Setelah mendapatkan barang yang di inginkan, An Xin dan yang lainnya bergegas untuk kembali.
"Nona....". Kata Wen wen menggantung karena penasaran tapi ragu untuk bertanya.
"Hmm ?." Jawab An Xin pura pura tidak tau.
"Em m apa yang nona berikan kepada Tuan tua itu, sehingga beliau setuju untuk memberikan barangnya pada nona ?." Tanya Wen wen. Jun yang mengendarai kereta ikut mendengarkan, karena dia juga penasaran.
"Itu sebenarnya barang yang tidak sengaja ku dapatkan di pelelangan." jawab An Xin tersenyum misterius dan menerawang jauh, mengingat negosiasinya dengan kakek pengrajin.
......................
"Apa yang kau inginkan." Kata kakek Zhang terus terang dengan pandangan menelisik. Sesekali matanya tertuju pada guci kecil di tangan An Xin.
"Saya ingin memesan cincin penyimpanan. Jika Tuan bersedia, saya akan memberikan barang ini sebagai tanda terima kasih." Jawab An Xin lugas dan jelas.
"Dari mana barang itu." Tanya tuan Zhang lagi.
"Saya mendapatkan di pelelangan gelap." Jawab An Xin.
Sebenernya bukan mendapatkan, lebih tepatnya dia yang menugaskan Jun untuk menyamar dan menjual barang tersebut ke pelelangan gelap waktu itu. Tidak mungkin dia memberi tau semua orang kalau dia punya banyak air mata spiritual kan. Bisa bisa nyawanya dan seluruh keluarganya terancam, dan menjadi incaran orang orang jahat.
Lebih baik tidak menonjolkan diri demi ketenangan, keamanan dan kedamaian diri serta keluarga tercintanya.
Itulah kenapa An Xin selalu berhati hati dalam segala urusan dan tindakannya. Keluarganya juga mengajarkan hal serupa. Sehingga kediaman Jendral tua Lu terkenal dengan sikap rendah hati dan tidak sombong.
"Berapa ?." Tanya tuan Zhang lagi.
An Xin memandang tuan Zhang dengan diam. Dalam benaknya dia berfikir, berapa apanya ini, jumlah airnya, harganya atau cincin yang di inginkan. Kenapa Kakek ini bicaranya setengah setengah. Hufh.
"Berapa yang kau inginkan." Melihat gadis di depannya masih diam, tuan Zhang bertanya lagi.
"5 cincin penyimpanan berukuran besar, 10 sedang, dan 5 kecil."
"Juga 2 kantung penyimpanan besar, 2 sedang, dan 5 kecil." Jawab An Xin terus terang dan percaya diri.
Tuan Zhang yang mendengarnya tertegun sejenak. Kenapa gadis kecil di depannya ini begitu sembrono. Memesan begitu banyak barang tanpa berpikir terlebih dahulu.
Melihat Tuan Zang diam, An Xin mengerutkan keningnya.
"Kenapa ?. Apakah tuan keberatan ?." An Xin bertanya dengan nada sedikit kecewa.
"Hem." Tuan Zhang berdehem.
"Terlalu banyak. Aku tidak punya sebanyak itu." Lanjut tuan Zhang.
"Saya akan mengambil yang ada pada tuan terlebih dahulu, sisanya bisa menyusul." Kata An Xin dengan sedikit senyuman.
"Sayangnya aku tidak bisa memenuhi keinginanmu." Jawab tuan Zhang dengan sedikit penyesalan.
Dan akhirnya An Xin hanya mendapatkan 2 cincin penyimpanan besar, 6 sedang, 4 kecil. Juga 2 kantung penyimpanan sedang dan 2 kantung penyimpanan kecil.
Tapi tidak masalah, mungkin nanti jika ada kesempatan lain, dia akan mendapatkannya lagi. Karena ternyata tuan Zhang mengalami cidera luka dalam sehingga tidak bisa membuat cincin penyimpanan lagi.
Tuan Zhang membutuhkan air mata spiritual dan bahan obat obatan langka untuk menyembuhkan cideranya.
Sebenarnya An Xin bisa saja menyembuhkan tuan Zang, namun ada satu bahan obat yang tidak An Xin miliki. Dan kembali lagi, An Xin tidak boleh terlalu memperlihatkan kekuatannya untuk sekarang ini.
...----------------...
Ketika sampai di kota, hari sudah gelap. Jadi An Xin dan rombongannya singgah di salah satu rumah makan sederhana, yang tidak terlalu besar. Biasanya yang makan di sini rakyat dari kalangan menengah ke bawah.
An Xin lebih menyukai tempat seperti ini yang tidak terlalu membeda bedakan kasta dan kekuasaan.
Setelah mendapatkan tempat duduk di pojok belakang, An Xin dan yang lainnya segera memesan makanan.
Saat menunggu pesanan datang, An Xin mendengarkan diskusi dari meja depannya.
Disana ada beberapa pria besar yang membicarakan perebutan wilayah perbatasan utara.
"Ya, aku mendengar bahwa Jendral Lu yang di tugaskan kaisar untuk memimpin pertempuran kali ini." Kata pria berkumis.
"Jendral Lu memang mampu." Kata pria gemuk di sebelahnya sambil mengangguk.
"Aku juga mendengar Pangeran ketiga akan maju ke medan perang. Dengan Pangeran ketiga dan Jendral Lu bersatu pasti pemberontakan segera teratasi." Kata pria yang mempunyai bekas luka goresan di wajahnya.
"Ya kau benar." Jawab dua orang lainnya.
An Xin, Wen wen dan Jun saling berpandangan. Seperti berbicara dengan sorot mata mereka masing masing.
"Akan ada perang." Kata Jun melalui matanya.
"Aku akan berpartisipasi." Kata An Xin melalui matanya.
"Kalau nona ikut, bawa serta kami." Kata Wen wen dan Jun melalui tatapan mata.
Begitulah kira kira.
Ketika Wen wen memutar kepalanya untuk mengamati pengunjung lain, matanya terbelalak karena pandangannya menangkap sosok yang tidak asing sedang menatap ke arah mereka bertiga. Lebih tepatnya menatap ke arah sang nona. Kemudian Wen wen menyenggol lengan An Xin.
"Nona, bukankah itu Pangeran ketiga." Kata Wen wen lirih gengan takut.
Kemudian An Xin mengikuti arah pandang yang di tunjukan Wen wen. Benar saja, di sana terlihat Pangeran ketiga yang juga menyamar menjadi rakyat biasa, sedang duduk tenang dengan secangkir teh di hadapannya. Ditemani seorang pria, kalau tebakannya benar, itu pasti pengawal pribadinya.
Dua pasang mata bertubrukan, segera An Xin menetralkan rasa terkejutnya. Kemudian mengangguk sopan untuk memberikan salam dari jauh. Namun Pangeran ketiga membuang wajahnya, tidak membalas salam An Xin.
"he he". An Xin tersenyum getir.
Wen wen dan Jun diam diam mengamati interaksi keduanya.
"Nona...". Panggil Wen wen dan Jun yang menghawatirkan perasaan sang nona.
An Xin tersenyum menenangkan mereka berdua.
Ketika makanan yang di pesanan datang, mereka langsung memakannya.
An Xin terus fokus pada makanannya dan tidak menoleh ke arah pangeran ke tiga lagi. Tapi Wen wen dan Jun menjadi sedikit tidak tenang, sebentar sebentar memandang sang nona, dan sesekali ke arah pangeran ke tiga.
Wen wen dan Jun mengerti jika sekarang perasaan sang nona sedang tidak baik baik saja, maka lebih baik mereka diam.
Ya, An Xin memang tidak pernah baik baik saja jika bertemu atau berpapasan dengan pangeran ke tiga.
Sebenarnya, An Xin dan Pangeran ketiga telah bertunangan 4 tahun lalu. Namun hubungan mereka tidak pernah bisa berkembang menjadi lebih baik.
Dulu setelah pertunangan, An Xin beberapa kali mencoba mendekati pangeran ke tiga dan ingin memulai hubungan baik sebagai teman. Namun Pangeran ketiga selalu menghindar dan menolak dengan tegas. Dia akan membuang muka saat bertemu An Xin.
Pernah suatu ketika, lebih tepatnya 2 tahun setelah hari pertunangan An Xin dan Pangeran ketiga.
Saat itu An Xin sedang berselisih dengan seorang Nona muda. Pangeran ketiga juga berada di tempat yang sama, namun sama sekali tidak membantu atau pun membela An Xin. Dia membuang muka dan berjalan menjauh dari tempat kejadian perkara.
Mungkin dulu An Xin akan diam diam menangis bila di perlakukan seperti itu.
Namun setelah kejadian hari itu, An Xin mulai mengerti jika dia tetap bertahan, dia sendiri yang akan terluka semakin dalam. An Xin mulai membuang jauh jauh perasaan untuk Pangeran ketiga.
An Xin tidak pernah lagi mencoba berhubungan dengan pangeran ketiga. Dia akan menghindar, bahkan menjauh ketika berada di tempat yang sama dengan Pangeran ketiga.
An Xin akan mencari cara supaya pertunangannya bisa di batalkan.
Dia tidak ingin menikah dengan orang yang tidak mencintainya.
Dia tidak ingin setiap hari makan hati.
Dia tidak ingin mencintai sendiri.
Dan sepertinya rencana itu bisa di mulai sekarang.
Ya, dia harus mulai menyusun rencana supaya bisa terlepas dari pangeran ketiga.
Entah hasilnya berhasil atau tidak, yang penting dia sudah mencobanya, kan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Kartika Lina
cari yang bisa mencintaimu juga anxin
2024-06-29
2
Barbara
lanjuuut
2024-01-31
3