Keesokan harinya Laila yang baru saja selesai membersihkan diri segera berangkat menuju hotel Yoga. Setelah hampir satu jam Laila pun akhirnya tiba di hotel yang dipimpin oleh sang suami. Terlihat beberapa pasang mata sedang memperhatikan Laila yang baru saja datang.
"Selamat pagi, ada yang bisa kami bantu. Bu?" tanya seorang resepsionis.
"Pagi, saya mau bertemu dengan Pak Yoga. Apa Pak Yoga ada di tempat? " jawab Laila.
Mendengar ucapan Laila dua orang resepsionis terlihat saling berpandangan. Dua wajah itu terlihat kebingungan saat mendengar ucapan Laila. Laila yang berdiri di hadapannya sempat mendengar jika mereka menganggap Laila adalah pembantu baru Yoga.
"Maaf, kalau boleh tahu Ibu siapa?" tanya resepsionis tersebut.
"Bilang saja jika Laila ada di sini!" perintah Laila.
Tiba-tiba salah satu resepsionis berteriak. "Pak Yoga!"
"Ada apa?" tanya Yoga yang belum sadar dengan kedatangan Laila.
"Ada tamu, Pak. " Resepsionis tersebut menunjuk ke arah Laila.
“Laila!” ucap Yoga yang langsung mempercepat langkahnya ke arah Laila.
“Sini kamu ikut aku!” ucap Yoga yang langsung menarik tangan Laila.
Yoga yang takut jika semua orang tahu tentang status Laila langsung menarik tangan sang istri ke arah ruangannya. Laila yang terkejut dengan perlakuan sang suami hanya bisa mengikuti langkah kaki Yoga.
Sambil melepaskan tangannya. "Apa yang kamu lakukan disini. "
"Maaf, Mas. Aku hanya menemuimu untuk membicarakan Tasya, " jawab Laila yang terlihat ketakutan.
"Tapi tidak perlu kamu datang kemari, kamu bisa menungguku di rumah!" bentak Yoga yang terlihat marah.
"Memang kenapa kalau aku kemari?" tanya Laila.
"Apa kamu tidak sadar jika penampilan ini seperti gembel, dan aku tidak mau jika semua orang tahu kalau aku menikah dengan gadis Desa yang menjijikkan," jawab Yoga dengan tatapan menghina.
Air mata yang sudah mulai mengering kini kembali jatuh saat mendengar hinaan dari Yoga. Laila yang tidak ingin mendapat hinaan yang lebih menyakitkan akhirnya memutuskan untuk pergi. Namun, dia sempat mengatakan jika dia akan menerima kehadiran Tasya di rumah mereka.
"Bagus, akhirnya wanita miskin itu mau menerima Tasya. Dengan begitu aku tidak perlu repot-repot mengeluarkan uang untuk apartemen," ucap Yoga dengan bahagia
***
Malam hari saat Laila sedang menyiapkan makan malam untuk sang suami. Tiba-tiba Yoga dan Tasya sudah berdiri di hadapannya. Tasya yang saat itu berdiri di samping Yoga langsung memeluk sang suami dengan mesra.
"Halo, Mbak. Terima kasih ya sudah mau mengizinkan aku tinggal di sini," ucap Tasya sambil terus memeluk lengan sang suami.
"Iya, kalau begitu mari kita makan dulu!" ajak Laila sambil duduk di kursi.
"Ih, nggak mau ah!" ucap Tasya seolah jijik hingga membuat Yoga dan Laila menoleh ke arahnya.
"Kamu kenapa, Sayang. Apa kamu tidak suka dengan makanan ini?" tanya Yoga penasaran.
"Suka sih, tapi …."
"Tapi apa Tasya? Katakan saja, siapa tahu aku bisa membuatkan makanan yang lain untukmu," jawab Laila sambil berdiri dari tempat duduknya.
"Aku jijik sama Mbak Laila, maaf ya Mbak. Mbak Laila 'kan baru selesai masak jadi pasti tubuh Mbak kena asap dan bumbu dapur, aku hanya takut tubuh Mbak Laila bau dan itu pasti akan membuat selera makan orang lain hilang, " jawab Tasya dengan wajah menghina.
"Kamu tidak perlu khawatir, aku tidak seperti yang kamu katakan." Laila terlihat kesal dengan ucapan Tasya.
"Siapa sih Mbak yang berani menjamin tubuh orang yang kena asap dapur tidak bau, sekarang saja aku sudah mulai mencium bau asam dari tubuh Mbak Laila." Tasya mendekat ke arah Laila seolah ingin mencium aroma yang ada di tubuh Laila.
Sambil menyendok nasi. "Ya sudah, jika kamu tidak mau silahkan pergi dari sini. Dan kamu tidak perlu makan masakan ku."
"Mas, lihat istri tuamu itu. Aku 'kan bicara fakta, tapi dia justru mengusirku!" teriak Tasya dengan manja.
"Laila cepat ambil makananmu dan bawa masuk ke dapur! Tasya benar aroma tubuhmu membuat ku mual," perintah Yoga.
"Jadi sekarang kamu melarangku untuk duduk di sini hanya karena kamu lebih percaya dengan ucapan wanita ini, Mas?" tanya Laila yang terlihat kecewa dengan sikap Yoga.
"Ini bukan karena ucapan Tasya, tapi aku memang mencium bau asam dari tubuhmu. Makanya setelah masak itu mandi dulu baru makan," jawab Yoga yang membela Tasya.
"Ya Allah, apalagi yang dilakukan maduku setelah ini? Kuatkan aku ya Allah," batin Laila sambil mengusap butir air mata yang mulai jatuh.
"Bagus, akhirnya aku bisa menguasai Mas Yoga sepenuhnya," batin Tasya sambil tersenyum.
Setelah menikmati makan malam, Tasya yang merasa lelah langsung meminta Yoga untuk mengantarnya ke kamar. Hal itu ternyata dilihat Laila yang baru saja keluar dari dalam dapur. Laila yang melihat Yoga dan Tasya masuk ke dalam kamarnya segera menghampiri mereka.
"Mas, kenapa kamu bawa dia ke kamar kita?" tanya Laila yang baru saja masuk.
"Kenapa? Ini kamar utama sekaligus kamar ku, jadi aku berhak membawa siapapun masuk ke kamar ini."
"Lagi pula aku suka kamar ini. Kamarnya luas, harum dan nyaman," ucap Tasya sambil tersenyum.
"Dirumah ini banyak kamar yang luas, wangi dan nyaman. Jadi kamu bisa menempati kamar manapun yang kamu mau, tapi tidak dengan kamar ini," jawab Laila yang langsung membawa tas Tasya keluar.
Sambil merebut tasnya. "Tidak aku tidak mau pindah ke kamar yang lain, lebih baik Mbak Laila yang pindah dari kamar ini."
"Dasar perempuan tidak tahu malu. Kamu sudah merebut suamiku, merebut kursi yang harusnya aku gunakan di meja makan, dan sekarang kamu merebut kamarku. Setelah ini apalagi yang akan kamu rebut dariku?" ucap Laila dengan tatapan datar.
"Plak!" sebuah tamparan keras di berikan Yoga.
"Sekarang aku tahu. Bahwa pelacur tidak hanya akan merebut suami orang, tapi dia juga akan merebut semua yang di miliki orang lain," jawab Laila sambil memegang pipinya yang sakit.
"Laila, tutup mulutmu! Atau aku akan …."
"Akan apa, Mas! Apa yang akan kamu lakukan kepada ku, kamu akan mengusirku? Tidak semudah itu kalian bisa mengusirku dari sini," ucap Laila yang akhirnya membuat Yoga gelap mata.
Yoga yang sudah tidak dapat menahan amarahnya langsung menjambak rambut Laila dan menyeretnya ke kamar mandi. Sesampainya kamar mandi Yoga langsung mencambuk tubuh Laila dengan menggunakan ikat pinggang yang ada di tangannya. Laila yang merasakan sakit hanya bisa menangis dan memohon ampun.
"Ini pelajaran bagi istri pembangkang sepertimu!" bentak Yoga sambil terus mencambuk tubuh Laila.
"Ampun, Mas! Aku mohon ampuni aku," teriak Laila sambil terus menangis.
Tasya yang saat itu berdiri di kamar terlihat tersenyum saat mendengar teriakan Laila. Dia merasa jika apa yang direncanakannya sedikit demi sedikit tercapai. Termasuk memiliki Yoga seutuhnya.
"Ini belum seberapa, Laila. Aku pastikan jika hidupmu akan lebih menderita daripada ini," ucap Tasya dengan suara pelan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments