Perempuan & Takdir (Proses Edit-revisi)

Perempuan & Takdir (Proses Edit-revisi)

1. Wedding Day

Wedding Day

 

 

Acara resepsi digelar dengan cukup meriah disebuah gedung serbaguna dengan nuansa putih - emas mendominasi dekor ruangan. Dengan diiringi lagu dari band indi yang lumayan punya nama suasa kian terasa mewahnya. Tamu pun hilir mudik, datang dan pergi.

Sebagian sibuk mengantri untuk bertemu kedua mempelai, sebagian lagi sibuk memilih hidangan yang memang disediakan untuk menjamu para tamu dan kolega.

"Selamat ya Mas, Mbak."

"Selamat ya dek Anin, mas Bim."

"Selamat ya pak Bas."

Entah itu ucapan dari dari orang yang dikenal maupun tidak, wajib bagi kedua mempelai menyambut dengan hangat, dijabat dan jangan lupa pasang senyum se-sumringah mungkin. Termasuk kepada sang Mantan.

"Walah mantennya udah kemrungsung ini lho, wes rak kuat senyum," ucap seorang laki-laki sambil cengengesan godain si Manten.

"Jangan lupa minum jamu strong, biar kuat, jos sampai pagi," tambah laki-laki tersebut, yang diketahui adalah Agus sungkono, sahabat Bima.

Bima menjabat tangan dan memeluk sahabat laki-lakinya.

"Thank Bro, doain saya berhasil nanti malam," ucap Bima dari balik punggung sahabatnya sambil senyum nakal ke arah istrinya yang entah apa maksud dan tujuan ia melakukan itu.

Anin Merona akibat ucapan sahabat suaminya itu. Sudah merah pipinya makin merahlah pipinya.

"Sampai jam berapa ini, nggak habis-habis tamunya," Gerutu Anin pada dirinya sendiri. "Nggak tahu apa ini kaki udah segede pohon pinus," imbuhnya.

"Kenapa?" Tanya Bima pada istrinya. Dan yang ditanya malah kaget.

"Eh, ah nggak apa-apa. Haus."  Kibas-kibas tangannya ke muka.

"Haus apa panas?"

"Panas. Eh haus maksudnya," jawab Anin singkat. Ini kenapa deh…kok jadi grogi begini. Tenang, Nin tenang. Dia cuma seorang Bima bukan malaikat tampan, atau pangeran Dubai yang ganteng tanpa batas itu. Tarik nafas. Tarik nafas dalam, keluarkan. Okay. I'm fine. Tidak akan terjadi apa-apa nanti malam. Batin Anin menenangkan dirinya.

"Mas, gue -eeh- maksudnya Aku, Aku mau ambil minum. Mau sekalian, nggak?"

"Boleh, air putih aja yah," Pinta Bima

"Okey. wait me," jawab Anin sambil jalan menuju tempat makanan dan minuman disajikan.

"Always honey," jawab Bima pelan dan dipastikannya Pearly tidak akan pernah mendengarnya.

Ya. Bas Bima Aji sudah jatuh cinta kepada istrinya sejak pertama kali dia melihat fotonya. Semakin cinta dan yakin setelah mereka dipertemukan untuk pertama kali.

Yakin dengan pilihan hatinya, dia pun meminta kepada kedua orangtuanya untuk segera dan tak menunda-nunda lagi meminang Anindira Otis sebagai calon istri untuknya sekaligus calon menantu kedua orangtuanya. Namun sekali lagi Bima harus bersabar, karena harus menunggu sang calon istri menyelesaikan tugasnya.

Sejak saat itu, diam-diam Bima memperhatikan Anin. Diam-diam mengikuti perkembangan gadis itu. Diam-diam marah, kesel, jengkel kepada Anin, yang membiarkan dirinya digoda dan dirayu teman laki-laki dikampus maupun di tempat kerjanya. Rasanya ingin ditonjoknya teman laki-lakinya itu. Dan saat itu juga di urungkannya lagi niatnya itu.

Anin berjalan menyusuri jejeran macam-macam makanan serta minuman. Entah apa yang dia cari, dari tadi hanya berputar-putar sekitaran meja prasmanan itu. Sedangkan letak air putih persis di depannya saat ini. Dimana dia sedang berdiri mematung.

"Oy, ngapain?" suara cempreng sahabatnya masuk ke telinga Anin

"Diih, bisa nggak sih nggak ngagetin orang, hobi baru ya!" Jawab Anin ketus dan sahabatnya hanya bisa tertawa melihat sikap Anin yang sedari kemarin uring-uringan dan jadi lebih sensi.

"Waduh, ngambek. Iya sorry-sorry, ya lagian kamu sih, dimanapun, kapanpun, pasti ngelamun nggak jelas. kenapa sih? heran deh, Mantenan tuh harusnya bahagia sumringah gitu lho, biar yang lihat tuh seneng, ikut bahagia. Lah ini manyun mulu, kalau nggak manyun ya bengong mulu." Cicit Meilani.

"Au ah Bodo! aku kesana dulu ya, mau kasih minum anak orang nih." pergi sambil membawa dua buah gelas berisi air putih.

Dan meilani dibuat bingung olehnya. Siapa yang dimaksud anak orang?

Di pelaminan....

"Nih minumnya." Menyodorkan segelas air putih pada Bima.

"Lama banget, di toko mana sih belinya?"

"Hehe… nggak lucu," jawan Anin sekenanya. Sementara Bima langsung menenggak air yang baru saja diterimanya.

"Kok asin airnya, kamu kasih garam ya?" Bima membolak balik sisi gelas berisi air tersebut.

"Iiih, mana aku tahu kalau rasanya asin, lah aku ambil dimeja itu kok," Tunjuk Anin di salah satu stand prasmanan.

Bima kemudian tersenyum memperlihatkan gigi putih bersihnya mendengar penjelasan istrinya. Senyum yang bisa diartikan ajakan sang penggoda yang siap membuat para wanita rela menyerahkan dirinya. Tapi tidak buat Anin karena itu menjijikan.

Acara berlangsung hingga pukul 23.00 wib. Sesampainya dirumah, Anin pun langsung merebahkan diri hingga tertidur pulas di kamarnya, di kamar pengantinnya tanpa melepaskan dan membersihkan riasan make up nya.

Sedangkan Bima masih bercengkrama dengan keluarga. Dan malam pertama berlalu begitu saja. Tanpa terjadi apa apa.

"Alhamdulillah," batin Anin berucap keesokan paginya.

****

 

 

O iya, sebelumnya ijinkan kami memperkenalkan diri.

Perkenalkan namanya Bas Bima Aji.  Nama aslinya sih, Basuki Bimo Aji. Karena dianggap kolot maka secara sepihak Bima merubah namanya sendiri menjadi Bas Bima Aji. 29 tahun dan baru saja sold out.

Dengan tinggi diatas rata-rata, ketampanan diatas rata rata, kekayaan di atas rata-rata dan Aah sudahlah tak-akan habis menyebutkan kelebihan dirinya.

Yap! Dialah yang mengucapkan ijab qobul beberapa saat lalu. Dan sekarang dia telah resmi menjadi Suamiku. 

Aku?

Oh, ya....Perkenalkan, namaku Anindira Pearly Otis, Panggil saja Anin. Saat ini masih tercatat sebagai Mahasiswi Kedokteran tahun terakhir yang sedang menjalani kepaniteraan atau Ko-*** di salah satu Rumah sakit di Ibukota.

Saya juga Anak ketiga dari tiga bersaudara dan merupakan putri satu-satunya di keluarga Otis. Usia saat ini antara 24-25 tahun, kalau tidak salah, hehe. Namun apalah daya, belum disumpah sudah bersumpah. Sebab mulai detik ini telah resmi dipersunting lelaki asal Yogyakarta itu.

Kini statusku selain seorang mahasiswa, juga sudah resmi menjadi seorang istri. Menyandang gelar nyonya Bima. Dan sebenarnya aku sendiri bingung, harus bahagia atau justru sedih, menangisi nasib jadi Siti Nurbaya di era Milenial begini.

Yap. Tebakan kalian benar. Kami berdua adalah korban perjodohan jaman now dengan pertimbangan bibit, bebet, bobot. Dan satu lagi, Bisnis.

Dan entah kenapa, kami, khususnya aku pribadi mengikuti dengan patuh instruksi orang tua kita.

Mungkin karena calon suami ganteng tiada tara? atau karena kaya raya?

Oh No!! yang jelas bukan karena itu.

Percayalah walaupun keluarga kami bukan dari keluarga kaya raya, tapi kebutuhan kami selalu tercukupi dan terpenuhi. Alhamdulillah yah sesuatu.

Banyak yang bilang, bahwa aku sangat beruntung mendapatkan suami seperti Bima. Tetapi itu sebanding dengan dia yang juga beruntung mendapatkan aku, sebagai Istrinya.

Kurang apa coba aku ini. 

Cantik. itu relatif sih.

Pinter? Akademisku jangan diragukan.

Pengalaman? Yah, lumayan lah. Notbad. Eh, tunggu dulu, pengalaman apa nih yang dimaksud?Dapur, kasur, sumur?

Sebenarnya aku nggak berpengalaman sama sekali. Tapi ya sudah lah ya… Kan sudah syah. Nggak bisa dibatalin juga. Jadi, terima dengan lapang dada saja. Semoga aku bisa jadi istri yang membanggakan untuknya. Aamiin.

Yang jelas, saat itu aku tidak ingin membuat kedua orang tua sedih dengan melawan kehendak mereka.

Terpopuler

Comments

nobita

nobita

wah, kayaknya menarik

2021-03-04

0

Mar'atus Sholehah

Mar'atus Sholehah

coba mampir, baca komen para reader kayaknya menarik

2021-02-07

1

Geta Andesiska

Geta Andesiska

baru mulai baca 😉😉

2020-09-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!