DRRRRT..DRRRRT ..DRRTTT
Pesawat berguncang hebat. Cuaca yang buruk itu membawa dampak turbulensi. Semua penumpang panik dan ketakutan. Beberapa dari mereka ada yang teriak dan mengucap do'a agama masing-masing, anak-anak dan bayi menangis kejar. Para pramugari memandu penumpang untuk memakai masker oksigen.
"Bapak, Ibu, seluruh penumpang yang terhormat, diharapkan untuk tetap tenang. Semua akan baik-baik saja." tegas seorang pramugari wanita.
"Huahhh..Babe, Darren.. Freya.. aku takut.. Mana aku belum menikah.." ucap Devina gemetar sambil meringkuk di dada kekasihnya, Jakob.
"Everything's gonna be alright, calm down babe.." (Semua akan baik-baik saja, tenang sayang..) tutur Jakob menenangkan Devina meski mukanya sendiri panik karena ia sendiri baru kali ini mengalami turbulensi ketika menaiki pesawat padahal sudah puluhan kali travelling menggunakan burung besi itu.
Freya yang sedari tadi ketakutan hanya bisa diam mengunci mulutnya dan mendengarkan instruksi pramugari, karena canggung ada Darren di sebelahnya, meskipun batinnya ingin teriak juga seperti para wanita dan Ibu-ibu lainnya. Darren tampak tenang dan memasang masker oksigennya. Sementara Freya masih grasak-grusuk karena tangannya yang gemetar, ia tak juga kunjung berhasil memasang masker itu.
"Sejak kapan ya aku canggung sama Darren? padahal 4 tahun lalu sebelum dia berangkat kuliah ke Jogja aku bahkan mengupil di depannya dan menjahili dia dengan upil itu. Kenapa sekarang..? Apa karena dia jadi bertambah tinggi??" batin Freya dalam lamunannya ditengah-tengah kehebohan situasi di sana.
Darren menyikut pelan lengan Freya dan menepuk mulutnya dengan tangan, seolah berkata "Cepat pakai maskernya!". Darren dengan gesit membantunya memasang masker. Freya mengacungkan jempol sebagai tanda terimakasih pada Darren karena sudah tidak memungkinkan bicara dengan mulut tertutup masker
DRRTT..DRRRRT.. DRRRRT
Turbulensi semakin kencang, bahkan salah satu penumpang ada yang pingsan. Guncangan yang kuat membuat sisi tubuh Darren dan Freya terus bersenggolan.
GREPP
Darren memeluk Freya dengan tangan kanannya, bermaksud agar wanita yang lebih tua 5 tahun di sebelahnya itu tidak terus menerus terguncang.
DEG!
Pipi Freya merona taktala ia sadar tubuhnya muat hanya dalam setengah pelukan Darren.
'Aku yang kehilangan banyak berat badan, atau Darren yang bertumbuh terlalu drastis?' batin Freya. Disela-sela itu, sempat-sempatnya Darren membuka maskernya untuk membisikkan sesuatu ke Freya.
"Kamu GENDUT, Mbak." ucap Darren jahil dengan penekanan pada kata 'gendut'. Freya mendongak dan melototi Darren. Darren hanya tersenyum simpul.
NYUT
Meski tau Darren cuma bercanda, tetapi kali ini, mendengar kalimat yang terlontar dari Darren barusan hatinya sakit. Padahal dulu adalah hal yang biasa baginya dan Darren saling ejek bahkan saling body shaming.
PLUKK
Freya melepaskan tangan Darren dari tubuhnya dengan sedikit melempar dan memalingkan wajah ke jendela.
"Mbak? Ngambek?" tanya Darren seraya membuka masker dan mengangkat alisnya. Freya tak bergeming. Entah karena beberapa hal buruk yang sudah terjadi, karena trauma masa lalunya, Freya menjadi sensitif karena dalam lubuk hatinya ada rasa insecure kenapa kisah cintanya tidak seindah yang lain meski tidak ada yang bilang dia jelek, dan dia tahu itu, dia cantik.
'Kenapa aku jadi sekesal ini? Apa karena yang bilang begitu Darren? Kalau aku gendut, kenapa dia mau menggenggam dan memeluk tadi? Karena kasihan? Ah.. bodoh.. sudah pasti karena aku ini dia anggap kakak perempuannya sendiri seperti Devina, Eh? memangnya aku berharap apa dari Darren? Dia bocil.. bagaimanapun dia tetap bocil. Titik.' Freya bergejolak di dalam hatinya.
DRRT..DRTT ..DRRT
Turbulensi belum usai tapi sudah mulai mereda.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments