~ Mansion Jendral Kenta
Beberapa tahun berlalu. Kini Kei yang sudah beranjak remaja berusia 17 tahun, dan Reina yang berusia 14 tahun. Menjalani rutinitas seperti biasa.
Kei selalu memerintah pada Reina, hubungan mereka menjadi sedikit dekat walaupun hanya sebatas anak majikan dan anak pelayan.
Kei yang sedang berjalan di dekat kolam ikan di belakang mansionnya, di dampingi oleh beberapa pelayan.
Datanglah Reina membawa kan beberapa buku bacaan yang di pesan oleh Kei.
" Ini tuan muda, buku buku yang anda ingin kan. " ucap Reina sopan.
" Kau sudah makan? " tanya Kei ketus.
" Su-sudah tuan. "
" Kalau begitu, temani aku main. "
" Ah bukan kah anda ingin membaca? "
" Nanti saja..! "
Kei mengajak Reina bermain bola. Reina yang tidak pernah memegang bola pun merasa kagok.
" Kau tangkap bolanya, jangan sampai masuk gawang..! "
" Ba-baik tuan. "
Namun entah karena tendangan Kei yang terlalu keras atau Reina yang lengah. Hingga bola mendarat di kepala Reina, membuatnya pingsan sesaat.
Buukkkkk.....! " Aaaahh....! " pekik Reina langsung terjatuh ke tanah dan tak sadar kan diri.
" Rei...?! Bangun Reina...? Tolong...?!! " triak Kei berlari dan lansung menepuk pipi Reina, hingga berteriak meminta tolong.
Di dalam kamar, Reina baru saja tersadar, disana sudah ada ibunya dan nyonya Kazumi, beserta Kei.
" Kamu sudah sadar nak..? " ucap Mizuki lembut pada putrinya.
" Reina, maafkan Kei yah? Pasti sakit ya, kepalamu masih pusing?? " tanya Kazumi.
" Sudah mendingan nyonya. "
" Kamu istirahat saja ya nak..? Kei, cepat minta maaf...! " titah Kazumi.
" Mmm Reina, maafkan saya... " lirih Kei dengan suara yang hampir tak terdengar.
" Tidak apa tuan muda, saya yang lengah jadi tidak waspada. "
" Tetap saja, kan saya menendang terlalu keras. Jadi kena kepalamu. Maaf..? " ucapnya lagi membuat Reina menganggukkan kepalanya.
Pagi yang cerah membuat Reina bersemangat pergi ke sekolah. Saat ia masuk ke dalam mobil ternyata Kei sudah menunggu di sana. Kazuki pun menyusul dengan wajah gembira.
" Tumben hari ini gak drama...! "sindir Kei pada adiknya.
" Kakak tidak usah bawel yah?! Kalo aku nangis kakak marah, aku gembira kakak juga tetep menyindir..! " kesal Kazuki.
" Dasar bocil.. " ketus Kei membuat Kazuki menggembungkan pipinya.
" Kepalamu sudah tak sakit? " tanya Kei pada Reina tanpa menatapnya.
" Eh iya tuan muda, saya sudah sembuh kok. "
" Syukur lah, jadi bisa buat mikir untuk belajar. "
" Eehhh....? " sungguh Reina tidak habis pikir, ada orang yang se menyebalkan itu.
Jam istirahat pun tiba, Reina yang sedang berjalan bersama Sachie untuk ke perpustakaan. Melihat Kei yang sedang berjalan sambil membaca buku.
Reina sungguh heran, kenapa tuan mudanya sangat senang membaca. Mereka memang masih tetap satu wilayah sekolah walaupun beda gedung.
Namun ada yang aneh di pandangan Reina, ada seorang anak yang meminta Kei untuk pergi.
Karena penasaran, Reina mengikuti arah jalannya sang Tuan muda dengan meninggalkan Sachie disana.
" Tuan muda Kei mau kemana? Bukan kah di sana ada sungai yang lumayan dalam. " monolognya dan terus memperhatikan Kei yang jauh di depannya.
Tiba tiba ada seorang yang mendorong Kei untuk masuk ke dalam sungai. Kei yang tak ada persiapan langsung tenggelam di dasar sungai, diapun melambai lambaikan tangannya.
Reina berlari dan lansung menyebur ke dalam sungai menarik tubuh Kei yang lebih besar darinya. Kei cukup lemas dan hampir kehabisan nafas. Dengan sigap Reina menekan dada Kei agar air keluar dari mulutnya.
" Tuan...?! Tuan muda tidak papa..?? "
" Uhuukk uhhuukkk.... haaahhhh.... haaaahhhh.... te-terima kasih.. "
" Ayok tuan muda, kita ke ruang kesehatan. " ucap Reina dengan merangkul tubuh Kei dan menitahnya berjalan perlahan.
' Haahhhh tuan muda Kei kok berat banget yah? Badan se gede gini.. aduuhh.... ' lirih Reina dalam hati.
Disana Kei di periksa oleh perawat yang berjaga di sekolah. Dan menyuruh Kei untuk istirahat, berbaring sejenak sebelum anggota keluarganya datang.
" Reina....? " lirih Kei.
" Ya tuan muda.. ada yang bisa saya bantu? "
" Saya berterima kasih sekali. Mungkin kalo kamu gak dateng, saya bakal mati tenggelam. "
" Memang tuan tidak bisa berenang?? " tanya Reina dan di jawab gelengan oleh Kei.
" Haahhh tuan kan calon mayor, harus bisa berenang dong...? "
" Kata siapa saya bakal jadi calon mayor?? "
" Terus tuan muda mau jadi apa?? "
" Jadi pendamping mu saja.. "
" Eehhhh.... " Reina terkejut dengan penuturan Kei yang ia anggap candaan.
" Sudah, jangan dipikir. Eh saya mau minta tolong, jangan bilang apa apa pada keluarga ku soal tragedi ini ya..? "
" Ma-maksud tuan muda..? "
" Saya tidak mau, ibu khawatir. Apalagi ayah pasti akan menghukum mereka bahkan juga keluarga mereka. "
" Ya biarkan saja, biar mereka kapok..! Lagipula apa salah tuan muda sampai mereka berbuat sekeji itu...?! "
" Mungkin mereka iri... "
" Ah ya ya, kan tuan muda tampan. "
" Pffft.... " Kei tertawa.
" Kok tertawa, apakah lucu? "
" Tidak.. " jawab Kei yang sudah berhenti tertawa.
Ceklek...! " Kei, sayang kamu gak papa? " tanya Kazumi masuk ruangan dengan tatapan khawatir.
" Kei tidak apa bu, ayah tidak kesini? "
" Ayahmu sedang ada tugas penting, jadi ibu yang datang. Bagaimana ceritanya kamu bisa masuk sungai?? "
" Eh itu karena Kei mau mancing saja bu.. "
" Jangan bohong, kamu kan gak suka memancing..! "
" Eh i-iya, jadi ada yang bilang di sungai belakang ikannya banyak jadi Kei penasaran saja.
Langsung pinjam alat pancing milik petugas sekolah. Tapi Kei tidak bisa menjaga keseimbangan, jadi tercebur deh.."
" Bener...? Tapi kamu gak tenggelam lama kan? " tanyanya lagi, dan Kei hanya menggeleng.
" Sungainya dalam tidak Reina? "
" Ah.... eh cukup dalam nyonya. "
" Kamu pasti yang menolong Kei, terimakasih yah... Kei memang tidak bisa berenang. "
" Itu sudah tugas saya nyonya. "
" Kamu kan bukan pengawal nya Kei. Tetap saja saya berterimakasih. "
" Kei, mulai besok kamu harus les berenang..! Malu dong, Reina saja bisa berenang.." titah Kazumi.
" Iya bu.. " jawab Kei malas.
Berberapa hari berlalu, semenjak kejadian kejadian yang Kei alami. Tidak pernah sekalipun Reina mengeluh. Ia pun merasa heran..?
" Tuan muda, ini ibu saya sudah membuat kan susu, bagus untuk kesehatan tubuh. " ucapnya pada Kei yang tengah duduk di atas ranjang tidurnya.
" Saya kan tidak suka susu..! "
" Tuan, kalau menolak pemberian orang itu tidak sopan loh...? "
" Aahh... emm baik lah... akan saya minum.. " ucapnya terpaksa, lalu menghabiskan minuman itu sampai tandas.
Reina tersenyum, entah sejak kapan Kei jadi lebih penurut. Padahal dulu ia sangat dingin dan sulit di ajak bicara apalagi di ajak berteman.
" Tuan muda, boleh saya bertanya..? "
" Tentu... "
" Apa tuan muda membenci saya? "
" Hahh mana mungkin..! " pekiknya membuat Reina terkejut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments