Ketegangan semakin terasa di ruangan interview pagi ini.
Reina masih tidak menyangka, pria yang menjabat sebagai Direktur di depannya ini adalah Alex, mantan suami kontraknya. Dengan bersiap keluar dari ruangan, yang ia pikirkan hanya tak ingin bertemu lagi dengan pria itu.
"Jadi kau melamar pekerjaan di perusahaanku, ya?" ucap Alex.
"Saya tidak tahu ini perusahaanmu," cetus Reina lantas beranjak dari duduknya.
"Kau diterima."
Alex sialan, ia benar-benar ingin menyiksa Reina untuk kesekian kalinya.
"Tidak, ter–"
"Jangan membantah atau akan kupersulit kau dalam mencari pekerjaan."
Memang dasarnya pria sialan. Reina dengan mau tak mau menerima pekerjaan itu, lantas bergegas keluar dari sana karena ia yakin berlama-lama di dekat Alex hanya akan membuatnya stress.
"Datang lagi besok untuk memulai kerja, ya!" seru pria itu.
-
Meski hanya percakapan singkat, itu cukup membuat Reina kesal sekesal-kesalnya. Ia mengumpat dalam hati kepada pria itu. Mengapa ia malah semakin angkuh setelah lima tahun tidak bertemu? Reina tak habis pikir.
Ia lantas memilih ke halte untuk menaiki bus menuju sekolah anak-anaknya. Hanya lima belas menit lagi sekolah mereka selesai. Ia tak mau anak kembarnya harus menunggu lama jemputannya.
Pembicaraan bersama Alex benar-benar membuatnya tidak fokus di sepanjang jalan, hampir saja tadi ia terlewat halte dekat sekolah anaknya.
Sesampainya ia di sekolah, ia langsung disambut kedua anak kembarnya yang sudah menunggu dengan wanita bernotabene guru mereka di sana. Lihatlah, pangeran dan putrinya kini sudah besar, ia sudah bisa menjemputnya di sekolah sekarang.
"Mommy!" seru Railo dan Raisya bersamaan seraya berlari hendak memeluk ibu mereka.
"Woahh! Anak Mommy sudah selesai sekolah," sahut Reina seraya merentangkan tangan bersiap menerima pelukan itu.
Guru itu menundukkan kepala menyapa Reina. Dibalas anggukan dan senyum manis Reina kala melihatnya.
"Terima kasih, ya, Bu. Maaf merepotkan karena harus menunggu mereka di sini," ucap Reina setelah melepas pelukan kedua anaknya.
Guru itu tersenyum. "Tak apa, Bu. Mereka anak yang baik dan pintar, saya senang bersama mereka."
"Dengar, kan, Mommy? Kami baik dan pintar, jadi kami akan bertemu Daddy sebentar lagi!" seru Railo, membuat guru itu tertawa karena menurutnya tingkah lelaki kecil itu sangat menggemaskan.
Sedangkan Reina, ia malah teringat pria sialan itu, membuatnya hanya tersenyum kikuk. Masih merasa kesal mengapa takdir kembali mempertemukannya dengan pria itu.
"Iya-iya baiklah, sebentar lagi Mommy akan suruh Daddy pulang, okay?" tutur Reina.
Reina lantas berpamitan kepada guru itu, karena kini ia harus ke supermarket untuk berbelanja kebutuhan rumah yang sudah mulai habis.
"Baik, Bu. Kami pulang dulu, sekali lagi terima kasih atas waktunya," pamit Reina.
"Terima kasih kembali, Bu. Hati-hati di jalan, ya, Railo dan Raisya," jawab guru itu seraya mengusap kepala Railo dan Raisya.
Reina menghentikan sebuah taksi yang akan ia tumpangi ke supermarket. Ia tak mungkin membawa Railo dan Raisya menaiki bus, ia khawatir anak-anaknya akan kesulitan nanti. Jadilah ia memilih menaiki taksi saja.
"Kita pulang, Mommy?" tanya Raisya.
Reina menggeleng. "Tidak, kita akan belanja keperluan rumah dulu ke supermarket, ya."
Railo dan Raisya mengangguk mengiyakan, mereka nampak antusias mengikuti ke mana ibunya akan pergi.
-
Dengan bersama kedua malaikat kecilnya, kekesalan Reina mulai sedikit berkurang. Kini mereka sudah sampai kembali ke apartemennya. Raisya dan Railo nampak tersenyum dengan sebuah es krim di tangan mereka.
Melihat anak-anaknya tenang menonton televisi sembari memakan es krim, Reina memilih langsung masuk ke dapur untuk merapikan belanjaannya sekaligus membuat makan siang untuk mereka.
Tapi pikirannya yang masih dipenuhi Alex, membuatnya kembali hilang fokus dengan semua kegiatan yang ia lakukan. Ia berpikir bagaimana jika Alex mengetahui keberadaan anak-anaknya, atau bahkan pria itu sudah tahu tapi berpura-pura tidak tahu. Ia tak bisa menebaknya.
"Akh!" ringis wanita itu. Kini tangannya itu sedikit terluka karena tidak fokus dalam kegiatannya an membuatnya mengerjat lantas meringis karena rasa sakitnya.
"Mommy, Mommy kenapa?" tanya Railo yang tiba-tiba berlari mendengar ringiaan Reina.
"Tidak apa-apa, Sayang. Mommy tidak fokus, jadi jarinya terkena pisau deh, hehe," ucap Reina seraya membersihkan tangannya.
Railo kembali berlari ke luar dapur, anak itu kembali ke sana beberapa saat setelahnya. Reina tersentuh kala rupanya Railo membawakan sebuah plester untuk luka Reina. Sungguh pangeran yang perhatian.
"Terima kasih." Reina mengucapkannya dengan tersenyum tulus, membuat senyuman manis Railo terpancar kepadanya.
Raisya yang melihat Railo tadi berlari ke dapur kini mengintip di pintu dapur, ingin tahu apa yang terjadi.
Dengan menyembulkan kepala kecilnya, Raisya bertanya, "Ada apa ini, Mommy?"
"Mommy terluka," sosor Railo. Gadis kecil yang terkejut itu langsung berlari untuk melihat kondisi sang ibu.
"Mommy apa Mommy tidak apa-apa?" tanya gadis kecil itu seraya mencari luka Reina.
"Tidak apa-apa, Sayang. Ibu hanya terluka sedikit. Ini," tutur Reina, seraya menunjukkan jarinya yang sudah diplester.
Gadis kecil itu tiba-tiba saja memeluk Reina. "Mommy tidak boleh terluka. Apa yang Mommy lakukan sampai terluka?"
Reina terkekeh kecil lantas menyetarakan tinggi badannya dengan Raisya dan Railo. "Mommy tidak apa-apa, tadi Mommy tidak fokus karena memikirkan sesuatu. Akhirnya, lihat! Jari Mommy yang jadi korbannya, hihi."
"Apa yang Mommy pikirkan?" tanya Railo.
"Bukan apa-apa."
"Apa pekerjaan Mommy tidak baik?" Sudah kubilang Railo itu anak pintar. Pertanyaannya selalu membuat Reina terkagum, anak itu seperti bukan anak seusianya.
"Tidak, Sayang. Bahkan Mommy sudah diterima bekerja," jelas Reina untuk meredam kekhawatiran mereka.
"Benarkan itu, Mommy? Wah aku sangat senang!" seru Raisya.
"Iya aku juga!" tambah Kakaknya, Railo.
Reina tersenyum hangat melihat kedua anaknya begitu bahagia. Sepertinya ia harus memutuskan untuk menerima pekerjaan itu dengan sukarela. Apapun yang terjadi, ia harus bisa melewatinya demi kebahagiaan Railo dan Raisya.
Wanita itu meraih kedua anak kembarnya ke dalam pelukan. Mengalirkan kasih sayang seorang ibu kepada mereka.
-
Suara kendaraan berlalu lalang juga panasnya mentari menjadi suasana khas pagi hari di kota ini. Wanita bernama Amora Cleo Reina tengah terduduk di kursi bus setelah mengantar kedua anaknya ke sekolah.
Hari ini, hari pertama ia akan bekerja dengan mantan suaminya. Ia terus terbayang apa yang akan pria itu lakukan untuk mempersulit dirinya. Ah, sangat buruk.
Bus telah sampai di halte tujuan, Reina masih bisa fokus dengan dirinya. Pikirannya terus ia kontrol agar bisa bekerja dengan baik dan tidak ceroboh. Ia berjalan sedikit dari halte bus menuju kantor, dan tentu saja tidak terlambat satu detikpun.
"Selamat pagi, Pak," sapa Reina pada satpam yang membukakan pintu untuknya. Satpam itu tersenyum membalas seraya menganggukkan kepala.
Dengan mengikuti arahan dari orang-orang yang ia temui di sepanjang koridor kantor, akhirnya ia sampai di kursi kerjanya.
Meskipun kesal, ia sama sekali tak terkejut kala mejanya sudah dipenuhi berkas-berkas disertai catatan tempel.
"Harus selesai hari ini."
Itu yang tertulis di lembaran kecil tersebut.
Reina sudah menduga, tak akan ada rasa nyaman jika harus bekerja dengan pria itu. Tapi tanpa memprotes, Reina segera mengerjakan tugas-tugas itu dengan menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya. Mencoba menenangkan pikirannya terlebih dahulu.
Wanita itu sudah meyakinkan diri untuk menjalani semuanya dengan semangat, demi para malaikat kecil yang disayanginya.
"Reina, kau pasti bisa!" monolognya menyemangati diri.
-
Satu demi satu pekerjaan itu telah selesai dikerjakan. Kini sudah tiba waktu untuk istirahat kantor. Reina rasa ia akan mengerjakan setengahnya saja sampai waktu istirahat ini, dan melanjutkan setengahnya lagi setelah waktu istirahat selesai.
Wanita itu bergegas dari kantor untuk menjemput anak-anaknya. Mungkin sangat terlambat, tapi ia yakin kedua anak kembarnya itu akan menunggu dengan baik.
Ia menaiki bus yang sudah berhenti di halte dan menunggu penumpang selesai naik. Wanita itu tak tertinggal karena ia berlari ketika melihat busnya sudah hampir selesai menarik penumpang.
Untuk memastikan kedua anaknya masih menunggu, ia merogoh tasnya untuk mengambil ponsel dan menelepon guru yang kemarin menemani mereka. Menanyakan bagaimana keadaan anaknya.
Ternyata guru itu masih menemani Railo dan Raisya seperti kemarin dengan sabar. Wanita itu bersyukur karenanya.
-
Sesampainya di sekolah anaknya, Reina melihat kedua anak itu sedang menunggu sembari bermain diawasi guru mereka. Seketika saja rasa lelah di dalam diri Reina menghilang, setelah melihat anak-anaknya tersenyum bahagia di sana.
"Mommy!" seru Railo dan Raisya bersamaan. Nampak guru itu yang memberitahu mereka bahwa ibunya sudah menjemput.
"Mommy di sini, Sayang!" sahut Reina sembari merentangkan tangan memeluk kedua anak itu.
"Mommy, mengapa Mommy terlambat menjemput?" tanya Railo.
Reina menyetarakan tinggi dengan anaknya lantas sedikit merapikan rambut pangeran kecil itu. "Mommy banyak pekerjaan, Sayang. Maaf, ya," ucapnya.
"Iya tidak apa-apa, Mommy. Apa Mommy lelah?" tanya Raisya, bergantian denngan Railo yang tadi bertanya.
"Tidak, Mommy tidak lelah. Ayo kita segera pulang dan makan siang, Mommy harus kembali berangkat bekerja satu jam lagi," ucapnya mengajak anak kembar itu.
Setelah Railo dan Raisya mengangguk, Reina berpamitan dengan gurunya dan pergi menggunakan taksi menuju sebuah rumah makan sederhana di pinggir jalan. Ia memilih makan siang di sana agar tidak perlu memasak terlebih dahulu, kedua anaknya juga nampak senang makan di sana.
"Apa yang tadi dipelajari di sekolah?" tanya Reina.
"Kami bernyanyi lagu baru bersama guru, Mommy!" ucap Raisya antusias.
Railo mengangguk-angguk. "Benar, lagunya sulit dinyanyikan untukku, tapi Raisya sangat mudah bernyanyi bahkan berteriak dengan kencang!" tambah lelaki kecil itu dengan mulutnya yang penuh makanan.
Reina terlihat menunjukkan raut antusias mendengarkan cerita anak-anaknya, begitu bahagia meskipun ada rasa sedih karena tak bisa menunggu mereka seperti teman-teman mereka yang lain.
Ia sangat bersyukur dua anak kecil itu mudah diatur dan tidak banyak protes.
"Mommy! Apa besok Mommy juga akan terlambat menjemput?" tanya Raisya tiba-tiba.
"Sepertinya iya, Sayang. Mommy tidak bisa meninggalkan pekerjaan Mommy jika bukan di waktu istirahat. Tidak apa-apa, kan?"
Railo mengangguk cepat. "Tidak apa-apa, Mommy. Aku akan menjaga adikku selama menunggu Mommy menjemput. Tenang saja!"
Reina tertawa kecil seraya berkata kagum kepada anak lelakinya itu. "Baiklah, Mommy percayakan semua kepadamu, ya," ucap wanita itu.
"Aku juga akan menunggu seperti tadi!" timpal Raisya, Reina tersenyum tersentuh mendengarnya.
-
Setelah mengajak anak-anaknya makan siang sekitar dua puluh menit, kini Reina sudah mengantar mereka ke apartemen dan menyuruh mereka beristirahat. Tapi mereka memilih ingin beraktifitas seperti biasa.
Wanita itu hendak kembali ke kantornya, hanya tersisa kurang dari dua puluh menit sebelum jam istirahat berakhir
"Mommy berangkat, ya. Jangan keluar dari apartemen dan jangan memegang sesuatu yang berbahaya." Kedua anaknya mengangguk.
"Jika ingin sesuatu tapi tidak bisa mengambilnya, sabar menunggu sampai Mommy pulang. Cemilan kalian ada di kulkas jadi itu tidak sulit untuk kalian, okay?"
"Dan satu lagi, jangan membukakan pintu untuk orang yang tidak dikenal. Jika dia memaksa, telepon Mommy dengan ponsel itu, ya!"
"Kami mengerti, Mommy!" seru Railo dan Raisya berturut-turut.
Wanita itu lantas bergegas keluar apartemen dan memilih menaiki ojek karena akan lebih cepat sampai.
Jarak antara rumah dengan kantor memang lebih dekat daripada jarak kantor dengan sekolah anaknya. Namun karena pagi ia harus mengantar mereka, jadilah ia harus pergi ke arah yang berbeda dan berputar balik menuju kantornya.
Sungguh perjuangan seorang ibu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Ge
Koq malah ngsh prhatian ke Alex? Hrsnya kan dia benci krna d nikahin kontrak n sndri mngurus anak kembar yg gk d sadari Alex telah ada, eh malah mau aja d peluk n mau nemenin Alex d ruangan
2021-01-27
0
Wee👩💼
ogah tapi mau...wkwkwk....reina pengen di sentuh emang
2020-12-27
0
Titik Widiawati
lah ngapain ngasih cemilan rei...haduh2... kau itu menyulut api
2020-12-26
0