Bab. 3 Kenangan Buruk

Hari Ketiga Diatas Kapal Pesiar

Arinda belum juga mau keluar kamar, ia hanya tahu, kapal masih berada di sekitar Laut teritorial Indonesia mendekati Samudra Pasifik, begitu jawaban seorang room steward yang bertugas mengantar keperluannya.

Arinda enggan meninggalkan kamarnya, dua hari lalu, saat mencoba menikmati senja di salah satu geladak kapal, yang ada ia terus berurai airmata.

Pemandangannya terlalu indah untuk dilewatkan sendirian, ia merindukan seseorang, dan orang itu tentu saja Aleandro, suaminya yang sudah tega menghianatinya.

Bagaimana mungkin ia terjebak disini, sendirian dan kesepian, terluka dan tidak berdaya, namun ia tak mampu melewati masa liburan ini di rumah mereka.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, semua jadwal kegiatan pekerjaan sudah dikosongkan dan selama sebulan khusus untuk travel schedule yang sudah mereka susun.

Namun kali ini tidak ada lagi jadwal liburan berdua atau mungkin bertiga....

"Huuuu..... " Lagi-lagi airmatanya mengucur, yah seharusnya liburan kali ini mereka rencanakan bertiga dengan adanya Dzakiyyah, putri kecil mereka.

Dzakiyyah tidak lama lagi genap dua tahun. Putri kecilnya itu sudah mulai meniru suara-suara disekitarnya, mulai berucap mama... papa... mam... pap...

"Tega kamu Mas Ale... hiks... hiks...hiks.... " Arinda sesenggukan, sedari bangun, ia sudah mulai berkaca-kaca, dan makin teringat putri kecilnya, airmatanya makin tak terbendung.

Rasanya dunianya sudah runtuh, Arinda yang cantik, selalu bahagia, sedari kecil tidak pernah bersedih, selalu terpenuhi apapun keinginannya, kini dihadapkan pada kenyataan pahit, suaminya mendua.

Arinda menatap nanar lewat jendela bulat kapal didalam kamarnya yang mewah, satu tangan indahnya bertumpu pada dagu, satu lagi menyentuh bagian jendela, rambutnya yang indah pun acak-acakan, gaun tidurnya masih sama sejak kemarin.

Arinda sengaja memilih melalui liburan panjangnya ini diatas kapal pesiar, menjauhi daratan seakan menjauhi semua kenyataan yang ada, ia tidak ingin melihat, mendengar ataupun bersinggungan dengan kegiatan yang mengingatkannya pada Aleandro.

Sudah 3 bulan talak itu jatuh, terhitung sudah hampir satu tahun mereka tidak bertemu, awalnya Arinda masih cukup tenang, setelah meninggalkan rumah besar mereka di Kalimantan dan pulang ke Jakarta membaca bayi kecilnya.

Arinda masih ingat semua perasaan was-wasnya beberapa bulan lalu, rasa curiga dengan satu chat yang dibacanya di ponsel Aleandro.

Aleandro yang mulai berubah, mereka jarang lagi memposting kebersamaan mereka di akun instagram mereka yang memiliki followers jutaan, bahkan penghasilan mereka dari akun instagram pun luar biasa.

Aleandro sudah 2 bulan sibuk bolak balik Jakarta-Kalimantan dengan urusan bisnis, meski Arinda sangat faham namun sedikit heran karena tak pernah Aleandro menyertakannya dalam jadwalnya sebagai mana biasanya tanpa perlu diminta, namanya pasti tercantum dalam rute perjalanan bisnisnya.

Alasannya ketika itu, Arinda habis melahirkan dan itu betul, Arinda awalnya mengalami baby blues syndrom lalu berlanjut dengan depresi postpartum yang cukup parah.

Arinda merasakan tekanan berat saat kelahiran bayinya, disaat itu ia ingin sekali bermanja-manja pada Aleandro, namun Aleandro malah disibukkan dengan urusannya di Kalimantan maupun kunjungannya keluar negeri.

Arinda harus banyak beristirahat selain itu, Arinda masih harus menyusui baby Kia, tidak mungkin dengan kondisinya yang lemah dan perlu masa pemulihan, ia ikut-ikut kemana Aleandro pergi.

Pasca melahirkan, Arinda otomatis cuti dari pekerjaannya, entah mengapa ia banyak kesal, cemburu dan marah-marah tidak menentu, saat Aleandro di rumah, semestinya ia tampil cantik dan menyenangkan, namun Arinda selalu kesal pada Aleandro, sungguh Arinda menyesali sikapnya yang begitu manja dan kekanak-kanakan, hingga Aleandro akhirnya memilih keluar rumah setiap kali pertengkaran yang tidak jelas sebabnya mulai muncul.

Arinda ingat satu chat Aleandro, ketika itu...

"Aku bingung Rin... sikapmu seperti anak-anak, kau memang hebat dalam urusan bisnis dan perfilman, namun kau sama sekali tidak belajar menjadi seorang istri. "

"Hiks... hiks... hiks... " Kembali Arinda menangis pilu.

"Mas Ale.... kenapa mas Ale tega.... kalau Arinda memang tidak sempurna jadi istri, kenapa mas Ale tidak memberi Arinda kesempatan? Kenapa Mas Ale tidak membimbing Arinda? kenapa malah mencari pelarian? cinta Mas Ale ternyata bohong. " Lagi-lagi Arinda tergugu, terpuruk dalam duka yang panjang.

"Maafkan aku Rin, aku menyayangimu, aku mencintaimu, aku mencintai anak kita, aku tidak menginginkan perpecahan diantara kita, namun aku sadar aku juga harus bertanggung jawab pada seseorang, maafkan aku Rin." suara Mas Ale dari balik pintu depan kamar.

Ketika itu Mas Ale datang setelah Arinda menemukan bukti perselingkuhannya dengan seorang wanita, Arinda berlari masuk kamar, sebelum Arinda sempat menguncinya, Aleandro sudah berteriak dengan alasannya.

Bagaimana mungkin? Pasti awalnya mereka saling bermain mata, lalu salah satu mulai mendekati, lalu kenalan, saling terbuka, saling curhat, mungkin saja di tempat sepi, atau mereka ke suatu tempat romantis, sebagaimana kesukaan Aleandro.

"Tidaak..... " Arinda menggelengkan kepala keras-keras, Arinda ingin menghilangkan semua bayangan buruk itu dari kepalanya.

Dirinya seorang sutradara, sering mengarahkan seorang aktor dan aktris dalam beradegan, membuat adegan menjadi begitu sedih ataupun begitu bahagia, adalah dia ahlinya.

Mengarahkan orang pada situasi marah atau suasana meresahkan oleh gairah juga bukan hal baru baginya.

Kini, ia harus melihat kenyataan, suami tercintanya di dekap, dicium dan beradegan mesra dengan wanita lain?

Andai itu cuma adegan film, mungkin dapat diterimanya, namun ini adegan mesum yang nyata, bagaimana ia menanggapinya? Arinda merasakan dadanya sesak dan bergemuruh, seakan sesuatu menekan dan siap meledak.

Arinda berusaha tegar, ia terlalu cinta pada Mas Ale, Arinda ingin berdamai, Arinda ingin memaafkan dan menerima kenyataan itu, mungkin benar sebagian memang salahnya juga.

Arinda sadar, ia juga banyak salah, Arinda yang egois, Arinda yang kekanak-kanakan.

Arinda mencoba introspeksi diri, hari itu ketika Aleandro meminta maaf namun Arinda hanya mendiamkan saja, Aleandro akhirnya keluar rumah entah kemana.

Sementara Arinda memilih berdiam di kamar untuk merenungi semuanya, ia harus bersikap dewasa, ia harus berfikir jernih untuk kebaikan mereka juga untuk Baby Kia.

Arinda menyadari, sadar se sadar-sadarnya, melihat dirinya, kekurangannya selama ini.

Aleandro yang terbiasa dilayani oleh ibunya kakak perempuannya, Arinda sudah mengetahui kalau keluarga Aleandro adalah jenis keluarga kaya namun bergaya hidup sederhana.

Ibu Aleandro selalu memasak untuk anak-anak mereka, meski dibantu asisten rumah tangga, ibunya sendiri yang membuat dan menentukan masakan apa yang mereka makan untuk sarapan, makan siang, makan malam termasuk cemilan sebagai selingan diantara menu utama.

Ibu Aleandro adalah wanita yang menyukai berbagai jenis hidangan, memiliki hobi memasak dan menjamu tamu-tamu, tidak heran mwreka sering mengundang dan mengadakan perjamuan makan dengan berbagai resep.

Ibu Aleandro adalah wanita yang mengabdikan dirinya utuh sepenuhnya mengurusi suami dan anak-anak nya hingga sukses dan menjadi orang-orang hebat, seperti kakak iparnya, Alexander seorang dokter spesialis dan pemilik rumah sakit, Alianna, seorang pengacara hebat pemilik firma hukum yang terkenal, Aldric pemilik maskapai penerbangan serta Aleandro sang pewaris bisnis keluarga yang bergerak di bidang bisnis tambang dan minyak.

Sangat berbeda dengan kehidupan Arinda yang terbiasa hidup di luar negeri, mereka menyukai segala hal yang simpel dan mudah.

Mereka bukan keluarga yang terbiasa berkumpul, makan pagi dengan tenang, makan siang bersama apalagi makan malam.

Mereka terbiasa serba instan, tapi meski demikian papa dan mamanya saling memahami tugas dan tanggung jawab masing-masing.

Meski jarang makan bersama di rumah, mereka melewatkan waktu bersama saat liburan di mall, nonton bersama, Jalan-jalan bersama atau liburan bersama.

Meski semua serba di beli, bagi mereka, kalau ada yang mudah kenapa mesti mempersulit diri, bukankah catering banyak, masakan online banyak, apa salahnya?

Sungguh Arinda tidak bisa Terima, jika karena seorang wanita lebih pandai memasak menjadi alasan dirinya ditinggalkan.

Pasti ada alasan lain? Tidak masuk akal.

Terpopuler

Comments

Ayu Dani

Ayu Dani

Hmmm emang rumit beda keluarga beda peraturan

2024-02-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!