Langit malam, hujan deras. Inara menatap keluar jendela kamarnya.
"Siapa yang akan gue Fatih pilih?" tanya Inara. "Kenapa aku enggak tenang? Padahal aku ingin kalau gus Fatih tak memilihku, sudahlah Inara, gus Fatih tidak akan pernah memilih seseorang sepertimu. Dari segi mana mbak Kanara yang pantas," gumam Inara. "Tapi kenapa tak rela?"
Inara menutup jendela kamarnya dan mulai naik ke ranjang, agar segera tidur dan tidak memikrikan sesuatu yang tak akan mungkin terjadi.
"Apakah aku berusaha untuk mengubah diriku seperti apa yang di katakan kak Dewi?" tanya dirinya sendiri seraya menatap langit-langit kamarnya. "Tapi kalau aku enggak kerja di cl*b itu lagi. Apa yang kami harus makan? Hanya itu yang bisa membantu kak Dewi."
(◍•ᴗ•◍)❤(◍•ᴗ•◍)❤
Sama halnya dengan apa yang dilakukan Inara. Fatih juga tengah memikirkan siapa yang akan harus ia pilih diantara kedua gadis tersebut?
Pintu kamarnya terbuka masuklah, uminya mendekati sang putra yang tengah berdiam diri di balkon kamar.
"Fatih." Suara lembut itu mampu membuat Fatih menoleh ke belakang dan menampakkan senyumannya.
Umi Tifa mendekati putranya dan duduk di sampingnya. Setelah itu menghela napas panjang.
"Jadi gimana keputusanmu, nak? Apa kamu sudah memikirkannya?" tanya umi Tifa.
Fatih terdiam dan menatap lurus ke depan. Jujur saja, ia sudah menentukan gadis yang akan ia pilih. Namun, masih ada keraguan dalam dirinya.
"Kalau Fatih menyuruh umi memilih, siapa yang akan umi pilih antara Inara atau Kanara?" tanya Fatih.
"Umi menyukai keduanya, makanya itu umi menyuruh kamu yang memilih. Lagian kamu yang akan menjalaninya bukan umi, pilih wanita yang memang sudah mendekat di hatimu Fatih."
Farhan juga masuk ke dalam kamar putra sulungnya itu dan ikut bergabung.
"Ikuti kata hatimu jangan ikuti kata otakmu. Otakmu bisa saja berubah, tapi kata hatimu tidak," ucap Farhan membuat mereka menoleh bersama, hal itu membuat umi Tifa mengangguk.
Fatih masih terdiam. Kedua orang tuanya pun masih santiasa menunggu jawaban sang anak.
"Jika Fatih memilih Kanara yang sudah pasti paham agama seperti Fatih atau mungkin dari Fatih. Fatih tidak mungkin bisa menuntutnya, Fatih ingin menuntut istri Fatih, mengenggam tangannya sampai ke surga Allah jadi..." Fatih menjeda ucapannya sesaat. "Aku pilih Inara, Fatih bisa mengubahnya. Aku akan menuntutnya ke jalan yang benar. Kita di pasang-pasangkan untuk saling melengkapi kekurangan dan mengubah keburukan. Kami bisa melengkapi satu sama lain. InsyaAllah, itu yang sudah berada di benak Fatih. Semua orang bisa berubah seperti juga dengan Inara. Lagian Fatih lebih mengenal Inara dari pada Kanara."
Kedua orang tuanya saling menatap satu sama lain mendengar penjelasan serta pilihan putranya.
"Apa kamu sudah memikirkannya?"
Fatih menganggukkan kepalanya. Ia sudah memikirkannya beberapa hari ini.
"Fatih sudah memikirkannya."
"Inara seorang wanita malam yang kerjaannya keluar masuk sebuah cl*b."
"Fatih sudah tahu itu umi... Sebelum umi memberitahukannya," jawab Fatih.
"Apa kamu yakin dia masih suci?" tanya Farhan.
Fatih tersenyum. "Semua umat Allah itu suci, abi, tidak ada umat Allah yang haram walaupun pekerjannya bagaimana pergaulannya gimana. Tapi jika semua orang mengatakan jika Inara sudah tak suci biar Fatih yang akan menyucikannya. Lagian jangan menilai seseorang dari penampilannya tapi dari hatinya, Fatih yakin Inara gadis yang baik, dia tidak pernah ingin memberikan dirinya kepada laki-laki yang bukan muhrimnya."
"Kenapa kamu seyakin itu, nak?"
"Karena Fatih melihatnya sendiri. Saat malam Fatih mencari Fatir di sebuah cl*b Fatih bertemu dengan Inara yang sedang di kejar seorang pria hidung belang yang ingin menikmati tubuhnya. Namun, dengan berusaha Inara menghindar karena dia masih ingin mempertahankan mahkotanya. Inara bekerja di cl*b itu bukan melayani pria, tapi sebagai pelayan biasa pada umummya, dia hanya terpaksa melakukan itu sebab ingin membantu kakaknya untuk menyambungkan hidup mereka sehari-harinya."
Seketika kedua orang tuanya tersenyum mendengarnya. Tak menyangka jika sang anak bisa berpikir sedewasa ini untuk dirinya sendiri. Mereka akan terus mendukung setiap keputusan yang akan dia ambil.
Akhirnya keputusan Fatih sudah bulat memilih Inara. Semoga pilihannya tidak salah.
Kedua orang tuanya pun kembali ke kamar setelah berdiskusi begitu panjang dengannya. Bahkan Fatih di suruh untuk segara menghalalkan Inara secepatnya, lebih cepat lebih baik.
Fatih menelfon Inara untung saja gadis itu mengangkatnya.
"Assalamualaikum," ucap Fatih.
"Walaikumsslam, kenapa gus menelfon malam-malam gini?" tanya Inara seberang sana.
"Ganggu iya? Maaf, saya cuma ingin mengajakmu ketemuan besok di tempat kita biasa bertemu." Setelah mengatakan hal itu Fatih langsung mematikan telfonnya padahal Inara belum sempat membalas ucapannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
•§¢•four10/Bila
waduh sebenarnya Gus Fatih ini juga deg deg an makanya cepat cepat di matikan telfon nya 😁😁
2024-01-09
1
•§¢•four10/Bila
gimana bisa rela kalau seorang Gus ini begitu sempurna 🤣
2024-01-09
1
yayan
ah sesuai fikiranku thor klo Fatih milih Inara dr pd Kanara
2024-01-08
1