part 5

Reni segera berlari menghampiri sumber suara. Jalanan tiba-tiba macet.

Terjadi kecelakaan rupanya. Antara pengendara motor dan mobil. Pengendara motornya terkapar lemah dan terdapat luka di wajah dan siku.

Mereka dikerubungi masa. Menyingkirkan korban ke tepi jalan.

“Pak. Ada apaan sih?” Tanya Reni pada salah satu bapak-bapak yang ada di dekat situ.

“Ini neng, ada kecelakaan.” Jawab bapak itu.

Reni mendekati sang korban. Ia meringis melihatnya. Darah dari siku mengalir tak henti. Pemuda itu sepertinya kesakitan namun berusaha menahannya.

Dia? Dia kan yang waktu itu disekolah yang pakaiannya lusuh banget?

Reni mengingat-ingat kejadian lusa dimana ketika selesai latihan basket, ia tak sengaja melihat pemuda itu berpakaian lusuh dekat lapangan utama.

Bener kok dia. Sumpah gue masih apal wajahnya. Batin Reni.

“Bawa rumah sakit ayo! Kasihan ini anak muda.” Perintah ibu penjaga warung khawatir.

“Cari taksi pak. Cepetan!”

Bapak-bapak itu menghentikan salah satu mobil. Entah mobil siapa, yang pasti bukan taksi. Pasalnya taksi-taksi belum berkeliaran.

“Bawa korbannya ayo! Bopong!”

Dua bapak-bapak membopong pemuda itu pelan. Kemudian memasukannya kedalam mobil hitam yang telah di berhentikan.

“Bu Ita, situ yang ngantar anak muda ini ke rumah sakit yo. Saya mau menghantar istri ke puskesmas.”

“Saya nda bisa. Saya juga harus jaga warung. Maap ken.” Ujar Bu Ita.

“Lah terus ini gimana? Ndak ada yang menemani?” Ujar bapak-bapak itu yang sama pedulinya terhadap pemuda itu.

“Saya aja pak. Saya yang nganter.” Usul Reni. Membuat mereka semua melirik terhadapnya.

“Beneran neng? Ndak papa?” Ujar Bu Ita sekali lagi. Reni pun mengangguk.

“Yasudah. Ayo cepetan neng. Kasihan pemuda itu. Sakit banget itu lukanya pasti.”

Reni segera menuju mobil itu. Duduk di jok depan. Alasan Reni mau menemani cowok itu karena ingin tahu siapa dia. Misterius sekali hidupnya.

Reni melirik ke jok belakang melalui spion depan. Pemuda itu sepertinya pingsan.

Aduh. Ngapa gue jadi khawatir gini. Ah sial. Batin Reni was was.

“Mas bisa cepetan dikit gak? Kasihan korbannya itu pingsan. Ayo dong.” Ujar Reni pada sopir. Sopirnya masih tergolong muda. Umurnya sekitar 22.

Ia mengangguk. “Iya. Saya ngebut deh.”

****

Jam 7 pagi. Sekolah telah memulai jam pelajaran.

Kelas XI IPA 1 tampak tenang. Bu Riska si guru killer yang mengajar Fisika.

“Pstt... Reni mana sih? Tumben banget belum berangkat. Chat gih.” Bisik Ryan pada Bagas.

Sampai saat ini Reni belum juga kembali ke sekolah. Teman-teman cowok nya bingung bertanya-tanya.

“Lah lo aja dah. Kouta gue abis. Hehe.” Bagas menyengir tak berdosa.

Membuat Ryan mendelik kepadanya.

“Misquen banget.” Ryan mencibir.

Ryan mengeluarkan ponselnya perlahan agar tak ketahuan oleh Bu Riska. Mencari kontak Reni dan mengechat nya.

From: Ryan

Lo bolos ye?

****

Reni dan mas-mas sopir itu menunggu di kursi penunggu area lobi. Cowok korban itu baru saja dibawa ke UGD.

Reni merasa gerah. Lalu membuka jaketnya. Menampilkan seragam sekolah namun tak lengkap dengan rok sekolah. Ia masih menggunakan training.

“lho kamu pelajar? Kok gak ke sekolah aja?” Tanya mas-mas itu yang nampak kaget.

Reni menyengir. “Iya mas. Saya pelajar.”

“Harusnya kamu tadi ke sekolah aja. Saya sendiri juga gapapa.”

“Saya juga gapapa kok ikut nganter. Lagipula—,” Ujar Reni terpotong. Hampir saja keceplosan kalau ia kepo dengan cowok korban misterius itu.

“hm? Lagipula apa?”

“hehe gak. Lupakan aja.” Reni menjadi kikuk. Bodoh sekali sih.

Pengumuman. Terhadap wali pasien korban segera ke ruang dokter.

“Saya aja yang kesana. Kamu tunggu disini.”

Reni mengangguk. Mas-mas itu menuju ruang yang telah dimaksud oleh suster.

Cewek itu bosan. Kemudian mengeluarkan ponselnya. Membuka aplikasi chat WhatsApp.

From: Ryan

Lo bolos ye?

Ah Reni lupa. Niatnya ingin ke sekolah malah beralih haluan.

Ia kemudian mengetik membalas pesan dari Ryan.

Reni

Iya nih. Mau ikut bolos gak?

Tak menunggu waktu lama. Ryan langsung membalasnya. Pasti itu orang diem-diem main ponselnya.

Ryan

Ajg. Sejak kapan lo jadi nakal gitu?

Reni

Hehe. Gue gak nakal ya sorry

Ryan

Jujur, lo lagi dimana Sekarang?

Ngapa gak sekolah dah?

Reni

Gue lagi di RS.

Ryan

Serius lo?

Lo sakit apa?

Reni

Cie khawatir. Wkwkwk

Ryan

Sat! Ge'er bat sih lo.

Tinggal jawab elah susah amat.

Reni

Lagi nganter orang sakit.

“Permisi mba, dipanggil untuk ke ruangan,” Suster tiba-tiba menghampiri Reni.

Cewek itu mendongak. Menyimpan ponselnya ke dalam tas.

“Ruangan siapa?” Tanya Reni.

“Ruangan pemuda korban yang mba bawa. Ayo mba mari saya antar.”

Terpopuler

Comments

Little Peony

Little Peony

Like like like

2021-03-21

0

Lenkzher Thea

Lenkzher Thea

semangat thor 👍👍👍👍👍 lima like ku sudah mensuport anda

2020-12-07

0

wahyu derapriyangga

wahyu derapriyangga

waduh kok Reni juga dipanggil, ada apa ya ..... mmm, vote dan like dulu ah, semangat thor

2020-11-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!