Sebab Inara terus memohon kepada Fatih atau sering disebut gus Fatih akhirnya mengantarnya pulang di mana Inara tinggal.
Di dalam yang di tumpangi mereka berdua, mereka cukup berbincang banyak. Bahkan, Inara menanyakan kenapa Fatih datang ke cl*b.
"Saya datang ke cl*b itu untuk mencari adik saya. Dia sering ke sana jika sedang ada masalah, tapi saya tidak menemukannya."
"Adik gus seorang perempuan atau laki-laki?" tanya Inara. "Maaf lancang."
"Seorang laki-laki."
Inara manggut-manggut. Untungnya hanya seorang lelaki, gimana jika seorang gadis sepertinya?
"Maaf bukannya bermaksud gimana, kenapa kamu ingin ke cl*b itu?"
Inara menunduk, dia tidak mungkin mengatakan jika dia berkerja di sana untuk memunuhi kebetuhan sehari-harinya, mungkin sebagian orang sudah menyebutnya wanita malam.
Karena tak mendapatkan jawaban, gus Fatih menghela napas panjang, seharusnya dia tidak menanyakan hal itu.
"Maaf."
Inara menoleh dan mengangguk. Tak berselang lama mobil yang gus tersebut kendarai berhenti di sebuah gang.
"Antar saya sampai sini saja, gus."
"Rumah mu yang mana?" tanya gus Fatih.
"Di dalam gang sana." Inara menunjuk sebuah gang kecil, tak mungkin mobil Fatih bisa masuk.
"Biar saya antar," jawab Fatih.
"Tidak usah, saya sudah begitu membuat gus repot. Lagian mobil gus tak bisa masuk di gang itu."
"Tidak, mari saya antar biar aman." Fatih keluar dari mobilnya, Inara pun terpaksa membiarkan lelaki itu mengantarnya sampai ke kontrakannya.
Sampainya di sebuah rumah sederhana, Inara berterima kasih kepada Fatih sebab sudah mengantarnya.
"Terima kasih, gus."
"Kamu tinggal sendiri?" tanya Fatih.
"Tidak, saya mempunyai seorang kakak."
Fatih mengangguk. Akhirnya dia pun pergi dari sana setelah gadis itu sudah masuk ke dalam rumah.
Jaket yang tadinya ia pake, ia berikan kepada Inara agar tubuhnya yang sedikit terbuka bisa tertutup.
"Sangat unik," gumam Fatih melajukan mobilnya meninggalkan gang kecil itu dan segera pulang ke rumah.
Sesampainya di rumah, Fatih disambut oleh uminya yang sudah menunggunya sedari tadi.
"Dari mana saja kamu, Fatih?" tanya uminya memeluk Fatih.
"Fatih nyari Fatir umi, apakah dia sudah pulang?" tanya Fatih.
Uminya melepaskam pelukan tersebut lalu menggeleng. Anak bungsunya itu sangat jarang pulang.
"Tidak dia tidak pulang," jawab sang umi membuat Fatih menghela napas panjang dan menuntut uminya untuk segera ke kamar.
"Fatir akan kembali, umi harus istirahat ok? Jangan banyak pikiran, kalau umi banyak pikiran nanti Fatih yang akan mendapatkan omelan abi jika abi pulang nanti." Fatih menyuruh uminya tidur.
Saat hendak pergi dari kamar oranh tuanya. Sang umi memegang pergelangan tangannya dan menyuruhnya duduk.
"Fatih."
"Kenapa umi?" tanya Fatih.
"Kapan kamu mencari pasangan hidup, nak?" tanya umi Tifa.
Fatih terdiam. Menikah? Dia tidak pernah terpikirkan untuk menikah saat ini, dia ingin fokus dengan ke masa depan. Lagian dia tidak pernah mencintai seorang wanita.
"Fatih belum ingin menikah, umi."
"Tapi di usiamu kamu sudah sepantasnya untuk menikah, nak."
"Ya sudah, Fatih belum mendapatkan pasangan yang cocok menurut Fatih."
"Umi mempunyai kenalan, dua orang wanita cantik, kamu bisa memilih diantara mereka."
Fatih melepaskan genggaman tangan uminya. Apalagi ini? Apakah uminya ingin menjodohkannya dengan gadis-gadis pilihannya.
"Fatih bisa mencari sendiri wanita yang cocok sama diri Fatih sendiri, umi."
Umi Tifah cemberut. "Kau tinggal pilih siapa yang akan kamu nikahi, ini permintaan umi. Jangan menolak, umi akan memberikan dua pilihan dan kamu harus memilihnya, setiap keputusan umi akan menerimanya, karena umi ingin menetes siapa yang kamu pilih diantara kedua wanita yang akan umi kenalkan kepadamu."
"Menetes apa umi? Pernikahan bukan main-mainan untuk menetes Fatih saja."
"Mungkin begitu maksud umi, pokoknya kamu pilih saja."
Akhirnya Fatih menghela napas panjangnya. Dan mengangguk saja, jika sudah uminya yang berkehendak dia sudah tak bisa berbuat apa-apa lagi.
"Tapi gimana jika Fatih tak memilih diantara dua wanita yang akan umi kenalkan?"
"Umi pastikan kamu akan memilih salah satu dari mereka. Dan umi sarankan berpikiran dengan matang nanti sebelum memilih."
"Iya umi. Kalau seperti itu Fatih ingin kembali ke kamar." Setelah mengatakan itu, Fatih berdiri dan keluar dari kamar orang tuanya.
Di kamar, Fatih merasa bingung. Kenapa dia harua memilih wanita yang akan dipilih uminya?
"Iya Allah yang terbaik saja, saya serahkan kepadamu. Mungkin sudah saatnya hamba memulai hidup baru, lama atau cepat hamba juga pasti akan menempuh jenjang yaitu membentuk keluarga sendiri. Hanya saja, semoga saya bisa mendapatkan seorang istri yang benar-benar cocok denganku, hanya itu yang saya inginkan."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Nendah Wenda
semoga di kasih yang terbaik
2024-01-07
1
yani suko
menetes itu apa ya ???
mengetes kah maksudnya thor ???
2024-01-07
0
•§¢•four10/Bila
Aamiin ya rabbal alamiin 🤲🤲
2024-01-06
1