Hampir satu jam Yoga mendapatkan penanganan di ruang IGD. Hingga tiba-tiba seorang perawat keluar dan memanggil keluarga Yoga. Tasya dan Laila yang saat itu duduk bersebelahan langsung berlari ke arah sang perawat.
"Bagaimana keadaan suami saya, Sus?" tanya Laila yang terlihat khawatir.
"Alhamdulillah Bapak Yoga sudah melewati masa kritisnya," jawab sang perawat sambil tersenyum ramah.
"Apa kami boleh masuk untuk melihat keadaan beliau?" tanya Tasya,
"Silahkan, tapi tolong jangan terlalu berisik karena Pak Yoga saat ini sedang beristirahat," ucap sang suster.
Setelah mendapat izin dari Perawat rumah sakit, Laila dan Tasya pun langsung masuk ke dalam ruang IGD. Terlihat Yoga sedang dalam keadaan tidak sadarkan diri, wajah yang biasa terlihat kejam kini terlihat begitu pucat. Ada rasa iba dalam hati Laila saat melihat keadaan sang suami.
“Ini semua gara-gara kamu, Tasya. Kamu yang menyebabkan Mas Yoga seperti ini," ucap Laila dengan nada pelan.
"Enak saja kamu bilang! Dia seperti ini karena kesalahan dia sendiri, siapa suruh dia marah-marah tidak jelas." Tasya terlihat kesal dengan ucapan Laila.
"Selamat malam, Ibu. Maaf siapa diantara Ibu-ibu yang berstatus istri Pak Yoga?" tanya Dokter yang tiba-tiba sudah berada di hadapan Tasya dan Laila.
"Saya istrinya, Dok." Tasya dan Laila menjawab dengan bersamaan.
Mendengar jawaban kedua wanita itu sang dokter terlihat kebingungan. Hingga akhirnya dia pun langsung menjelaskan tentang keadaan Yoga saat ini. Dokter tersebut menjelaskan jika yoga mengalami serangan jantung hingga akhirnya kini dia dalam keadaan stroke.
"Apa! Jadi saat ini Mas Yoga terkena stroke?" tanya Tasya yang terlihat terkejut.
"Benar, Bu. Dan untuk beberapa lama mungkin Pak Yoga akan menggunakan kursi roda dan harus menjalani beberapa terapi agar kondisinya lebih baik lagi," jawab sang dokter.
"Ya Allah, kasihan sekali kamu. Mas," ucap Laila sambil mengusap rambut sang suami.
"Jadi sekarang Mas Yoga stroke. Dan di usiaku yang masih muda aku harus merawat laki-laki tua yang tidak bisa apa-apa," batin Tasya sambil menatap Yoga yang tidak sadarkan diri.
***
Sejak saat itu, Tasya tidak pernah lagi menjenguk Yoga di rumah sakit. Bahkan saat dia pulang pun Tasya hanya melihat ke arahnya sesaat lalu pergi. Berbeda dengan Laila yang terlihat begitu sabar dan telaten dalam mengurus Yoga.
"Ta-Tasya, ma-mau kemana kamu?" tanya Yoga yang saat itu melihat Tasya dengan pakaian rapi.
"Mau kemana pun aku itu bukan urusanmu, lebih baik kamu pikirkan saja bagaimana caranya agar kamu bisa sembuh dan tidak merepotkan ku," jawab Tasya sambil menatap mata Yoga.
"Ma-maafkan aku Ta-tasya, aku janji akan se-segera sembuh." Yoga berusaha berbicara walaupun dengan terbata-bata.
"Baguslah kalau begitu, aku akan menunggu kesembuhanmu."
Tasya yang saat itu duduk di hadapan Yoga terlihat langsung berdiri saat mendengar suara klakson mobil. Rian yang selama ini menjadi kekasih gelap Tasya kini sudah ada di depan rumah. Yoga yang saat itu tidak bisa melakukan apa-apa hanya bisa menangis saat melihat Tasya mencium bibir laki-laki itu.
Laila yang baru saja datang terkejut saat melihat kemesraan Tasya dengan Rian. "Astagfirullahaladzim, Tasya."
Setelah beberapa saat melihat ke arah Tasya, Laila langsung duduk di hadapan Yoga. Dengan lembut dia mengusap air mata sang suami dengan tissue yang ada di tangannya. Perasaan cinta yang besar dari Laila kini terlihat jelas saat Yoga menderita sakit parah.
"Kamu yang sabar ya, Mas. Aku yakin suatu hari nanti kamu pasti akan sembuh," ucap Laila sambil mengusap air mata Yoga.
"Ma-maafkan aku Laila," ucap Yoga sambil menatap Laila dengan lembut.
"Kamu tidak pernah melakukan kesalahan apapun, Mas. Aku adalah istrimu dan akan selamanya menjadi istrimu," ucap Laila sambil tersenyum.
Hari-hari berat dilalui Laila, hampir 24 jam Laila tidak dapat memejamkan mata dengan nyenyak. Yoga yang selama ini tidur dengan Tasya kini kembali tidur satu kamar bersama Laila. Bukan karena permintaan Yoga, melainkan atas permintaan Tasya yang tidak ingin istirahatnya terganggu oleh Yoga.
Hampir 2 tahun Yoga menjalani hidup dengan kondisi stroke. Jangankan untuk bergerak, untuk berbicara saja dia tidak mampu. Segala pengobatan dan terapi sudah dilakukan, bahkan pengobatan tradisional dengan biaya termahal pun telah dijalankan. Namun, hal itu tetap tidak dapat membuat Yoga pulih.
"Tasya, mau kemana kamu?" tanya Laila yang saat itu melihat Tasya membawa barang-barangnya.
"Aku akan pergi dari rumah ini, karena aku tidak bisa hidup dengan laki-laki lumpuh seperti Mas Yoga," jawab Tasya sambil menoleh ke arah Yoga.
"Tasya, a-aku mohon be-berikan aku kesempatan. Aku janji akan segera sembuh," ucap Yoga sambil menangis.
"Ya Allah secinta itukah kamu kepada Tasya, hingga kamu begitu takut kehilangan dia," batin Laila sambil melihat ke arah Yoga.
"Menunggumu, sampai kapan aku harus menunggumu? Sudahlah, Mas. Terima saja kenyataan jika kamu itu sudah cacat dan selamanya akan seperti ini, lagi pula kamu masih punya Laila pembantu sekaligus istri setia," ucap Tasya.
Tasya yang saat itu ditunggu oleh Rian langsung berjalan keluar rumah. Yoga yang begitu sangat mencintai Tasya berusaha untuk bangkit dari kursi rodanya agar bisa mengejar sang istri. Namun, usahanya hanyalah sia-sia bukannya ,mengejar Tasya, Yoga justru tersungkur di lantai.
Laila yang sedang berdiri di samping Yoga terlihat menangis. Dengan cepat dia langsung membantu sang suami untuk duduk kembali di kursi roda. Laila juga berusaha untuk menenangkan Yoga yang terlihat masih belum bisa kehilangan Tasya.
"Ya Allah. Sabar, Mas. Aku yakin suatu hari nanti Tasya akan kembali kepadamu," ucap Laila sambil memeluk sang suami.
"Laila, aku mohon tolong bujuk Tasya agar di mau menunggu sampai aku sembuh. Aku tidak bisa jika harus kehilangannya," ucap Yoga yang terlihat memohon kepada Laila.
"Iya, Mas. Aku akan menemui Tasya dan memintanya kembali."
Ada rasa sakit dalam hati Laila saat mendengar ucapan Yoga. Namun, rasa cinta dan sayang yang begitu besar mampu membuat Laila tetap bersabar dan ikhlas atas apapun yang terjadi. Sejak kepergian Tasya saat itu, Yoga kini lebih sering merenung dan menangis seorang diri.
"Apa mungkin aku harus menemui Tasya dan memintanya kembali kepada Mas Yoga," ucap Laila sambil melihat Yoga dari kejauhan.
Beberapa saat Laila terdiam sambil memperhatikan Yoga dari kejauhan. Ingin rasanya dia mendatangi Tasya dan memintanya kembali. Namun, hati kecilnya justru menolak, karena dia takut jika kehadiran Tasya hanya akan menyakiti Yoga.
"Mas, bagaimana kalau sore ini kita jalan-jalan keliling komplek!" usul Laila sambil duduk di hadapan sang suami.
"Laila, a-apa kamu sudah menemui Tasya?" tanya Yoga dengan rasa penuh harap.
"Belum, Mas. Tapi aku janji besok pagi akan menemuinya, dan aku akan mengajaknya kembali ke rumah ini," jawab Laila sambil tersenyum seolah ingin menutupi sakit di hatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments