"Kau... Nick, kau yang menemukan ide, kau pun yang merusak kesenangan orang. " Albert mencibir.
Nick balas mengedikkan bahu.
"Okey, I'm sorry, man. " ucapnya.
"Hei... lihat, ada satu kamar yang sedikit mencurigakan, salah satu kamar terbaik, beberapa blok dari kamar kita". Nick menunjuk.
" Kabarnya, kamar ini pesanan Kapten Arjuna, tapi tidak ada yang melihat penghuninya keluar dari kamar ini. " Nick menambahkan.
"Hari keberangkatan kita, seorang kru melihat seorang wanita masuk ke kamar ini, setelah itu tidak sekalipun, wanita itu keluar. "
"Hahaha." Albert tertawa.
"Tentu saja, mereka melewatkan malam panas. " Selorohnya.
"Apa kita perlu mengawasi kamar ini? " Nick menaikkan alis.
"Sst... are you kidding, what for? " balas Revan
"Aku rasa bukan gadis itu, kau punya wajah istri Kapten Arjuna? " akhirnya Revan malah ikut terbawa.
Hehehe
"Wait... " Nick memainkan Ponselnya.
"See.... ini dia istrinya, cantik dan masih muda. " tunjuk Nick
Keduanya, Revan dan Albert spontan memfokuskan pandangan ke ponsel Nick.
"Bukan dia. " jawab Revan.
"Hhhh... "
*******
"Drrt.... drrt... " Bunyi ponsel dari balik bantal.
Arinda, menggapai dengan mata tertutup, mencari disekitar bantalnya, akhirnya menemukan sumber suara.
Matanya menyipit, melihat siapa yang menelpon, sedikit mengucek matanya yang mengabur.
Belum lagi kelopak matanya yang terasa berat dan bengkak.
"Hmmmh... " jawabnya lirih saat tahu siapa yang memanggil.
"Rin.... sudah makan, ayo temani aku makan? " suara diujung sana terdengar tenang, meski sebenarnya cukup kuatir melihat kondisi adiknya.
Arjuna, sang Kapten kapal pesiar itu, meminta Arinda ikut dengannya dalam tour keliling tahun ini.
Karena ia tahu setiap akhir tahun, beberapa tahun ini, sebelum perpisahannya dengan Aleandro, mereka selalu liburan berdua.
Arjuna sangat tahu, meski tetap tertawa, adiknya itu sedang depresi, Aleandro, kekasihnya sejak kuliah lalu mereka menikah dan memiliki putri, kemudian berkhianat.
Arjuna tahu dibalik senyum cerianya, Arinda sangat tertekan, karena itu diputuskannya mengajak Arinda ikut dengan memberinya kamar terbaik di kapal pesiar itu.
Untung Arinda setuju, karena memang belum pernah keliling dunia dengan kapal pesiar.
"Ah, aku masih malas keluar, bang, di kamar saja" desah Arinda.
"Lalu, kapan kau lihat pemandangan indah diatas kapal, kalau di kamar terus? " Arjuna mencoba membujuk.
"Dari kamar juga, aku melihat laut, bang" Arinda membalas.
"Bagaimana? kita ketemu di restoran, okey? " ajak Arjuna, mengabaikan alasan Arinda
"Hmmmh... " lirih suara Arinda
"Hei, ayolah, aku tidak apa-apa sendirian, tapi kalau ada adik, aku kan senang juga ditemani" Arjuna memberi alasan.
Seorang Arinda tidak bisa diyakinkan dengan bujukan, harus pakai logika.
"Tapi bang, aku baru bangun bang, belum mandi. " Arinda memberi alasan, mencoba membatalkan.
Arinda tahu, abangnya sangat disiplin, jadwal makan pun harus tepat waktu.
"Tidak apa, abang juga belum terlalu lapar, pokoknya abang tunggu, hari ini jadwal abang cukup longgar. " Arjuna kekeuh.
Bukan apa-apa, sungguh ia tidak sanggup melihat adik kesayangannya terpuruk begini, apalagi papa dan mamanya berpesan.
"Mama percayakan adikmu, kau buat dia tersenyum lagi saat kembali nanti, biarkan saja dia berbuat sesukanya di kapal, asal tidak menangis lagi. " wanti-wanti mamanya.
"Pokoknya, kembali nanti, matanya itu sudah tidak berair. " perintah Abimanyu, kakak kedua dibawah Arjuna.
"Kau kan paling dekat, lagian kau yang mau merawat Dzakiyyah nanti, jadi kau tenangkan dulu ibunya. " alasan Qaizar, kakak pertamanya lebih parah.
Yah... Mereka bersaudara kompak menghibur Arinda, tak ada sedikitpun yang ingin mengusik Aleandro.
Mereka keluarga yang terbiasa berfikir terbuka, kalau Aleandro masih serius ingin memperbaiki hubungan dengan Arinda, maka Aleandro sendiri yang harus berusaha.
Mereka tidak akan mencampuri, apapun keputusan Arinda dan Aleandro, yang jelas mereka akan melakukan yang terbaik untuk menyenangkan Arinda.
Mereka bahu membahu menyenangkan Arinda, dari menghandel urusannya yang belum selesai hingga menjaga putri kecilnya.
Arinda pekerja profesional, semua diselesaikan tepat waktu dan berusaha mengerjakan yang terbaik, namun setelah itu, dia hanya menghabiskan waktu di kamar untuk menangis.
Memang cukup aneh, adik semata wayangnya yang perempuan itu, terkadang papa, mama, dan kakak-kakaknya ingin tertawa terbahak-bahak.
Arinda serius bersedih atau serius bekerja? Yang mana yang menjadi ciri khasnya, saat bekerja, ia bekerja seolah tidak memiliki beban, ia totalitas.
Namun anehnya, setelah lepas dari kesibukannya, ia seakan orang yang mudah putus asa, ia kembali dengan sikap cengeng, menangis dan menghiba memilukan, seakan beban dikepalanya begitu berat.
Apakah ia sedang menerapkan istilah,
"Gantungkan masalahmu di depan pintu, saat menghadapi Murud-muridmu, setelah pulang baru ambil kembali masalahmu"
Mungkinkah itu pula yang membuat Aleandro lelah dan tidak memahaminya? karena Arinda seakan acuh dan tidak serius menghadapi rumah tangganya.
Arjuna sibuk, namun telinganya cukup banyak mendengar informasi dari ipar-iparnya, jika Arinda menerapkan sistem "The power of online food", "Luckily have online shoping".
Arinda tidak ingin disibukkan dengan urusan apapun di dapur atau urusan rumah tangga yang dianggapnya remeh.
Sementara Aleandro, terbiasa mendapatkan kehangatan dan perhatian dari rumah, meski demikian, Arjuna cukup menyesali, mengapa masalahnya baru muncul setelah mereka menikah, bukankah mereka sudah saling kenal sejak bangku kuliah?
Mungkin benar, masalah utama, adanya wanita ketiga, wanita masa lalu Aleandro di masa SMU, sekaligus rekannya di club karate.
Apa yang tidak didengar Arjuna? Bahkan hubungan mereka dulu saja sudah diketahuinya, Satu-satunya wanita yang mampu mengimbangi permainan karate Aleandro, juga hanya Aleandro yang dapat menaklukkan wanita ini.
Suatu waktu, disaat luangnya nanti, Arjuna berjanji, akan menyempatkan menemui Aleandro dan memberinya sedikit "Pukulan mesra" mungkin 4-5 kali pukulan di bagian vitalnya, dia perlu menunjukkan kalau kakak Arinda ini juga pemegang sabuk tertinggi di club nya dulu.
Siapa pun tidak terima, keluarga tersayangnya disakiti, tapi Arjuna sudah dewasa untuk menghadapi persoalan dengan kepala dingin, apalagi ada Dzakiyyah, putri Arinda dan Aleandro.
*******
Hampir sejam Arjuna duduk menunggu di sudut restoran, beberapa tamu restoran, disapa dengan ramah dan sopan oleh sang Kapten.
Lalu semua kembali dengan acara masing-masing, membiarkan Kapten dengan kegiatannya sendiri, sebagaimana ungkapan.
"Uruslah, urusanmu sendiri. "
Seorang wanita tinggi, cantik, ramping dan menawan, tepatnya wanita muda, muncul dengan dress putih kembang-kembang didominasi warna merah dan silver.
Revan yang tidak sengaja melihat ke pintu masuk, membelalak dan menajamkan pandangannya.
Kontan Albert dan Nick yang melihat reaksi Revan, ikut memalingkan muka, mengikuti arah pandangan Revan.
Pandangan mereka tidak lepas, mengikuti kemana langkah si wanita yang sukses mengacaukan fikiran seorang teman mereka.
Deg.
Ketiganya mengalami keterkejutan yang sama, demi melihat kenyataan, wanita cantik itu tersenyum manis dan berhenti tepat di meja dimana Kapten berada.
Kapten Arjuna berdiri sesaat dan merangkul, bahkan memberikan kecupan cukup dalam di kening wanita itu, lalu mengajaknya duduk.
Revan memalingkan muka, disambut kelingan kedua temannya yang kontan menepuk bahu Revan pelan.
"Menurutmu, itu ciuman cinta atau sayang? kepada kekasih atau teman? " Tiba-tiba Albert berkomentar.
"Ck... hei bung, kau ini mau memancing emosi ya? " gerutu Nick.
"Wait.. jangan emosi dulu, bung" Tepis Albert.
"Aku coba menjaga prasangka, mengingat reputasi Kapten Albert, kita tidak akan berfikir dia sedang berselingkuh bukan.? " Albert memberi alasan
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Ayu Dani
Ayo dong thor bikin kuat MC nya jgn cengeng kya gtu
2024-02-01
0