Di balik Kehidupan seseorang

"Yuk berangkat," Yuda berjalan duluan.

"Kita jalan kaki?" tanya Cilla mengejar Yuda untuk mensejajarkan langkahnya.

"Menurut lo? Lagian deket kok, motor gue juga lagi si servis," balas Yuda sinis.

"Oh, jadi mau kemana kita?"

"Jangan banyak tanya deh, ikutin aja gue ke mana."

"Pantes aja lu gak di temenin, nyebelin nya pake banget soalnya."

"Biarin."

Tanpa mereka sadari saat mereka berjalan pergi dari hadapan rumah Mira, dari kejauhan Mawar memandangi keduanya dengan tatapan sedih. Entah mengapa Mawar sangat sedih saat melihat Cilla dapat akrab dengan Yuda dengan mudahnya, air mata Mawar bahkan menetes membasahi pipi tanpa sadar.

Mawar menghapus air matanya lalu masuk ke rumah, Mira menghampiri Mawar, "Ada apa? Pulang-pulang kok cemberut mukanya."

"Kenapa sih Bu? Cilla ambil semua yang aku inginkan? Kenapa Cilla bisa dengan mudah dapet apa yang aku mau bahkan yang aku miliki? Di awali dengan kamarku, terus perhatian ibu dan sekarang Cilla ambil Yuda dari aku?" Mawar bicara sambil merasa perih di dadanya, air mata yang coba ia tahan pun mengalir dengan derasnya.

Mira memeluk anaknya itu, "Udah yah sayang, ibu sayang sama kamu. Ibu gak mungkin ngasih semua kepedulian ibu sama Non Cilla, kamu anak ibu satu-satunya ibu akan selalu peduli sama kamu, kalau masalah kamar ibu bisa kok bilang sama Non Cilla supaya pindah ke kamar lain."

"Bu, aku gak papah kalau kamar aku dia ambil atau apapun. Tapi kenapa harus Yuda sih? Ibu tau sendiri kan perjuangan aku buat deketin Yuda kayak gimana? Tapi Yuda gak pernah sedikitpun liat aku, lalu dengan mudahnya dia datang dan ngambil Yuda dari aku," Mawar duduk di kursi, lututnya mendadak lemas dan tidak lagi bisa menahan berat tubuhnya.

Mira tampaknya tidak lagi dapat berkata apapun selain memeluk anaknya mencoba menenangkan Mawar, tidak semua hal dapat kita dapatkan di dunia ini.

Kembali pada Cilla, ternyata Yuda mengajak Cilla untuk pergi ke sebuah taman di mana di dekat taman itu ada hamparan sawah yang hijau dan indah. Terlihat juga pemandangan pegunungan di depannya, Yuda duduk di kursi putih panjang yang tersedia di sana.

Cilla berdiri sembari merentangkan tangan, ia memejamkan mata saat angin berhembus ke arahnya. Rambut panjang Cilla yang di kuncir sedikit berterbangan terbawa angin, tanpa sadar Yuda menatap Cilla sangat dalam.

"Enak banget udara tanpa polusi, di jakarta mana bisa menghirup udara sesegar ini," setelah itu Cilla duduk di samping Yuda.

"Nih minum, lu capek kan jalan kaki," Yuda menyodorkan minuman botol pada Cilla yang sudah lebih dulu ia buka tutupnya.

"Makasih, nah gitu dong kali-kali baik. Jangan nyebelin terus, emosi gue," Cilla mengambil minuman itu lalu menegaknya, tidak bisa di pungkiri ia memang sangat haus dan capek sekarang.

"Orang kota mah jalan bentar juga capek, lemah-lemah emang," ledek Yuda.

"Dih biarin aja."

"Oh iya, di sini restorannya agak jauh yah?" tanya Cilla.

"Ngapain sih? Makan di warteg aja, sama kok enaknya. Malah enakan di warteg."

"Kek yang pernah aja lu makan di restoran ngomong gitu."

"Di kira orang miskin kayak gini gak pernah gitu ke restoran, pernah lah bodoh."

"Ya lu salah restoran aja makannya makanannya gak enak, kalau restoran yang gue pilih pasti makanannya enak."

"Bacot."

"Serius bodoh."

Setelah bersantai di sana Yuda membawa Cilla ke toko dimana ia bekerja, selama Yuda kerja Cilla hanya duduk-duduk manis sambil memperhatikan Yuda.

"Cantik si eneng," penjaga toko lain mengajak Yuda bicara, padahal mereka sedang membereskan barang-barang ke rak.

"Cantik lah kan cewek," balas Yuda sinis.

"Tumbenan pisan, kamu bawa cewek," lanjutnya, pria itu bernama Yadi.

"Maksa pengen di bawa ke sini."

"Tapi jiga orang kota."

"Emang."

"Pantes atuh. Tadi urang ngajak ngomong kur seuri hungkul, teu ngarti meren nya."

"Iya."

Selesai membereskan barang, Yuda menghampiri Cilla, "Kalau lapar ambil aja roti, entar gue yang bayar."

"Gak usah, nanti malem aja kita cari makan setelah lu selesai."

"Gue pulangnya malem banget, yang ada pada tutup."

"Ya udah deh kalau maksa," Cilla mengambil tiga roti dari rak, dengan santai ia makan roti itu sambil memainkan kakinya.

Sesekali Cilla melayani pembeli yang datang saat Yuda tengah sibuk beres-beres, pembeli memuji Cilla yang mau membantu Yuda. Yah walaupun terkadang kalau mereka bicara bahasa Sunda Cilla hanya tersenyum atau memanggil Yuda untuk mengartikannya.

Entah mengapa keberadaan Cilla dapat mengisi kekosongan di hati Yuda yang selama ini selalu merasa kesepian.

__________

Malamnya setelah mereka pulang Yuda mengantarkan Cilla pulang ke rumahnya, di perjalanan Yuda sempat mampir ke apotik yang untungnya masih buka.

"Beli obat buat siapa?" tanya Cilla di perjalanan.

"Adik gue sakit."

"Kapan-kapan boleh lah gue maen ke rumah lu."

"Boleh."

"Oke."

Yuda kini telah sampai di rumahnya, saat ia masuk ia menyalakan lampu juga mengunci pintu masuk. Setelah itu ia langsung menghampiri kamar adik perempuannya yang ternyata sudah tidur, adiknya berumur 9 tahun. Yuda mengecek suhu tubuh adiknya dengan telapak tangannya.

Adiknya terbangun, "Kakak udah pulang?"

"Kamu udah makan belum?"

"Udah."

"Ya udah nih minum obatnya."

Adiknya di bantu Yuda untuk duduk, Yuda mengambil air putih dan membukakan obat untuk adiknya itu.

"Besok kita cek-up."

"Kak, kakak punya uang-"

"Gak usah banyak bicara, kamu nurut aja. Kakak cuman punya kamu di dunia ini jadi kakak mau kamu sembuh secepatnya," Yuda memotong ucapan adiknya.

Adiknya bernama Lisa, Yuda selama ini hanya hidup berdua dengan adiknya karena kedua orang tuanya meninggalkan mereka saat Lisa baru berumur 3 tahun. Yuda selama ini berjuang sendiri membesarkan Lisa, itulah mengapa Yuda terkenal dengan melakukan apapun untuk uang, itu tidak lain untuk membesarkan Lisa.

Lisa di diagnosa terkena Leukimia dua tahun yang lalu, ayahnya mereka dulu selingkuh hingga meninggalkan mereka. Sedangkan ibunya mereka bilang jika ibunya akan bekerja keluar negeri untuk membiayai mereka yang nyatanya ibunya kabur dan tidak mau mengurusi mereka.

Untungnya pamannya Yuda setiap bulan membantu membiayai kebutuhan mereka, setidaknya itu dapat membantu meringankan beban Yuda.

Yuda tidur di samping Lisa, saat akan tidur tiba-tiba ia malah memikirkan Cilla.

"Tidak mungkin kan gadis kaya yang hidupnya di penuhi kemewahan akan jatuh cinta padaku? Ah Yuda sudahlah dia tidak mungkin bersamamu. Lagipula apa yang akan aku tawarkan untuk hidupnya, hidupku saja sudah susah. Adanya kau hanya akan membuatnya susah," gumam Yuda dalam benaknya sebelum tidur.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!