Menikah Dengan Presdir A.
Saat ini seorang bernama Alvenjair Adiyaksa sedang berdiri dengan gagah di sebuah mesjid di tempatnya tinggal. Ia masih mengenakan stelan kerjanya, karena tak genap satu jam ia dari kantor. Dan saat ini ia harus berhadapan dengan kenyataan kalau dirinya secara mendadak akan dinikahkan oleh ustad bersama dengan sepupunya. Dirinya dan Anima tidak sekali dekat, hanya marga sepupulah yang membuat mereka kenal. Keduanya bagai kutub Utara dan kutub selatan, hanya lautan yang dapat menyatukan mereka. Dan lautan itu adalah pernikahan. It's juts not dream bed.
Pikiran Presdir A. dipenuhi dengan rasa bimbang dan khawatir, ia bersandar di sebuah tiang mesjid guna menghilangkan stresnya yang tiba - tiba datang. Dari seminggu kemarin Presdir A. disibukan dengan bisnisnya yang membuatnya terus - terusan di kantor tanpa istirahat. Hingga wajar saja saat ini tubuhnya begitu pegal - pegal, meski itu tak menghilangkan rasa kagetnya atas pernikahan dadakan ini. Sebenarnya di kantor ia masih punya banyak pekerjaan jika bukan karena pernikahan ini tidak mungkin Presdir A. tetap di sini. Ia tidak mungkin meluangkan waktunya hanya untuk berlama - lama di luar kantor. Karena pekerjaan adalah moto hidupnya saat ini.
Ia mengusap wajahnya sendiri frustasi, ia sedang menunggu ustad yang sedang bersiap untuk mencari saksi pernikahan. Tadi Presdir A. sempat menolak usul itu tapi rupanya mama malah meminta ustad melakukannya. Ia bilang ada saksi lebih baik, meskipun nantinya mama Presdir A. dan dirinya tercoreng. Tidak peduli yang penting perkawinan ini berjalan lancar. Ini semua terjadi karena mama, ia yang salah melihat sampai menuding anaknya sendiri membuat nista. Perbuatan maksiat itu tidak pernah dilakukan anaknya pada siapapun, bahkan Anina yang manis. Dia dan Anima tadi hanya sedang khilaf.
"Ya Tuhan," kata Presdir A ketika mengingat kejadian tadi yang membuatnya sedikit gila. Tadi ia di grebek sama warga karena mama membeberkan pada tetangga kalau anak sulungnya bermain itu dengan Anima. Langsung saja tanpa basa - basi warga yang ada di sana membawa Presdir A dan Anima ke mesjid. Lalu meminta ustad untuk menikahkan keduanya, karena perbuatan nista harus di bayar.
Ustad yang sudah membawa saksi, yang tak lain adalah sepupu Presdir A juga nampak mendekati Presdir A. "Assalamualaikum pak," ucap pak Ustad dengan senyum ramah. Yang membuat Presdir A kesal karena ia belum bisa menerima situasi ini. Apalagi apa yang akan terjadi setelah ustad sampai kembali ke mesjid.
"Wallaikumsallam," balas Presdir A dengan senyum dipaksakan sebisa mungkin berlaga baik agar ustad yang mengira kalau kejadian tadi tidak benar adanya. Dari tadi sudah Presdir A jelaskan dirinya dan Anima tidak melakukan itu semua, tapi ustad dan tetangga lain membantah dan tetap dengan pendirian mereka.
"Ini pak saksinya sudah datang, jadi apa pak Anvenjair sudah siap?" tanya ustad sebelum ia memasuki mesjid. Ia bertanya karena berharap Alvenjair tak menganggapnya ikut campur dalam masalah ini. Ia hanya menuruti keinginan warga dan mama dari Alvenjair yang memang sama halnya. Semuanya memang membuat Presdir A setres. Jika bukan karena mama ia tidak mungkin masih di sini.
"Siapa sih yang siap kalau dikawinkan secara paksa kayak gini, saya tidak melakukannya," elak Presdir A dengan wajah galak. Seperti tadi ia hanya bisa menolak karena ia Bernai bersumpah kalau ia tidak melakukannya sama sekali. Jika pun iya mana mungkin ia mau menikah di mesjid kayak gini, dan di tonton banyak warga. Yang ada ia kabur dan membawa Anima bersembunyi. Tapi dirinya masih cowok baik - baik, dan tidak melakukan itu dengan Anima.
"Tapi pak itu sudah menjadi tanggung jawab bapak karena berani melakukannya pada Anima. Bapak sadar tidak kalau itu sepupu bapak," jelas pak ustad pantang di rayu. Ia tidak pernah percaya pada omongan Presdir A yang selalu menolak, baginya itu adalah cara dia menutupi kesalahan yang ia buat.
"Saya tidak melakukan itu bersama Anima, kita hanya berdiskusi. Saya minta jangan nikahkan saya dengan gadis itu," pinta Presdir A. Ia jelas sangat lelah menghadapi ini semua, semua terjadi begitu cepat tanpa bisa dicegahnya. Padahal semua itu hanya kesalah pahaman.
"Tapi hukum telah berlaku pak, semua sudah terjadi. Lagi pula yang jadi saksi kan mama bapak sendiri," ucap ustad yang merasa sebaiknya Alvenjair berkata jujur, dan menerima apa yang telah terjadi pada hidupnya. Termasuk menikah di mesjid ini.
"Mama salah lihat tad," ucap Alvenjair sudah beberapa kali ia katakan tadi tapi yang dijawab oleh ustad dengan gelengan semata.
"Memangnya ada apa sih Aljair loe berulah lagi?" tanya Doni yang dipanggil pak ustad sebagai saksi. Ustad belum sempat memberitahukan niatnya tadi, sehingga dari tadi Doni hanya melihat keadaan di mesjid dengan bingung. Terutama ketika melihat Alvenjair yang seperti stres, dan Anima di dalam yang menagis.
"Anu gue mau dikawinkan sama Anima," jawab Alvenjair sambil menunduk lesu. Langsung saja yang mendengar alias Doni terkaget sampai hampir terhuyung ke belakang, jika bukan karena ustad menangkap tubuhnya.
"Hah, apa kawin sama Anima jadi loe punya pacar di daerah sini. Tapi itu bukannya Anima," kata Doni sambil menggaruk rambutnya yang pendek. Ia juga agak heran kenapa sepupu dan sepupu mau kawin di mesjid yang banyak warga.
"Iya dia. Tapi loe harus percaya kalau ini cuma kesalah pahaman," ucap Alvenjair menjelaskan. Ia sebenarnya malu sangat, tapi bagaimana lagi ustad dan warga sepetinya sudah tidak bisa dibantah. Dan gadis itu benar - benar tidak dapat diandalkan.
"Jadi Doni tadi mamanya Alvenjair melihat anaknya melakukan itu pada Anima. Segera dia melapor ustad untuk menikahkan keduanya di mesjid," jelas pak ustad kepada Doni yang nampak melongo.
"Tapi Anima itu sepupu loe." Doni nggak percaya, tapi ia kemudian tersenyum kecil dan menepuk bahu Alvenjair. Seolah ia percaya pada ustad dan meridhoi sepupunya itu menikah dengan sepupunya sendiri. Itu tidak masalah karena di agama islam masih diterima pernikahan itu.
"Ya sudah mari," kata ustad sambil mempersilahkan Doni dan Alvenjair memasuki mesjid. Karena sepertinya akadnya akan segera di mulai. Menikah tanpa pesta pernikahan nampaknya bukan gaya dari Alvenjair. Tapi rupanya ia juga tidak pernah berharap ini terjadi.
Dengan berat hati Alvenjair mengikuti ustad memasuki mesjid di susul Doni. Dapat ia lihat sang mama sedang duduk bersama dengan Anima, nampak gadis itu menangis. Mungkin ini juga kejutan baginya, karena ia juga tidak pernah percaya ini terjadi.
**
"Saya nikah dan kawinkan ananda Alvenjair Adiyaksa binti Amerah Dinianingkat dengan ananda Anima Aneskar binti Badit Anegrah. Dengan seperangkat alat salat, dan emas 6 gram di bayar tunai," ucap ustad sambil memegang tangan Alvenjair yang bergetar. Ia nampak bersusah payah melakukannya, karena ia tidak latihan sama sekali. Bukannya pengantin pria harus latihan lama untuk mengucapkannya, tapi Alvenjair hanya melakukannya sekali yakni sekarang. Itu pengalaman luar biasa, jantungnya berdentum - dentum keras sekali.
"Saya terima nikahnya Anima Aneskar binti Badit Anegrah dengan seperangkat alat shalat dan mas 6 gram di bayar tunai," ucap lantang seorang pria yang tengah duduk menghadap ustad. Di sebelahnya duduklah Anima yang nampak cemberut, ia menunduk ke bawah. Masih belum siap menghadapi semua ini.
"Syah," ucap mama dan warga yang turut mendengar dan melihat perkawinan dua sejoli tak berdosa itu. Lantas mereka tersenyum bahagia, karena sebentar lagi mereka akan melihat pasangan itu menjadi suami istri. Terutama mama yang bangga, bisa melihat putranya bertanggung jawab atas apa yang ia perbuat tadi.
Setelah perkawinan itu nampaknya Anima juga menghindari Presdir A, ia duduk berjauhan darinya dan sedang melamun. Tapi rupanya Presdir A. nampak mendapat telepon kalau di kantor ada meeting penting. Jadi ia buru - buru keluar mesjid, meski sempat di cegah. Pria itu meninggalkan mesjid menggunakan mobil dan para ajudannya untuk ke kantor.
Anima melihat kejadian itu dengan melongo. Kenapa Presdir A tidak pernah merasa lelah. Semuanya harus ia kerjakan dengan baik, bahkan ketika ia tertimpa masalah sekalipun. Dasar pria dingin.
**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Pichaacha
sedikit masukkan, untuk pengantin laki² menggunakan bin bukan binti dan pakai nama bapaknya ga bisa pke nama ibunya walau cerai. jikalau tidak diketahui bisa menggunakan "fulan" yang merujuk ayah biologisnya. Begitu pula untuk pengantin wanita baru menggunakan binti tetapi tetep menggunakan nama ayah biologisnya jikalau ia memiliki ayah tiri, yg dipakai harus nama ayah biologisnya. Dan yg menjadi wali nikahnya jg ayah biologisnya atau keluarga ayah biologisnya (saudara kandung entah abang/adik laki² dari ayah biologisnya) klo ga ada baru di walikan oleh penghulu thor
2024-08-17
1
Sabiya
typo Thor, yg bener Sah
2024-01-05
0
Sabiya
lha, kok bisa?
2024-01-05
0