terdiam.

"Huhhh dasar pada bocah ingusan, ngerti apa sih sama cinta! Kamu jangan pernah tergoda sama bocah ingusan Rei. Cukup sama aku aja!"

"Eh," desah Reina membeo, dia bingung harus menjawab apa atas ungkapan tuan muda nya.

"Kei, kan kita masih kecil." lirih Reina.

"Setahun lagi aku kan 18 tahun Rei, dan kamu 15 tahun. Cukup lah kalo sekolah militer aku selesai kita menikah."

"A-apa.. M-menikah?" pekik Reina merasa tidak percaya akan ucapan Kei.

"Kei, mungkin saat ini hanya saya yang terlihat. Jadi anda bisa bicara seperti itu. Kalau ada gadis lain yang lebih dari saya pasti anda akan beda lagi bicaranya."

"Hussst.. ngomong apa sih, tidak ada dan tidak akan pernah ada. Dari awal kita bertemu. Aku sudah suka sama kamu. Mungkin itu yang namanya cinta pertama. Sejak saat itu hingga sekarang hanya kamu yang ada di hati dan pikiranku."

"Kei.. A-aku,"

"Kamu tidak perlu jawab sekarang, tapi kumohon jangan abaikan aku ya.. selalu di sisi aku."

"I-iya tuan eh Kei." jawab Reina menundukkan kepalanya. Kei mengusap lembut kepala Reina.

Hiroshi pun akhirnya datang dan membawa beberapa makanan yang ia beli di kedai seberang. Kei dan Reina memakan makanan yang di beli Hiroshi selama perjalanan.

🍂🍂🍂

Malam terasa sunyi, Kei sedang duduk sendiri di dekat kolam ikannya sambil membaca beberapa buku bacaan.

"Rajin banget si putra ibu." kata Kazumi saat ia berjalan menuju kursi taman tempat putranya berada.

"Kazuki bagaimana bu?"

"Sudah mendingan sih, sudah bisa makan ramen."

"Wahh benar-benar itu anak. Baru sembuh sudah makan ramen tidak ajak kakaknya!" kesal Kei.

"Katanya kalau kamu ikut, nanti ramennya habis di makan kakaknya. hihihi."

"Ah ibu, dulu waktu aku sakit tidak di bolehin makan ramen." gerutu Kei.

"Kamu kan beda, kamu penurut kalo Kazuki itu... aduuh tidak tahu deh ikut siapa dia, susah kalo di bilangin. Kan ibu jadi pusing."

"Dasar anak durhaka!"

"Husss tidak boleh ngomong gitu. Eh, ngomong-ngomong kamu sudah siap tahun depan setelah lulus untuk lanjut ke militer?"

"Siap tidak siap kan memang itu tanggungjawab Kei bu, agar bisa meneruskan jejak ayah."

"Ibu percaya kamu pasti bisa banggain ayah." ucap Kazumi mengusap kepala putranya.

"Ya sudah, ibu ke dalam dulu. Sepertinya ayahmu sebentar lagi akan pulang. Kamu jangan kemaleman Kei, di luar dingin."

"Iya bu,"

Kazumi berjalan ke dalam rumah, tiba tiba punggung Kei terasa hangat. Nampak selimut tebal menutup tubuhnya.

"Eh Reina?" lirih Kei saat melihat Reina memakaikan selimut pada punggungnya.

"Di luar dingin tuan. Nanti masuk angin."

"Terimakasih ya." ucap Kei dibalas senyuman oleh Reina.

"Ini, ibu saya buatkan teh hangat untuk tuan muda."

"Panggil Kei!"

"Iya iya.. Teh hangatnya silahkan di minum Kei." kata Reina lembut.

Kei meminum nya dengan menatap wajah Reina.

"Saya mau-"

"Uhukk... uhukk. " Kei tersedak minumannya saat mendengar ucapan Reina.

"Pelan-pelan minumnya." perhatian Reina mengusap punggung Kei.

"Kamu masih kecil tapi perhatian mu udah kaya orang dewasa. Bagaimana aku tidak kejang-kejang Reina?"

"Huhhh jangan membual!" ketus Reina.

"Tadi kamu bilang apa? Kamu mau, mau apa?"

"Ishhh pura pura lupa."

"Ooh ahaha... yang tadi siang? Bener kamu mau jadi pacar aku?"

"Tapi kan saya masih kecil Kei."

"Tidak masalah, kalau kamu mau nunggu aku sampai militer aku selesai. Aku juga bakal nunggu kamu. Paling nanti saat aku udah di angkat, kamu usia 18 atau 19 tahun mungkin. Jadi pas kan, langsung kita nikah."

"Kei, kita ini beda." lirih Reina.

"Kita kan sama sama manusia, beda itu kalo aku dewa. Atau kamu yang dewi." ledek Kei, membuat Reina menggerutu.

"I Love you Reina!"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!