Aku dan Flasback

Saat ini jam di dinding menunjukan pukul sembilan malam. Tapi belum ada tanda - tanda kalau Presdir A akan pulang, atau ia masih merasa tidak suka karena perkawinan tadi. Anima hanya menghembuskan nafasnya, sebenarnya ia tidak memikirkan Presdir A tapi ia nggak mau kalau ia kenapa - napa. Makannya saat ini Anima hanya melihat halaman rumah di rumah tante Kencani, sambil terus berharap untuk melihat suaminya itu pulang. Meraka juga akan membahas perkawinan ini bersama - sama tanpa ada halangan. Mungkin keduanya nampak berat, tapi semua harus dijelaskan. Anima dan Alvenjair masih sama - sama baru, keduanya harus banyak beradaptasi.

Melihat terdiamnya Anima di depan jendela membuat Kencani yang sedang menyiapkan makan malam tersenyum kecil. Ia tahu kalau menantunya itu sedang dalam masa adaptasi, dimana mulai sekarang ia akan tinggal di rumahnya bersama Presdir A. Anak yang satunya itu memang benar - benar meninggalkan istri di saat baru saja menikah. Mana pernikahannya juga di mesjid dan ditonton banyak orang. Sebagai suami nyatanya anaknya itu masih nol besar. Kenapa dia berani melakukan hubungan badan kalau itu saja payah. Dasar anak jaman sekarang.

Kencani mendekati Anima, lalu memegang bahunya hangat. Ia nampak merasakan kegundahan hati Anima, meresapi sampai ulu hati. Bagaimana pun itu juga merupakan kesalahan anak kandungnya. Perlahan tapi pasti sikap Predir A akan muncul dan berbarengan dengan itu Anima harus menerima kekurangan dari pria itu. Pria itu jelas tidak mau di kekang, apa yang ia rasa benar akan membawanya pada kebenaran itu. Dulu sebelum menikah Kencani sempat kewalahan menghadapi sikap anaknya itu.

"Em tan ada apa?" tanya Anima yang bingung karena di hampiri, padahal ia hanya melihat tanaman - tanaman yang menjejer di halaman. Baginya itu juga sebagai hiburan mata yang memang sulit ia dapat ketika sudah bekerja. Akhir - akhir ini Anima memang sibuk kerja, dirinya adalah bagian administrasi di perusahaan yang Presdir A pimpin.

"Enggak tante mau nemenin kamu aja, cuaca malam ini lagi dingin An," jawab Tante dengan senyumnya. Senyum itu manis sekali mengingatkan Anima pada wajah Presdir A karena pria itu emang mirip ibunya. Dia pasti lagi sibuk kerja dan membuka - buka map untuk mengecek bisnisnya yang besar itu. Para pekerja hanya mampu tunduk di bawah kakinya, sebagai Presdir yang dingin juga galak ia memang di takuti oleh karyawan.

"Iya tan," kata Anima sambil tersenyum. Ia sengaja menjauhi Tante Kencani karena ia masih merasa tidak percaya Tante Kencani menudingnya sampai sekejam itu. Bahkan sekarang ini Anima masih dalam tudingan sehingga ia tidak dapat keluar dari rumah ini. Ia tidak banyak bicara dan seperti tidak menyukai ketika Tante Kencani mengajak mengobrol. Jangan harap kalau tantenya itu menerima perlakukan baik dari Anima, karena jujur Anima masih merasa tidak pantas kawin dengan sepupunya yang dingin itu. Andai saja waktu bisa terulang kembali.

"Maaf kan anak Tante ya An, dia nggak nemenin kamu padahal masalah tadi berat banget," ucap tante Kencani dengan nada khawatir. Sebagai seorang ibu memang ia dinilai berlebihan karena menikahkan anaknya tanpa sebuah syarat. Ia jadi merasa bersalah karena jelas anaknya saja yang terlalu egois sampai tidak pernah bisa menikah dengan benar. Apalagi wanita yang akan ia nikahi adalah orang yang ibunya sayang juga, Anima. Harusnya sekarang ia mengucapkan maaf terutama pada ibu dan istrinya.

"Ya Tuhan anak itu selalu saja bersikap semena - mena dan semaunya saja, nggak tahu apa sekarang ibunya malu," ucap tante Kencani di dalam hati. Ia sampai memegang kepalanya yang terasa penuh akibat ulah Alvenjair yang tidak ada dan belum juga pulang di atas pukul 9. Dia maunya apa sih.

"Enggak apa - apa kok tan, lagian dia juga nggak mencintai aku. Dan selalu Tante ingat kalau ini bukan keinginan kami," kata Anima dengan dewasa. Mulai saat ini Anima tidak akan memikirkannya lagi. Ia janji untuk berjalan masing - masing tanpa ada kontrak dan kesepakatan. Keduanya akan menikah secara pribadi, sama - sama diam dan tidak mengganggu. Hanya saja Anima akan tinggal di rumah Alvenjair meskipun pria itu tak menganggapnya. Anggap saja tinggal di rumah Tante bukan mertua. Karena memang tantenya akan selalu menjadi Tante bukan mertua.

"Ya udah dari pada nunggu Alvenjair pulang, mendingan kamu istirahat dulu di kamar. Nanti kalau dia udah pulang, kita bisa makan malam," ucap Tante dengan senyum hangat. Seperti mentari pagi, ia membelai rambut Anima yang terurai. Gadis itu nampak manis mengenakan baju tidur dan jepit bunga di rambutnya. Nampak segar dan cantik. Memang siapa yang tidak mengagumi keponakan tersayangnya ini.

"Iya deh tan, aku ke kamar dulu ya," kata Anima sambil melangkahkan kaki ke kamarnya yang sudah disiapkan untuknya. Ia akan menginap di kamar itu dalam waktu lama, tapi Tante memintanya untuk tidur di kamar Alvenjair saja. Anima hanya tersenyum guna menghindari topik itu. Masalah satu kamar nanti saja urusannya sama Alvenjair, dia kan yang mulai semua ini.

**

Setelah sampai di kamar Anima memutuskan untuk merebahkan dirinya ke dalam kasur. Ia memegang kedua tangannya di dada, seolah berharap untuk hari ini dan seterusnya akan baik - baik saja. Ia memandang langit - langit kamar dengan hembusan nafas yang tersisa. Ia membayangkan kehidupannya ini, yang tidak berjalan sesuai rencananya. Tadinya ia akan mencari pasangan untuk menikah, tapi sekarang ia telah dinikahi sepupunya sendiri. Berarti harapan untuk menikah dengan pria yang dicintainya gagal total.

Anima jadi teringat kejadian tadi yang membawanya pada fakta ini. Waktu itu Anima sedang libur kantor, makannya ia mengunjungi rumah tantenya. Mereka berdua nampak asik mengobrol di taman. Sebelum suara dering ponsel mengganggunya, yaitu dari hp Anima. Anima mengangkat telepon itu yang ternyata dari bos besarnya, yaitu Prsdir A. Jadi meskipun satu darah, sepupunya itu nampak tidak segan - segan memberikan banyak tugas pada Anima. Yang membuat Anima memutuskan telepon sepihak. Lalu keduanya kembali mengobrol. Rencananya Presdir A akan datang ke rumah untuk membahas kantor bersama Anima. Tantenya tidak tahu sama sekali.

Ketika Alvenjair datang ke rumah, Tante sedang ada arisan di rumah tetangga makannya meninggalkan Anima sendiri. Bukannya malah ngebahas urusan kantor di rumah tapi Alvenjair mengajaknya ke kamar.

Flasback on

Presdir A nampak memaksa Anima untuk datang ke kamarnya. Karena mereka butuh ruangan privat untuk membahas ini. Ia bahkan tidak membantah ketika Anima mengatakan kesakitan. Ia begitu marah dan diraup emosi. Di genggamannya nampak sebuah map bertulisan rugi. Ketika keduanya sampai kamar Alvenjair, ia langsung menghempaskan tangan Anima.

"Maksud loe apa?" tanya Predir A sambil menjatuhkan sebuah map, yang isinya tentang pekerjaan Anima yang tidak benar. Ia hampir kerugian sebesar dua milyar karena gadis itu tidak becus bekerja, padahal Anima tidak tahu siapa yang mencuri uang itu.

"Maafkan aku Presdir," kata Anima ketika tersadar kalau ia hanya bawahan. Anima nampak kewalahan ketika kekesalan ada di puncak seorang Presdir makanya ia sampai membawa map yang terbuang kembali. Ia membacanya secara rinci dan tidak percaya dengan apa yang telah terjadi.

"Maksudnya apa, aku tidak melakukan penyuapan ini kesalahan besar," kata Anima sejujurnya. Yang malah mendapat tatapan tajam dari mata dingin milik Presdir A. Anima tidak dapat berkutik, dan tubuhnya bergetar.

"Sekarang loe harus ganti rugi, uang perusahaan tidak bisa diambil seenaknya. Bahkan gue pun seorang Presdir tidak mampu mengambilnya. Nggak ada tapi loe harus bayar," kata Presdir A tajam. Ia melihat ke arah Anima dengan sengit, dan amarahnya karena pekerjaan nggak becus Anima membuat hatinya buruk.

"Maafkan aku Presdir tapi uang sebanyak itu aku dapat dari mana. Tapi jika berkenan bolehkan saya meminjam uang Presdir," pinta Anima ingin dimengerti. Mungkin inilah gunanya hubungan darah itu tercipta. Sebagai seorang sepupu dan sepupu sebaiknya Presdir A mengerti perasaannya saat ini. Presdir A sama saja dengan sepupu lain, jika bukan karena ia dingin.

"Loe pikir loe siapa seenaknya bilang gue bank. Ingat ya dalam urusan pekerjaan loe nggak boleh anggap gue sepupu, dan jangan jadikan itu tiang loe," kata Presdir A kejam. Ia sampai menunjuk Anima dengan telunjuknya.

"Tapi aku tidak punya uang, aku hanya punya tubuh ini yang tidak berdaya dan tidak bermanfaat sama sekali," pinta Anima lirih bahkan ia menangis dengan pilu. Selian dirinya harus membayar uang dua milyar itu. Namanya juga akan tercoreng di perusahaan. Tertuanya ia akan malu karena keluarganya pasti menganggapnya bodoh.

"Tubuh, maksud loe apa. Sekarang loe layani gue, nanti gue bayar utang loe ke perusahaan itu," kata Presdir A dengan senyum kecil. Ia hanya mengecoh keponakannya itu, sebagai tanda kalau ia juga masih berharap sepupunya itu orang baik - baik. Seenggaknya tidak menjual tubuhnya sendiri pada sepupunya sendiri.

"Tidak mau," elak Anima sambil menggeleng pelan. Mungkin saat itu Presdir A sedang kewalahan karena emosi pada Anima, ia bahkan sampai nekat membuka bajunya.

"Berikan saja Anima, biar gue bayar satu milyar loe satu milyar deal kan," kata Predir A sambil memojokkan Anima di dinding. Keduanya nampak sedang akan melakukan hubungan seksual.

Anima nampak merasakan aroma hangat tubuh Presdir A. Ingatannya jatuh pada tahun - tahun lalu yang pernah ia lalui. Rasa sakit itu masih ada. Rasa hangat dan sentuhan dirinya masih terasa sama. Tapi Anima tersadar dan hanya air mata yang mewakili semuanya.

"Tidak kak, kakak masih ingat kan kalau aku Anima sepupu kakak yang suka main ke sini," ujar Anima sekedar merayu. Ia mengingatkan untuk Presdir A menjauhinya dan tidak bermacam - macam karena takut dilihat orang. Mereka bisa mengira kalau keduanya sedang berzina.

Tapi Presdir A yang tidak peduli, dan sudah beranjak dewasa di usia 28 tahun. Ia langsung saja mencumbu leher Anima yang membuat Anima merasakan kehangatan yang menjalar ke setiap tubuhnya. Berbarengan dengan itu suara jeritan tante Kencani mengayun ke udara, sangat keras hingga membuat tetangga pada berdatangan.

Kesalah pahaman Tante Kencani membuat Anima dan Presdir A di giring ke mesjid. Sampai terjadilah perkawinan itu. Menyebalkan sekali, desah Anima dalam hati.

**

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!