Saat pulang sekolah Cilla langsung menelpon ayahnya untuk membeli ponsel baru, "Ayolah Pa, ini beneran gak sengaja. Tadi aku gak sengaja nabrak dan buat HP dia pecah. Jadi kalau Papa gak mau aku berulah gantiin HP dia yah," Cilla memohon lewat telpon.
"Baru juga sehari sekolah, ada saja masalah mu."
"Cilla beneran gak sengaja itu, ayolah Pa kasian dia gak punya uang buat beli yang baru. Sekolah sekarang kan sudah harus pakai HP Pa, yah Pah yah."
"Ya sudah, nanti Papa minta supir kirimkan ke sana."
Cilla tersenyum bahagia, "Makasih Papa ku yang baik dan ganteng. Sampai jumpa Papa," Cilla mematikan sambungan telponnya lalu menghela nafas lega sebelum akhirnya ia membaringkan tubuhnya di kasur.
"Yuda, dia gak begitu jahat kok kayaknya. Yah walaupun agak nyebelin dikit, tapi kenapa orang-orang takut banget yah sama Yuda? Buktinya gue bahkan di minta buat jauhi dia sama Mawar," Cilla ngoceh sendiri.
"Ah Mawar, gue harus cari Mawar," Cilla keluar dari kamar itu lalu mencari Mawar.
"Mba, Mawar mana?" tanya Cilla yang malah bertemu dengan Mira.
"Mawar sedang jualan kue di sekitar rumah, bantu-bantu bibi buat cari uang, padahal Bibi udah minta dia untuk gak jualan lagi tapi dia tetep kekeh," balas Mira.
"Lama gak?"
"Lumayan, emangnya kenapa Non? Kalau ada yang Non inginkan katakan saja pada saya."
"Gak jadi deh, aku mau liat-liat ke luar. Bosen juga lama-lama di rumah," Cilla keluar dari rumah untuk jalan-jalan.
Cilla jalan kaki menelusuri sekitar rumah tersebut, di sana masih banyak anak-anak kecil yang bermain bola di pinggir jalan, Cilla sedikit tersenyum ketika melihat anak-anak bermain dengan bahagia.
"Jangan senyum-senyum sendiri entar di kira orang gila lagi sama orang," tiba-tiba seseorang bicara tepat di telinga Cilla.
"Sialan, lu bikin gue kaget aja. Untung ini jantung gak copot," Cilla kaget saat melihat Yuda ternyata ada di sampingnya.
"Lagian ngapain ngelamun sambil senyum-senyum sendiri, sampai orang ganteng datang aja gak sadar."
Cilla meludah ke samping, "Dih ganteng? Gak ada ganteng-gantengnya," ledek Cilla.
"Sialan, berani-beraninya lu meludah," Yuda menjewer telinga kanan Cilla.
"Lepasin bodoh, sakit tau," Cilla memukul-mukul lengan Yuda.
Yuda melepaskan tangannya yang di telinga Cilla, "Ngapain lu di sini?"
"Lu juga ngapain di sini? Emangnya rumah lu di sini?" tanya balik Cilla.
Yuda mengacak-acak puncak rambut Cilla, "Di tanya malah balik nanya."
"Rambut gue berantakan Yuda Sialan," Cilla sangat kesal pada Yuda sekarang.
"Rumah gue emang deket sini, lagian emangnya rumah lu juga di sini? Perasaan gue gak punya tetangga yang modelnya kayak lu deh."
Cilla menghela nafas untuk menahan emosinya, "Gue tinggal di rumah Mawar, lagian gue emang bukan orang sini. Gue baru datang ke sini kemarin," jelas Cilla tegas.
"Pantesan bukan orang sini," Yuda sudah menduganya dari awal.
Yuda langsung akrab dengan Cilla karena selama ini hanya Cilla yang tidak takut ketika berada di dekatnya, selama ini Yuda juga kesepian harus hidup sendiri tapi ia tidak terlalu memikirkan hal itu. Kedatangan Cilla membuatnya sedikit senang, karena pada akhirnya ada orang yang tidak takut dengannya.
"Lu gak takut gitu sama gue? Semua murid di sekolah pasti kasih tau gimana kelakuan gue."
"Selama lu masih makan nasi gue gak akan takut, ngapain takut sama orang yang sama-sama suka makan nasi. Kalau lu makannya besi baru gue takut," balas Cilla jelas dan tegas.
"Bagus deh," Yuda berjalan meninggalkan Cilla.
Cilla mengejar Yuda, "Mau kemana sih?"
"Banyak tanya."
"Dih, lu juga sama aja tadi banyak nanya sama gue."
"Kalau gue mah gak papah."
"Gak adil kalau gitu."
"Makan siang yuk di warteg depan, gue lapar. Kali ini gue yang traktir," ajak Yuda.
"Tunggu!" Cilla menarik tangan Yuda untuk menghentikan langkahnya.
"Apa lagi?" Yuda menatap Cilla.
"Makan di rumahnya Mawar aja yuk, Mba Mira udah masak buat makan siang. Kalau gak dimakan sayang."
"Ya udah deh kalau lu maksa."
"Dih siapa juga yang maksa," Cilla melepaskan tangannya di pergelangan tangan Yuda.
Mereka berdua kini berada di rumah Mira, Mira menyiapkan makanan. Kali ini Mira memasak opor ayam, tempe tahu dan sup, tidak lama setelah itu Mawar datang setelah berjualan.
Mawar sedikit terkejut saat melihat Yuda sedang makan di sana, "Ayo Mawar makan," Mira mengajak Mawar makan.
Mawar duduk di kursi tanpa bicara apapun, tatapannya sesekali menatap ke arah Yuda yang sibuk makan.
"Tumben mau makan," ucap Mawar tiba-tiba.
Cilla yang mendengar itu tiba-tiba tersendat, Yuda sigap memberikan Cilla minum. Sebelum bicara Cilla minum terlebih dahulu, "Gini yah, tadi pagi gue gak mau makan karena masa pagi-pagi sarapan nasi goreng. Okey, kalian udah biasa pagi-pagi makan-makanan berminyak tapi tidak dengan gue, jadi apa salahnya kalau gue gak makan? Sedangkan sekarang makan siang dan menunya menu biasa juga jadi kenapa? Gak boleh gue makan di sini?" tanya Cilla emosi.
Cilla adalah tipe orang yang sangat kesal jika ada orang yang mengomentari dirinya ketika sedang makan.
"Mawar udah! Jangan di bahas lagi," Mira meminta Mawar untuk diam.
"Tadi pagi bilang gak gitu kok."
"Sial, bikin gue gak mood makan aja. Udah yuk makan di luar aja, gue yang bayar," Cilla menarik tangan Yuda untuk ikut dengannya.
"Gimana sih?" Protes Yuda.
Mira menghela nafas lalu menatap Mawar, "Sebenarnya ada apa sih dengan kamu? Tidak biasanya kamu seperti ini?" tanya Mira.
"Aku cuman kesal dia tidak pernah menghargai ibu."
"Katakan yang sebenarnya?" Mira tau betul jika anaknya sedang berbohong.
"Beneran kok itu alasannya."
"Ada alasan lain, katakan!"
"Ibu mau belain dia juga? Belain aja bu belain," Mawar malah balik marah pada Mira, Mawar pergi ke kamarnya dengan perasaan kecewa.
Di luar Yuda menghela langkah Cilla, Yuda berdiri di hadapan Cilla.
"Jadi? Ibunya Mira siapanya elu?"
"Pembantu di rumah gue."
"Pantes aja. Lu orang kayak ternyata."
"Enggak juga, cuman cukup aja."
"Terus ngapain lu tinggal sama pembantu lu?"
"Lu banyak tanya banget jadi orang, bisa diem aja gak?"
"Sayangnya enggak bisa."
"Lagian siapa elu sampai gue harus cerita masalah gue sama lu."
"Gue? Gue bukan siapa-siapa elu sih, cuman kepo doang."
"Ya udah sekarang kita makan aja, gue udah lapar ini."
"Okey."
Mereka melanjutkan perjalanannya ke warteg, di sana mereka kembali melanjutkan makan mereka. Selesai makan keduanya langsung pulang, hari sudah sore juga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments