"Tapi untuk ukuran seorang anak pemimpin pesantren yang menikahi gadis kayak aku yang buta akan ilmu agama serta kehidupan aku sebelumnya yang sangat jauh dari lingkungan agamis pasti akan mencoreng nama baik Om, nama abi Om dan mungkin bahkan nama besar pesantren Om ini," ujar Kylia lagi. Kali ini Kylian yakin Adnan tidak akan bisa membantahnya.
Tidak mungkin laki-laki itu mengorbankan nama besar pesantrennya yang terkenal luas ini hanya untuk seorang gadis sepertinya.
"Saya menikahi kamu bukan untuk itu Kyli!”
"Tapi Om nggak akan bisa ngelak dong. Orang-orang pasti akan mempertanyakan kredibilitas Om dalam milih pasangan dan itu pasti bakalan berimbas pada kepercayaan masyarakat terhadap yayasan yang Om pimpin ini. Yaaah... seenggaknya biarin aku belajar buat jadi seseorang yang pantas buat Om dengan menjadi santri disini sebelum Om ngenalin aku dengan bangga dihadapan semua orang sebagai istri Om."
Gila.. dapet ide darimana kata-kata gue tadi? sebijaksana itukah gue? Oh no... ini cuma akal-akalan gue aja buat dia luluh dan ngijinin gue buat nyembunyiin pernikahan ini.
Adnan memicingkan mata menatap Kylian. Dia sepertinya juga takjub mendengar perkataan gadis itu.
"Apa itu benar-benar alasan kamu yang sesungguhnya untuk menyembunyikan pernikahan ini?" tanya Adnan skeptis.
Kylian mengangguk mantap berusaha meyakinkan Adnan. "Ya, tentu aja. Sejak menyandang predikat sebagai istri Om, otomatis aku juga mengemban tanggung jawab buat menjaga nama baik pesantren ini kan?! Dan orang-orang pasti akan mempertanyakan kredibilitas pesantren ini dalam mendidik para santrinya ketika tahu istri pemimpin dari pesantren ini aja nggak paham soal ilmu agama sama sekali."
Kylian benar-benar ngeri dan merinding mendengar perkataannya sendiri. Belum satu hari dia berada di lingkungan pesantren ini, dia sudah bisa mengeluarkan kalimat yang tidak pernah dia bayangkan akan dia utarakan.
"Baiklah." Kylian tidak bisa menahan senyum lebarnya mendengar itu.
"Tapi dengan satu syarat," ucap Adnan memincing kearah Kylian.
"A.. Apa?" tanya Kylian gugup.
"kamu harus tetap mengingat tugas kamu sebagai istri saya.”
Kylian mengerutkan halis tidak mengerti. "Tugas? Tugas apa?"
"Apa kamu benar-benar tidak tahu tugas utama seorang istri, yaitu melayani suaminya." Gadis itu membulatkan bola mata.
Cih, sialan! Dasar cowok dimana-mana sama aja! Mesum!
"Eung... Apa itu nggak bisa ditunda dulu sampe aku benar-benar siap. A-aku—”
Adnan memotong kalimat Harsya. “Apa di dalam otak kecilmu itu melayani suami hanya perihal hubungan diatas ranjang?" ucap Adnan retoris. Dia pun menggelengkan kepala tidak percaya. “Sepertinya keputusan sya sudah tepat. Kamu benar-benar masih perlu belajar."
Kylian tersinggung dengan reaksi Adnan. Masalahnya dia mengisyaratkan seolah Kylian adalah gadis mesum yang hanya tahu soal hubungan diatas ranjang sebagai satu-satunya cara seorang istri melayani suaminya.
"Emangnya apa yang Om harepin dari gadis berumur 23 tahun yang bodoh ini," sahut Kylian penuh dengan sarkasme. "Kalo Om pengen istri yang sempurna harusnya Om pilih dan nikah sama cewek sholehah yang sederajat sama Om. Bukan gadis ingusan kayak aku!" sungut Kylian lagi.
“Kalau saja saya bisa." Ucapan itu terdengar lirih ditelinga Kylian tapi dia masih bisa mendengarnya dengan jelas.
Waaaaahhh... Apaaan nih? kayaknya dia sama ama gue?! Dia juga sebenernya nolak buat dijodohin? Lah trus kenapa endingnya dia setuju sama perjodohan ini? Kalo dipikir-pikir nggak ada alesan yang cukup kuat kenapa Om Adnan harus nerima perjodohan ini.
Nggak kayak gue yang masih bergantung sama orang tua, Om Adnan itu kan seorang pemimpin, dia itu manusia yang bisa mutusin jalan hidupnya sendiri. Abahnya Om Adnan juga udah nggak ada, nggak ada lagi dong orang yang lebih superior darinya yang bisa ngambil keputusan sepenting ini buat hidup seseorang yang udah jadi pemimpin yayasan pesantrennya ini di usia 33 tahun. Tapi kenapa Om Adnan mau aja dijodohin sama gue? heran deh gue... apa alesan dia sebenernya??
"Baca ini." Sebuah buku dengan sampul berwarna biru dengan tulisan arab disodorkan di depan Kylian.
"Apa nih?" tanya Kylian sambil mengambil buku itu dan membolak-balikkanyya.
"Baca saja," balas Adnan singkat. Dia mendudukkan diri disamping Kylian.
"Cih... Om emang punya niat buat ngejek aku ya? huruf arab ini nggak punya tanda baca. Pake tanda baca aja aku masih susah baca, apalagi ini?" Kylian bersungut-sungut dan mengembalikan buku itu kepada Adnan.
"Kamu tidak bisa membaca huruf latin ini juga?" tunjuk Adnan kearah huruf bertinta emas bertuliskan 'Kitab 'Uqudul Lujain' yang tertulis jelas di sampul buku berwarna biru itu.
"Ya... bisa tapi kan aku nggak tau artinya apa?" balas Kylian sembari memutar bola matanya jengah.
"Buka dan kamu akan mengerti buku ini tentang apa.” Kylian pun akhirnya menuruti ucapan Adnan dan membuka buku itu.
Halaman pertama persis seperti halaman sampul. Kylian lanjut membuka halaman kedua, sesaat setelah dia membaca tulisan yang kini dia mengerti itu, Kylian kembali menutup bukunya.
"Apa aku harus mempelajari ini?" Kylian kembali membuka lembaran kedua buku itu dan memastikan apa yang tadi dia baca adalah benar. “Hak dan Kewajiban Istri terhadap suami'.
Shhhiiittt!!!! Bukan pelajaran yang kayak gini yang gue pelajarin saat umur gue masih muda begini...
"Ilmu ini membahas tentang ibadah terpanjang yang akan kita jalani kedepannya. Ini adalah ilmu yang akan kamu aplikasikan sepanjang hidup. Jadi kamu benar-benar harus mempelajarinya. Ini bukan cuma sekedar ilmu dunia yang ingin kamu pelajari dan hanya dapat kamu aplikasikan di dunia. Ilmu ini berbeda Kyl, ilmu ini bisa mengantarkan kamu ke syurga," jelas Adnan panjang lebar.
Kylian tertegun mendengar itu. Adnan benar-benar menganggap serius pernikahan mereka. Dari perkataannya, Kylian bisa menyimpulkan kalau Adnan berniat menjadikan Kylian istri dia selamanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments