Sesuai omongan semalam. Inara benar-benar datang dan menunggu Fatih di sebuah taman di mana mereka sering bertemu.
"Dia benaran ingin datang enggak sih?" tanya Inara pasalnya sudah beberapa menit ia di sana. Namun, Fatih tak kunjung datang. "Atau apa semalam dia salah ngasih kabar? Bukan aku sebenarnya yang dia kabari untuk bertemu?" tanya Inara lagi.
Ia terus menghela napas panjang sekali-kali mengelilingi taman agar menghilangkan rasa bosan menunggu Fatih yang belum datang.
Udah satu jam, Fatih belum juga datang. Inara pun mengetik pesan pada gus tersebut dan ia akan segera pergi. Mungkin benar Fatih salah telfon semalam, ia hanya terlalu berharap.
Namun, saat dia berbalik badan Inara di kejutkan oleh kehadiran lekaki yang berjongkok di depannya sambil memegang sebuah bunga dan menyodorkan sebuah cincin.
"Gus Fatih," gumam Inara menoleh kiri-kanan. Ia sedikit shock dengan keberadaan lelaki itu apalagi dengan keadaan seperti ini.
"I-ni maksudnya apa?" tanya Inara.
"Apa kamu bersedia untuk taaru'f denganku?" tanya Fatih terlihat begitu bersungguh-sungguh.
Inara terdiam sesaat dan tidak menjawab ucapan Fatih. Apa gus itu bercanda? Apa dia mengajaknya? Yang benar saja.
"Gus nanya saya?" tanya Inara balik.
Fatih mengangguk. "Siapa lagi kalau bukan kamu?" tanya Fatih.
"Tapi...."
"Kamu hanya bisa menjawab menyetujuinya, Inara."
"Tapi gus tahu gimana Inara? Inara tak cocok bersanding denganmu. Inara-"
"Kita perbaiki sama-sama, saya akan mengajarimu tentang islam agar kamu bisa mengubah diri lebih baik lagi. Saya tidak pernah memandang kamu buruk. Kamu sangat pantas bersanding denganku, aku memilihmu."
Inara terdiam kembali. Apakah dia harus menerimanya? Atau menolaknya? Sungguh dia sangat bimbang saat ini.
Fatih juga tak kunjung berdiri dari jongkoknya masih dengan posisinya sebelumnya. Tak peduli dengan pandangan orang yang berlalu lalang.
Bahkan ada sebagian orang yang berteriak dengan mengatakan Terima!
"Tapi gimana dengan mbak Kanara? Mbak Kanara lebih pantas bersama gus. Saya sudah minder duluan gus untuk bersama mu."
"Jangan pikirkan perasaan seseorang, Nara. Aku memilihmu dan tidak akan pernah terganti," jawab Fatih.
Sebab Fatih terus saja menjawab apa yang dia katakan, Inara juga tak bisa memilih lagi selain menerima tawarannya. Inara pun perlahan mengangguk.
"Baik, saya terima tawaran gus," ucap Inara. "Tak ada alasan untuk tidak menerimamu gus. Kamu sempurna."
Fatih tersenyum dan berdiri dari jongkoknya setelah itu memberikan cincin tersebut. Biar Inara yang memakainya sendiri sebab mereka belum muhrim.
Inara pun memakainya di jari manisnya setelah itu menerima pemberian bunga Fatih.
"Maaf saya lama datang. Sebenarnya saya sudah datang dari tadi bahkan sudah mengikutimu."
"Tapi kenapa gus tidak memanggilku?" tanya Inara terlihat kesal.
Fatih bukannya menjawab malah terkekeh melihat wajah kesal Inara, calon istrinya.
"Sebab ingin memberi kamu kejutan. Besok saya dan keluargaku juga akan datang ke rumahmu melamarmu secara resmi di depan kakakmu. Dan juga akan ke makam orang tuamu untuk meminta restu mengambil putrinya."
Seketika Inara tersenyum. Dan tidak menyangka orang yang menolongnya di cl*b kala malam itu bisa menjadi calon suaminya. Rencana Allah memang tidak bisa di tebak kapan datangnya.
"Jangan tersinggung dulu boleh?" tanya Fatih membuat Inara menoleh lalu mengangguk. "Saya ingin kamu memakai kerudung dan bisa berpakaian tertutup, apakah itu bisa? Saya tidak bermaksud..."
"Saya akan melakukannya gus, lagian saya sudah ingin berniat seperti itu, besok saya akan mulai berpakaian tertutup dan mulai belajarn ilmu agama lebih dalam lagi."
Fatih tersenyum lalu mengangguk. Semoga Inara bisa mengubah dirinya lebih baik dan beristiqomah.
"Semoga Istiqomah."
"Aamiin, kan jadi istrinya gus Fatih memang harus istiqomah," seru Inara seraya tersenyum.
Hal itu membuat Fatih gemass sendiri sebab gadis itu tersenyum seraya menatapnya ke atas. Fatih memang cukup tinggi darinya, mungkin Inara hanya sebatas bahunya.
"Sekarang mau kemana?" tanya Fatih.
"Pulang aja gus. Tapi saya mau nanya ke gus boleh?"
"Tentang apa?"
"Tentang mbak Kanara. Kan gus memilih Inara gimana dengan mbak Kanara?"
"Kamu tidak perlu memikirkannya, orang tua ku akan mengurusnya dengan orang tua Kanara."
Inara hanya menganggukan kepalanya saja. Namun ia kembali menatap Fatih yang sedang memandang ke depan.
"Gimana dengan keluarga gus? Apa mereka menyetujui pilihan gus?" tanya Inara lagi seraya naik ke mobil Fatih.
Fatih melepaskan jaket yang dia pakai lalu menutupi paha Inara yang hampir terlihat.
"Makasih," ucap Inara membuat Fatih mengangguk.
Di dalam mobil baru Fatih menjawab pertanyaan Inara tadi. Bahwa keluarga setuju dengan keputusannya. Hal itu pun membuat hati Inara tenang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
•§¢•four10/Bila
Jodoh dari Allah sangat luar biasa
2024-01-09
1
•§¢•four10/Bila
Aamiin ya rabbal alamiin 🤲🤲
2024-01-09
1
Nendah Wenda
ahirnya jodoh itu tak ada yang tau dan jangan melihat atau menilai orang dari penampilannya
2024-01-07
2