Bab 4. Akibat Patah Hati

Pertemuan itu seolah menjadi takdir yang sudah tak terelakkan lagi, meskipun Rachel tidak tahu apa yang sebenarnya sudah terjadi. Aksen tertegun sejenak saat mendapatkan pelukan hangat itu.

"Nak, kenapa?" Lirih Aksen, meski dia tidak pernah merawat anak-anak, namun kedekatannya dengan dua anak kembar kakaknya sudah cukup membuatnya mengerti perasaan seorang bocah.

"Paman, tolong Rachel." Bisik Rachel dengan air mata yang tiba-tiba saja terjatuh, Aksen tertegun sejenak dan mengusap punggung bocah itu. Ada rasa yang tak dapat di tafsiran Aksen saat dirinya dekat dengan Rachel.

"Tolong apa? Aku harus pulang besok pagi." Aksen melepaskan pelukannya dan menatap dua bola mata Rachel dengan intens.

'Tunggu, kenapa matanya mirip dengan milik Aksan ya?' Lirih Aksen, sebenarnya bukan hanya Aksan yang memiliki mata seperti itu, dirinya juga memiliki mata yang sama persis dengan saudara kembarnya itu.

.

.

.

Di tempat lain, Kiana yang terus menerus mencari keberadaan putrinya tak mendapatkan hasil sama sekali. Hingga malam tiba, seorang pria akhirnya datang menemui Kiana.

"Sayang, istirahatlah aku yakin Rachel akan baik-baik saja." Lirih pria itu yang datang ke kediaman Kiana.

"Kenapa kau kemari?" Tanya Kiana dingin, pria itu terkekeh dan masuk ke dalam pintu apartemen Kiana yang memang saat itu terbuka.

"Anakku dalam bahaya, mana mungkin aku tidak khawatir." Ucap pria itu lagi, Kiana menekan pelipisnya yang terasa berdenyut.

...-------...

Tujuh tahun lalu, Kiana pulang ke rumah keluarga besarnya di Negara I. Bukan apa-apa saat itu dia menerima undangan dari salah satu sahabatnya yang hendak melakukan peresmian gedung Rumah sakit, Kiana juga sebenarnya tidak tertarik dengan hal itu, karena kedatangan Kiana sendiri hanya ingin tahu bagaimana rupa dari istri sahabatnya yang katanya akan memperlihatkan diri.

Rumah sakit Aira berdiri tegak di tengah kota, selain menjadi Rumah sakit paling stategis, Rumah sakit itu juga tidak membebankan biaya bagi orang-orang yang berobat, semuanya gratis dan di biayai oleh beberapa group terkemuka.

Di antaranya D'luna group, Zahra group, Atmajaya group, The Aly group, dan Anggara group. Rumah sakit itu juga memiliki nama yang sama dengan nama dari istri sahabatnya, semua orang juga tidak keberatan dengan hal itu.

Sesuai yang di prediksi, banyak hal yang terjadi malam itu. Selain dia dapat mengenal sahabat baru, Kiana juga harus patah hati malam itu.

Dengan penampilan super anggunnya malam itu, Kiana yang ingin memikat pria pujaannya itu harus menelan kepahitan, memang benar harapan yang dia miliki sudah membuatnya menahan sakit cukup lama.

Bayangkanlah, sejak kecil Kiana selalu mengejar cinta pria itu. Dia menelan harga dirinya mentah-mentah, dia tak takut di gunjing atau di hina sebagai wanita tak tau malu.

Kiana selalu memberikan banyak gombalan mautnya pada pria itu, Kiana hanya membutuhkan sedikit saja perhatian atau bisa mendapatkan perlakuan manis dari pria itu, namun keberadaannya sama sekali tak di anggap.

Kiana justru harus melihat pria pujaannya bersama wanita yang tidak dia kenali, meski dia sendiri tidak tahu ada hubungan macam apa antara mereka. Karena, selama ini yang di ketahui oleh Kiana pria itu tak pernah dekat dengan siapapun, apa lagi wanita.

Kiana akhirnya menjadi pendamping sementara saudara kembar pria yang di cintainya. Ya, pria yang di cintai Kiana bernama Ziad Aksen Az-zahra, pria yang sudah dia kejar sejak dia menapakkan kaki di atas bumi.

Malam itu Kiana bersama Aksan saudara kembar Aksen, duda keren itu memang tak pernah memperlihatkan kedekatan dengan siapapun kecuali para sahabatnya, Aksan juga tahu bagaimana perasaan Kiana untuk saudara kembarnya. Aksan juga menyayangkan tingkah acuh tak acuh yang di lakukan oleh Aksen pada Kiana.

Malam itu Kiana mabuk berat, dia meminum banyak mir*as setelah pulang dari acara malam itu di apartemennya. Kiana tak mungkin berani melakukan hal itu di kediaman keluarganya.

"Hei San, bawakan aku anggur dari ruang bawah tanah. Aku ingin minum..." Kiana sudah melantur saat menghubungi Aksan.

"San apa?" Tanya suara dingin dari balik telepon, Kiana nampak tersenyum penuh arti.

"Aksann.. kenapa suaramu seperti ayang Sensen?" Tanya Kiana, dia melantur tak jelas arah.

"Dasar bodoh! Kamu mabuk?" Tanya seseorang dari balik telepon, Kiana terkekeh dan melemparkan ponselnya ke sembarang arah.

"Bego.. begoo!!!" Gertak kiana pada dirinya sendiri, suara Kiana yang terdengar jelas di telinga pria di balik telepon itu tersenyum lembut, nampak semburat merah di pipinya.

"Aku ke sana sekarang." Lirih pria itu, Kiana tak dapat mendengar suara itu lagi. Dia terus minum hingga kesadarannya benar-benar menghilang.

"Ayang Sensen, kamu jahat sekali cinta." Omel Kiana dalam keadaan yang masih tidak sadar, tak berapa lama kemudia seorang pria masuk ke apartemen Kiana.

Dia tahu keberadaan Kiana dari GPS ponsel wanita itu, dia juga tahu sandi apartemen itu karena angka yang di gunakannya adalah hari ulang tahun dirinya.

Ya, Aksen datang. Yang di hubungi Kiana sebelumnya bukanlah Aksan melainkan Aksen. Aksen terkekeh saat melihat Kiana nampak sudah oleng di atas sofa.

"Aduh.. kenapa ada halusinasi setampan ini, sini sayang..." Kiana melambai-lambaikan tangannya meminta Aksen duduk di sampingnya.

"Kenapa cuma halusinasi? Sensen sayang.. apa salah yang aku buat? Kenapa kamu tak melihat ku sedikiiiiit saja." Tutur Kiana, Aksen tersenyum dan akhirnya duduk di samping Kiana dengan nyaman.

"Sensen sayang, kamu harus tanggung jawab loh, kamu udah ngambil ciuman pertama ku saat sekolah dulu?" Gumam lagi Kiana, Aksen hanya mampu tersenyum dan menatap Kiana dengan tulus.

"Sensen sayang, kok kamu gak ngomong-ngomong si, aku cinta kamu tahu." Gumam lagi Kiana menubrukkan wajahnya pada dada bidang pria itu.

"Aku juga, Kiana aku pasti tanggung jawab. Kamu tenang saja, setelah semuanya selesai aku pasti akan mewujudkan segalanya." Lirih Aksen mengecup kening Kiana berulang-ulang.

"Ayang, malam ini aku cantik tidak?" Tanya lagi kiana dengan wajah polos yang memerah akibat minuman itu.

"Sangat cantik, aku bahkan ingin menendang Aksan yang sudah berada di samping mu itu." Gerutu Aksen, memang benar Aksen juga sangat mencintai Kiana.

Namun, identitasnya yang tidak biasa mengharuskannya untu bersabar. Aksan terlihat seperti baj*ingan yang tak memberi kepastian pada Kiana, namun dia bersyukur Kiana tak pernah menyerah untuk mengejarnya.

"Terima kasih, aku beneran lagi berhalusinasi ya? Sensen sayang yang sebenarnya bahkan tak melihatku sama sekli." Lirih Kiana menyelinapkan tangannya pada tengkuk Aksen.

Kiana memainkan tangannya di bagian rambut belakang kepla Aksen, Aksen tak bergeming. Dia terus menatap mata Kiana yang di penuhi rasa keputus asaan.

Terpopuler

Comments

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

seperti itu..

2024-01-13

1

vivinika ivanayanti

vivinika ivanayanti

Terjawab Sudah....kak Thor....🤭🤭😄

2023-12-14

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!