Tiara duduk meringkuk sambil memeluk lututnya, kepalanya terus saja menggeleng, menolak keras ketika tangan Sarwo akan membelai pipinya. Akan tetapi pria tua itu sungguh benar-benar tidak peduli, ia semakin tertantang untuk segera mencicipi tubuh molek Tiara.
"Jangan, Tuan, aku mohon..." Pinta Tiara, berulang-ulang kalimat itu telah keluar dari mulutnya.
"Kamu harus melayani ku, Sayang," Ucap Sarwo sudah terbayang bagaimana nikmatnya bobol perawan.
Dua istri Sarwo yang lainnya dulu juga masih gadis saat dinikahi oleh Sarwo. Akan tetapi dibandingkan dengan kecantikan yang dimiliki Tiara, mereka kalah dengan Tiara. Akan tetapi meski Sarwo sudah memiliki dua istri sebelumnya, hingga saat ini Sarwo belum juga memiliki keturunan. Harapan Sarwo saat ini adalah Tiara yang nanti bisa mengandung keturunannya.
Tiara menangis semakin menjadi, membuat Sarwo sudah tidak bisa menahan sabar. Ketika tangan Sarwo akan mencoba membuka kancing kebaya yang dipakai Tiara, dengan beraninya Tiara langsung menangkis tangan Sarwo. Hal itu membuat Sarwo naik pitam. Sarwo langsung mencengkram dagu Tiara, menatapnya seperti macan kelaparan.
"Kau berani melawanku!" Sentak Sarwo semakin kuat mencengkram.
Tiara meringis kesakitan. Wanita itu seakan sudah pasrah bila memang harus mati saat ini juga, tetapi ia tidak akan pernah rela jika harus menyerahkan kesuciannya kepada Sarwo, meski status pria bertubuh tambun itu sudah sah menjadi suaminya.
Tanpa diduga Sarwo tiba-tiba menampar pipi putih Tiara dengan cukup keras. Membuat Tiara seketika tersungkur di kasurnya dengan tubuh yang masih meringkuk. Tangannya mengusap pipi bekas tamparan Sarwo. Air matanya tiba-tiba menyusut sendiri, tetapi gemuruh di dadanya mulai meninggi. Andai tidak ada dosa dan hukum karma di dunia ini, ingin rasanya Tiara membunuh pria yang saat ini sudah mengungkung di atas tubuhnya.
"Berbaliklah, Sayang," ucap Sarwo dengan senyum devilnya. Tangannya sudah mulai berani menggerayangi paha Tiara. Satu tangannya lagi mencoba membalik tubuh Tiara agar telentang.
Sekuat tenaga Tiara tetap dengan posisinya. Matanya menatap kosong pada cermin besar yang menempel di dinding kamarnya. Di sana dengan jelas Tiara bisa melihat bagaimana rupa iblis berwujud Sarwo.
Melihat tiada respon apa-apa dari Tiara, Sarwo menghentak nafasnya dengan kasar. Tiara pikir Sarwo mungkin sudah menyerah karena melihat Sarwo turun dari kasurnya.
"Ikut aku sekarang!" ucap Sarwo dengan lantang.
Tiara pura-pura tidak mendengarnya, masih betah dengan posisinya. Sarwo sudah mulai merapikan pakaian yang melekat di tubuhnya.
"Atau kau akan menyesal melihat ayahmu mati malam ini juga!"
Tiara yang mendengar ini tentu saja kaget. Apa yang keluar dari mulut Sarwo semuanya tidak main-main.
"Kekasihmu itu sudah tenang di neraka. Apa kau ingin mempertemukan ayahmu dengan kekasihmu itu juga malam ini?" ucap Sarwo lagi, sama sekali tidak merasa bersalah dengan perbuatan keji yang telah ia lakukan.
Tiara langsung terbangun duduk begitu mendengar Sarwo mengatakan tentang Dika.
"Apa yang sudah kau lakukan dengan dia, Tuan? Apa salah dia?!" Tanya Tiara dengan suara gemetar.
Mendengar kabar ini tentu membuat hati Tiara sakit. Semoga ini masih ancaman Sarwo saja. Semoga Dika sekarang masih baik-baik saja. Begitulah doa yang tersemat dalam hati Tiara untuk kekasihnya.
"Dia pantas mendapatkan itu. Siapapun yang berani kepadaku, aku tidak akan segan-segan untuk menghabisinya, termasuk kamu!" Sarwo menatap tajam tepat pada mata Tiara saat mengatakan kalimat terakhirnya.
"Habisi saja aku! Bunuh aku sekarang juga! Aku tidak sudi hidup!"
Tiara turun dari kasurnya untuk melangkah ke nakas. Dari laci yang ada di nakas itu tiba-tiba Tiara mengambil gunting dan memberikannya kepada Sarwo.
"Silahkan, Tuan!"
Sarwo berdecak kagum melihat kenekatan Tiara. Dan tiba-tiba saja pintu kamar mereka ada yang membuka, ternyata Edi dan Santi yang datang. Mereka yang sebenarnya sudah menguping sejak saat Sarwo menampar Tiara, kali ini terpaksa masuk setelah mendengar Tiara meminta Sarwo untuk mengakhiri hidupnya.
"Tiara! Kamu apa-apaan sih?" Sentak Santi mendekati Tiara, merampas gunting itu dari tangan Tiara dan melemparnya ke sembarang arah.
Tiara menatap penuh kebencian kepada kedua orang tuanya yang selama ini Tiara hormati. Akan tetapi malam ini rasanya sudah hilang respect. Seharusnya orang tua adalah menjadi tempat ternyaman dan perlindungan yang aman untuk anaknya, tetapi tidak dengan Edi dan Santi. Mereka berdua justru menjerumuskan anaknya sendiri pada pria yang sudah jelas citra buruknya di mata masyarakat.
"Maafkan Tiara, tuan Sarwo. Dia mungkin masih kaget dengan statusnya. Tolong jangan marahi putri kecil kami." Edi berkata sambil bersimpuh memegangi lutut Sarwo.
Melihat ini, Tiara semakin ingin mati saja. Bahkan ayah kandungnya saja sudah dibutakan dengan harta yang dijanjikan Sarwo, sehingga rela harus bersimpuh kepada Sarwo agar Sarwo bisa memaafkan Tiara dan kembali berdamai.
"Aku akan membawa Tiara," Ucap Sarwo memang berangan-angan akan membawa Tiara tinggal di rumah mewahnya.
Harapan Sarwo Tiara lah yang akan menjadi selir tercantik miliknya yang akan menempati istana mereka. Dan kedua istri Sarwo yang sudah membosankan itu akan menjadi pelengkap saja di sana.
"Silahkan, Tuan! Tiara sudah menjadi hak tuan Sarwo," Ucap Edi sungguh mengoyakkan hati Tiara yang mendengarnya.
Sarwo tersenyum puas. Tiara sudah dituntun Santi untuk mendekat kepada Sarwo. Wanita itu kali ini sudah pasrah dengan hidupnya. Tidak mati di sini, mungkin di sana Tiara bisa mati. Sungguh, Tiara sudah ingin segera pergi dari bumi ini.
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
JW🦅MA
kok ya ada perlombaan bikin anak ya
2024-01-19
0
Utiyem
mumpung di cengkeram dan berhadapan. idoni matane!!! ah, aku gemes angger ono pria semena2 ngeneki😡😡😡
2023-12-29
2
Yani Cuhayanih
Dua musuh bebuyutan...Bahar dan Sarwo..sama2 blm punya anak toh..apakah ini akan jd kontees siapa jd juara punya anak duluan....ini cerita masih abu2...bisa di perjelas apasih yg diperebutkan...
2023-12-20
2