Dengan sedikit seringai yang sangat tidak asing di mata Aksen, gadis itu nampak mengeluarkan jurusnya dia menghajar orang-orang di sana dengan sangat lincah.
"Cih, sampah masyarakat seperti kalian benar-benar membuatku muak!" Gertak Rachel, Aksen yang melihat bocah 6 tahun itu hanya tersenyum penuh pujian.
"Jangan dulu masuk ke wilayah, aku memiliki rencana lain." Ucap Aksen pada sebuah alat di lengannya, dia memberikan intruksi pada orang-orang di belakangnya.
Dengan hati-hati Aksen mengendap-endap ke daerah tersebut dengan cepat, Rachel yang sejak awal menyadari akan adanya penyergapan kini tidak merasa takut. Mungkin juga bila dia akan jadi pahlawan Nasional atau memiliki patung sendiri seperti yang ada di jalan kota.
"Heheh... boleh juga kalo patungku nanti di bangun dengan gaya seperti ini." Ucap Rachel dengan kakinya yang melayang memberikan satu tendangan telak pada perut seorang pria.
Beberapa orang yang membawa senjata datang, bukan panik Rachel justru makin tertantang. Dia memberikan banyak jotosan dan tendangan mautnya yang luar biasa keren.
"Bahaya, ada seorang bocah yang melakukan pemberontakan!" Beberapa pria keluar, Rachel terkekeh sinis dan menyobek bajunya sedikit. Dia mengikat tangannya dengan kuat dan mulai bersiaga.
"Cukup menarik." Gumam Aksen yang berniat membantu, justru gadis itu tampa kenal rasa takut terus melakukan perlawanan. Bahkan tanpa di sangka oleh siapapun, Rachel berjongkok dan mengambil sesuatu dari bawah sepatunya.
"Wow, bukankah itu produk Smith and Wesson model 29.44 magnum revolver? Mengejutkan sekali." Gumam Aksen akhirnya berniat tidak ingin membantu.
Dengan indahnya Rachel memainkan senjata api itu seperti tengah bermain boneka, dia menembak dan melakukan penyerangan layaknya seorang profesional yang sudah sangat terlatih.
"Hei ayolah lawan aku! Aku tidak ingin masuk penjara gara-gara kalian tidak mau melawan." Ejek Rachel dengan seringai mengerikan di bibirnya, Aksen semakin terkesima menyaksikan perlawanan itu dari jarak yang tidak terlalu jauh.
"Yah, pelurunya habis." Gumam Rachel bersembunyi dan mengambil senjata api milik orang lain, dia melihat senjata itu dan tidak begitu mengerti cara penggunaannya, karena senjata itu sepertinya di rakit oleh mereka sendiri.
"Hei, apa tidak ada yang mau membantu?" Gertak Rachel, dia sadar bila ada orang yang tengah mengawasinya sejak awal.
"Lumayan, bisa pakai senapan jarak jauh?" Aksen akhirnya memperlihatkan diri dan melemparkan sebuah pistol pada Rachel.
"Wah, senjatanya lumayan juga." Ucap Rachel mengagumi senjata yang berada di tangannya, meski bentuknya menyerupai pistol namun senjata itu memiliki kekuatan seperti senjata jarak jauh.
"Bagiamana rencana mu bocah?" Tanya Aksen, Rachel mengangkat pundaknya.
"Menghukum berandalan, menyelamatkan pria tampan dan berakhir dengan seringai." Ucap Rachel, Aksen yang mendengar itu tertawa dan merekapun akhirnya melakukan penyerangan berdua.
Mereka melakukan petak umpet dengan para musuhnya demi menyelamatkan para sandra yaitu anak-anak yang mereka culik. Setelah tim penyelamat sudah berhasil membawa para tahanan, Aksen dan Rachel akhirnya beraksi dengan sangat luar biasa.
Aksen benar-benar kagum dengan bocah itu yang tingginya bahkan tidak sampai se-dadanya itu. Sangat mengerikan dengan masa depan bocah itu di masa mendatang, pikir Aksen.
Setelah menyelesaikan semua musuh mereka, Aksen dan Rachel akhirnya tinggal sementara di sebuah hotel di mana Aksen tinggal.
"Siapa nama mu Nak?" Tanya Aksen pada akhirnya, setelah dia mengusir para tentara yang sudah berterima kasih dan beberapa orang yang ingin tahu mengenai bocah yang bersama Aksen itu.
"Untuk apa kamu tanya nama ku? Kamu juga sudah tua, meski kau agak tampan." Tutur Rachel dengan arogan, Aksen mengangkat alisnya mengamati cara bicara bocah itu yang mengingatkannya pada seseorang.
"Memang kenapa bila aku tanya nama mu?" Tanya lagi Aksen, Rachel menghela nafas panjang dan duduk di atas kasur di mana Aksen akan tidur.
"Pertama, malam ini kau akan tidur dengan ku. Benar bukan?" Tanya Rachel berdiri di atas kasur sambil mengangkat jari telunjuknya.
"Tergantung, aku tidak suka berbagi tempat tidur dengan siapapun. Tapi sepertinya menyenangkan tidur dengan mu." Tutur Aksen, Rachel menatap sinis ke arah Aksen.
"Oke, yang ke dua. Kau mencari tau nama ku bukan bermaksud untuk menyebutkan nama itu di depan penghulu bukan?" Tanya Rachel lagi.
Deg!
Deg!
Deg!
Jantung Aksen seolah memompa darah dengan sangat cepat, dia mengingat kata-kata itu dengan baik. Seseorang yang selalu menggodanya, merayunya, dan memberikan sejuta gombalan setiap harinya.
"Aksen, ayolah ingat terus namaku. Bukankah kau akan menyebutkan nama cantik ku di depan Penghulu?" Kata-kata itu terngiang di kepala Aksen dari sosok yang sudah hampir membuatnya tidak dapat tidur nyenyak setiap malam itu.
"Hei kenapa kau melongo begitu, jangan bilang bila setelah kau tidur denganku kau akan meminta pertanggung jawaban ya?" Tanya lagi Rachel, sontak mata Aksen kembali membulat.
Dia ingat dengan kata-kata itu, seseorang juga pernah mengatakannya dulu.
"Aksen sayang, karena kau sudah menyentuh bagain terlarang milikku kau harus tanggung jawab ya?" Nada yang hampir sama, ekspresi yang hampir sama bahkan gaya yang sama.
"Hei, kenapa kau selalu melamun? Jangan bilang kau sedang membayangkan wajah cantik ku ya?" Ucap lagi Rachel, Aksen tersenyum dan menangkup kedua pipi bocah itu. Aksen menatap lekat-lekat setiap lekuk wajah gadis itu, dia sangat familiar dengan bentuk wajah bocah itu, namun dia tidak ingat siapa.
"Kenapa kau menangis?" Tanya lagi Rachel melihat sebuah cairan yang menggenang di sudut mata Aksen.
"Apa karena kau tidak di beri tahu nama ku? Baiklah, nama ku Rachel Agenta Maharani D'luna. Rachel adalah nama panggilan ku." Ucap Rachel mengusap air mata yang jatuh dari kedua bola mata Aksen.
"Apa keluargamu bermarga Agenta?" Tanya Aksen, karena dia sangat mengenal baik keluarga itu.
"Entahlah, aku juga tidak tahu. Kakek bilang, nama itu adalah identitas wanita cantik seperti Rachel." Aksen terkekeh, mungkin tidak. Ada begitu banyak orang yang menggunakan nama itu, rasanya mustahil bila Rachel keturunan dari sosok yang amat dia kenali itu.
"Hei kau tahu, aku merasa kau sangat mirip dengan adik laki-laki ku." Ungkap Rachel menatap lekat-lekat wajah Aksen, "Owh, hampir lupa. Siapa nama mu?" Tanya lagi Rachel.
"Nama Asli?" Tanya Aksen mengangkat sebelah alisnya. Rachel menganggukkan kepalanya.
"Ziad Aksen Az-zahra, Ziad marga ayahku, Az-zahra nama ibuku, dan Aksen nama panggilan ku." Mata Rachel seketika membulat mendengar nama itu, dia dan sang adik sudah hampir putus asa mencari informasi mengenai Aksen, namun takdir agaknya sangat baik terhadapnya.
"Wah, apa itu beneran Kau?" Rachel langsung menerjang tubuh Aksen dan memeluknya denan hangat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
ayah kandung Rachel dan Rival
2024-01-13
2
vivinika ivanayanti
apakah Rachel tahu kalo itu Bapak nya....
kak Thor hutang penjelasan apa yg terjadi sama Aksen dan Kinara, Sampek bisa punya anak 🤭🤭🤭
2023-12-13
2