Setelah makan malam, mereka kembali melanjutkan kegiatan mereka masing masing.
Pak Risal membawa Vale untuk menonton televisi, Adinda dan Rafael kembali ke kamar masing masing untuk lanjut belajar, karena mereka sedang ujian semester pertama. Ibu Dewi membantu Calista membereskan meja makan dan dapur.
Sambil membereskan meja makan, Ibu Dewi membuka pembicaraan dengan anak sulungnya. Ibu dewi tau, kalau tidak diajak bicara anaknya tidak akan memulai.
"Kak"
"Iya bu"
"Ibu gak tau harus mulai bicara gimana"
"Kenapa bu?"
"Kak, Vale kan sudah 4 tahun. Kakak gak ada rencana buat kuliah gitu kak?"
Calista tidak menjawab.
"Ibu tau, kakak masih merasa bersalah sama ibu dan bapak. Tapi ibu sama bapak sudah ikhlas menerima semuanya kak. Ibu sama bapak sayang sama kakak, adik adik dan vale. "
Calista tetap diam, sampai ibu melanjutkan.
"Ibu mau kakak kuliah, biar bisa cari kerja yang bagus biar kakak gak perlu kerja di toko depan terus. "
Calista memang setelah melahirkan Vale diusianya yg ke 16 tahun. Dia kembali melanjutkan sekolah menengah atasnya sampai lulus sekolah. Tapi ketika ditawarkan untuk kuliah, calista menolaknya. Calista lebih memilih untuk bekerja di toko depan gang rumahnya. Dia memutuskan untuk mencari uang sendiri agar dia dan anaknya tidak menyusahkan bapak dan ibu.
"Bu, kakak gak apa apa kok kerja di toko depan. Uangnya ibu sama bapak simpan aja, buat kuliah Adinda bu. Kan tahun depan adinda mau masuk kuliah bu. Sayang uangnya bu."
Ibu hanya bisa menghela napas mendengar ucapan anak sulungnya.
"Kak, kamu harus ingat. Vale itu bukan tanggung jawab kamu sendiri nak. Vale juga tanggung jawab bapak sama ibu. Karna Vale itu terdaftar sebagai anak bapak dan ibu."
"Bapak sama ibu ngelakuin hal itu biar apa? Biar Vale gak malu kalau ditanya siapa bapak dan ibunya. Gak hanya itu kak, tapi biar kamu bisa melanjutkan hidup kamu. Bisa bertemu laki laki baik hati yang bisa terima kamu apa adanya."
Ibu mengucapkan semua perkataannya dengan perlahan dan hati hati. Ibu takut menyinggung perasaan anaknya.
"Bu, kakak udah bilang kan kalau kakak gak ada kepikiran buat cari laki laki lain bu. Kakak takut salah pilih lagi. Kakak takut menyakiti hati ibu sama bapak lagi. hiks hiks hiks"
Ibu langsung memeluk calista dengan lembut dan meminta maaf.
...----------------...
Waktu sudah menunjukan jam 10 malam, Calista mengajak Vale untuk mencuci kaki dan tangan serta menggosok gigi sebelum mereka berdua tidur.
"Ma, kata bapak ale udah mau cekolah ya ma?"
"Iya sayang, nanti kalo vale sudah 5 tahun vale bakal masuk sekolah."
"Ale bakal punya temen banyak ya ma?"
"Iya sayang. Ayo kita tidur. Mau dibacain dongeng apa hari ini sayang?"
"Pangelan sama putli aja ma"
"Siap pangerannya mama"
Calista membacakan dongeng sampai vale tertidur pulas. Calista menatap wajah tampan anak laki lakinya itu. Wajah yang sangat menenangkan dan menjadi sumber kekuatan calista.
Calista tidak pernah menyesali keputusannya untuk melahirkan Vale disaat usianya masih belia, calista sangat bersyukur bisa memiliki vale dalam hidupnya.
Sambil menatap wajah vale, potongan demi potongan masa lalu yang ingin dilupakan calista muncul kembali.
Kejadian 5 tahun lalu yang masih diingat jelas oleh Calista, saat dirinya dan adrian merayakan kelulusan adrian saat itu.
"Aku mau minta hadiah dong yank."
"Hadiah apa kak?"
"Hadiah yang sangat spesial dari kamu."
"Hadiah apa sih kak? Aku gak nggeh"
"Aku mau hadiah yang bisa bikin aku yakin sama cinta kamu ke aku calistaku sayang."
"hah, hadiah apa sih kak. Ngomong yg jelas kenapa sih?"
"Abis ini kita ke rumah aku ya. Kita main main disana. Orang tua aku barusan berangkat keluar kota sayang."
"Emang boleh main ke rumah kakak waktu gak ada orang tua kakak. Aku takut dimarahin orang tua kakak. Lagian kita mau ngapain juga sih."
"Aduh kamu ngemesin banget sih yank. Aku ngajak kamu kan buat nagih hadiah aku."
Adrian kemudian langsung memegang tangan calista dan menarik pelan agar calista mengikuti langkahnya.
"Kak, aku beneran gak paham deh sama hadiah yg kakak maksud." kata calista saat mereka sudah sampai dirumah adrian.
"Sayang dengerin aku ya, aku tu cinta banget sama kamu. Dan aku mau kamu buktiin cinta kamu ke aku. Hari ini."
"Caranya?"
"Kamu kasih aku hadiah spesial dari diri kamu. Hadiah yang bakal buat kita gak akan terpisahkan."
"Hadiah spesial? Dari diri aku?"
"Iya sayang. Aku mau kamu ngasih aku keperawanan kamu hari ini ke aku."
"Apa?"
"Kenapa? Kamu gak mau tidur sama aku? Kamu gak cinta sama aku?"
"Gak kak, bukannya aku gak cinta sama kakak. Aku cinta banget sama kakak, aku juga mau terus sama kakak. Tapi aku takut kak, aku takut kakak bakal ninggalin aku setelah aku kasih tubuh aku."
"Hei sayang, siapa yang bilang aku bakal ninggalin kamu. Kamu tau gimana aku cinta sama kamu. Aku bakal selalu ada buat kamu. Percaya kan sama aku?"
Calista hanya bisa diam, sambil meremas ujung baju seragam yang dia pakai. Dia sangat dilema.
"Aku takut hamil kak."
"Ya ampun sayang, gak bakal kok. Kalaupun kamu hamil, aku pasti tanggung jawab."
Calista hanya bisa diam ketika adrian menuntunnya masuk kedalam kamar adrian. Dia diam dan mengikuti apa yg adrian katakan. Bahkan ketika adrian membaringkan tubuh langsingnya di atas tempat tidur, calista hanya menutup mata dan menikmati.
Calista yang awalnya merasa ketakutan, perlahan tapi pasti dengan setiap ciuman, sentuhan dan belaian yang diberikan adrian akhirnya luluh. Dia pun menyerahkan apa yang seharusnya tidak dia berikan pada adrian saat itu. Sesuatu yang harusnya dia berikan pada suaminya nanti.
"Calista Bodoh" maki calista pada dirinya sendiri kala mengingat semua yg terjadi 5 tahun yang lalu.
.
.
.
Bersambung...
Mohon dukungan untuk karyaku yaa.
Jangan lupa like, vote dan komentarnya.
Makasih ❤❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Iqlima Al Jazira
suka banget dengan bocah cadel gini
2023-12-25
1
Nixney.ie
Senang baca cerita ini!
2023-12-20
1