Presdir A di kantor nampak duduk di singgasananya, ia masih membuka lembaran map yang tersisa. Memeriksanya dan terkadang membubuhkan tanda tangan untuk memastikan map itu diterima dan tidaknya. Ia sibuk dengan map yang saat ini genggamannya, map ini adalah hasil kerja karyawannya yang baru. Jadi nampak masih berantakan, tapi ia tetap membacanya karena surat map ini sangat penting. Map itu adalah catatan hasil keuangan minggu ini. Jadi kalau dalam masalah, Presdir A nampak repot juga.
Ketika ia sedang sibuk - sibuknya, seseorang membuka pintu ruangannya yang terbuat dari kaca tebal. Ia nampak melirik yang datang yang rupanya adalah asistennya yang selalu menghabiskan setiap waktu hanya untuk Presdir A. Dia bernama Kusuma, yang juga mahasiswa lulusan sarjana di Prancis dengan begitu tak diragukan lagi kepintaran darinya. Pria itu berumur 29 tahun, dan masih lajang. Hanya saja ia tidak tertarik dengan wanita karena masa lalu membuatnya tidak begitu suka pada wanita. Presdir A nampak tidak tertarik dengan kehadiran cowok itu.
"Laporan Presdir saya mendengar kalau nyonya di rumah menelpon dan meminta Presdir pulang ke rumah," ucap Kusuma sambil melihat ke arah Presdir dengan takut - takut. Ia selalu sadar kalau di saat seperti ini Presdir tidak mau disuruh pulang, karena di rumah ia hanya mendapat kekesalan. Melihat dirinya baru saja menikah yang bukan keinginannya. Ia juga masih menampilkan wajah kusutnya bekas perkawinan tadi.
"Kenapa loe mengangkat teleponnya, kenapa gue nggak tahu," kesal Presdir A sambil sedikit membanting map yang tadi ia baca ke meja kerjanya. Ia memegang dagunya, karena begitu tak habis pikir dengan kejadian tadi. Untung saja ia masih bisa kerja, mengingat hal memalukan tadi.
"Nyonya menelpon sekertaris bapak, katanya ini penting. Istirahatlah," ucap Kusuma yang sepertinya mengerti perasaan ibu dari Presdir A. Karena memang sebaiknya kalau sehabis menikah pengantin pria harus ada di rumah setidaknya bersilaturahmi dulu. Tapi lain halnya dengan Presdir A yang selalu kerja, dan dingin itu. Ia kayaknya lebih memilih kerja karena hanya laporan dan map yang ia pikirkan. Tidak pernah bersyukur atau sedikit saja mengingat kalau di rumah masih ada keluarga.
"Kenapa dia sampai menelpon sekertaris, dia mau mempermalukan gue," kesal Presdir A sambil melihat Kusuma dengan wajah galak nya. Yang membuat Kusuma hanya menunduk karena memang Presdir A adalah atasan yang begitu, tidak mudah baginya menangani hal tanpa marah. Tapi sekarang sikap itu telah mendarah daging di Presdir A sehingga bawahan seperti dirinya hanya mampu bersabar.
"Sepertinya nyonya tahu kalau Presdir tidak akan mengangkat teleponnya, maka dia melakukan itu," ucap Kusuma dengan nada rendah. Sedangkan Presdir langsung saja bersandar pada tempat duduknya itu, sambil membayangkan sosok yang telah menjadi istrinya. Yaitu Anima, gadis yang memang selalu tampil lugu di depan keluarganya. Ia sepertinya memang hanya bersikap seperti itu di hadapan keluarga saja, buktinya sampai sekarang tidak pernah menyapa seorang Presdir A dengan baik.
"Kenapa dia bisa meminta gue pulang ke rumah, memang apa yang terjadi pada gadis itu. Dia membuat masalah lagi," heran Presdir A sambil menghembuskan nafasnya perlahan. Meskipun mamanya memintanya untuk ke rumah dan makan bersama Anima untuk menemani gadis itu, ia tidak akan menurut karena ia masih punya banyak pekerjaan. Yang jelas Anima juga bukan siapa - siapa di matanya, kenapa harus dianggap kehadiran gadis itu.
"Maaf Presdir tapi ini untuk nyonya, dia bilang ingin melihat anaknya menyempatkan waktu untuk merayakan perkawinan tadi," jelas Kusuma yang mengingat kata - kata yang sempat di ucapkan oleh ibu Presdir. Hanya saja sikap bebal Presdir pastinya menghalangi rencana itu, ia pasti akan menghabiskan waktunya di kantor dan pulang sampai larut.
"Tolong bilang pada mama saya kalau saya sedang meeting besar, karena pelanggan besar saya dari PT. Bhayangkara telah datang." Dusta Presdir A sambil melihat Kusuma baik- baik, dan Kusuma hanya mengerutkan alisnya. Kenapa alasan seperti itu yang diberikan bukannya nyonya sudah tahu kalau sekarang Presdir A tidak punya jadwal meeting. Ia sendiri yang bertanya tadi. Dan Kusuma menjawabnya dengan jujur.
"Tadi nyonya sempat bertanya jadwal meeting anda, jadi kayaknya kebohongan itu tidak akan dipercayainya," ucap Kusuma tegas. Seolah mendukung untuk Presdir A pulang saja, di rumah semuanya pasti akan terasa lebih tentram dan damai. Seperti saat ini Kusuma juga merindukan rumah, berharap kalau bosnya ini segera mengakhiri pekerjaan. Karena ia sudah sangat lelah mengikuti Presdir A kemana - mana sampai ia melupakan perutnya yang lapar.
"Apa ya sudah bilang saja saya sedang sibuk di kantor dan akan pulang malam," ucap Presdir A ringan dan seperti tidak ada beban. Matanya kembali pada map yang sempat dibacanya tadi. Ia begitu fokus sambil berpikir apa karyawan yang baru saja membuat map ini dipecat atau tidak. Karena pekerjannya ini jelas jelek sekali. Ia sampai lupa menyebut nama dan detail data yang seharusnya di tulis.
"Baik pak." Kusuma bersiap pergi, sebelum akhirnya Presdir A memanggil pria itu kembali. Lantas Kusuma kembali menghadap Presdir dengan senyum terpaksa. Karena ia juga sangat lelah untuk hati ini, butuh istirahat dan tidur yang nyenyak. Sebelum besok disibukan lagi dengan meeting dan suruhan - suruhan kecil dari sang CEO
"Siapa yang membuat data di map ini, dengarkan kamu harus bilang pada dia pekerjaannya berantakan. Tidak jelas dan banyak tanda baca salah," koreksi Presdir A sambil menunjuk map yang dipegang nya. Lantas Kusuma hanya mampu menyunggingkan senyum kecilnya, ia tahu ia bersalah. Karena belum sempat mendidik karyawan baru itu tadi.
"Maaf Presdir, dia adalah bawahan saya di bagian management. Namanya Bagus, nanti saya bilang padanya," ucap Kusuma sambil membawa map itu. Tak lama ia meninggalkan ruangan Presdir, melalui pintu kaca yang sempat ia pakai untuk masuk. Ia nampak tergesa dan mengerjakan perintah itu dengan baik.
Setelah di tinggalkan sendiri di ruangannya Presdir A nampak kelelahan. Ia mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya sambil menghembuskan nafas kesal. Sebenarnya kalau di ingat - ingat juga ia harusnya pulang ke rumah. Namun karena teringat kejadian tadi, dan belum bisa menerima perkawinan dirinya dengan Anima. Maka Presdir A memutuskan untuk bertahan di kantor mungkin sampai pukul 11 nanti.
Ah mengapa masalah ini menimpanya, mengapa Anima harus menjadi istrinya. Kesal Presdir A di dalam hati. Tapi karena karyawan di luar kantor melihatnya seperti tidak percaya kalau Presdir A berhenti dari kerja. Ia jadi kembali fokus pada map yang belum ia lihat. Kenapa mereka seperti tidak pernah melihatnya berhenti kerja, karena mungkin setahu mereka Presdir hanya berhenti kerja ketika ia pulang ke rumah.
**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
anggita
like👍+☝iklan utk thor.
2024-07-26
2