Keesokan harinya.
Kedua orang tua Dara terlihat duduk di meja makan sembari menyeruput secangkir teh.
Sinar mentari pagi ini terlihat cerah. Bahkan Bisa dikatakan sangat cerah dari hari-hari sebelumnya yang sempat diterpa hujan lebat.
Kedua orang tua itu terlihat berbincang-bincang di meja makan, saling membayangkan bagaimana rasanya akan mendapatkan seorang cucu dari anak kesayangan mereka, Dara.
Usia yang sudah senja ditambah anak semata wayangnya itu sudah dewasa dan sangat sibuk, membuat kedua orang tua Dara sangat mendambakan seorang cucu yang menggemaskan.
"Gak sabar deh Pa. Pengen cepat-cepat punya cucu. Dengan begitu rumah ini akan ramai lagi" ujar bu Shopia bersemangat. Suaminya, Wirasta hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya asal.
"Pa! Mama pengen Cucu mama nanti itu seorang perempuan. Mama merindukan masa-masa kecil Dara waktu dulu. Pengen ngikat rambutnya, pengen pilihan baju-baju cantik kesukaannya, pengen dandan sama-sama" ucap Bu Shopia senang dengan terus membayangkan akan mendapatkan seorang cucu perempuan seperti anaknya, Dara.
"Papa malah pengen laki-laki ma. Nanti papa akan bawa cucu papa main bola. Papa akan ajarin dia caranya menendang bola, papa juga akan ajak cucu papa main mobil-mobilan. Papa hanya ingin bersamanya sepanjang hari!" Jawab Wirasta yang juga merasa sangat mendambakan seorang cucu dari anaknya.
"Terus mama gimana kalau papa sepanjang hari hanya ingin bersama cucu kita?" Tanya Bu Shopia sedih.
"Tenang ma! Mama tidak akan tergantikan di hati papa! Mama jangan cemburu ya kalau papa nanti di rebut sama cucu kita!"
"Pa...."
Pak Wirasta terkekeh geli, "Papa akan selalu mencintai dan menyayangi mama kok. Janji."
"Ngomong-ngomong dimana Dara? Kenapa sudah jam segini tidak keluar dari kamar?" Tanya Bu Shopia heran yang sepanjang pagi ini tidak melihat anaknya dan menantunya keluar dari kamar.
"Mama ini gimana sih! Ingat gak waktu kita pertama kali menikah? Kita juga gak keluar kamar ma setelah malam pertama kita!" Ujar Wirasta mengingatkan istrinya.
"Benar juga ya pa. Semoga aja keinginan kita cepat terkabul." Doa bu Shopia penuh harap.
Sementara itu di dalam kamar. Dara dan Barra terlihat masih terlelap di atas kasur. Keduanya sangat pulas dan begitu menikmati tidurnya.
Pagi ini Barra dan Dara terlambat bangun. Keduanya nampak sangat kelelahan dan merasa tubuh mereka sangat sakit karena acara pernikahan tadi malam.
Bahkan karena tikus yang yang tiba-tiba muncul di kamar membuat Dara terjaga sepanjang malam dan tidur cukup larut.
Hal ini Tidak seperti biasanya, Dara akan bangun selambat ini. Wanita itu dari kecil selalu bangun di jam 5 pagi setiap harinya.
Namun pagi ini tidur mereka sangat nyenyak, dan sulit untuk sekedar membuka mata.
Tak lama.
Kringggggg!
Kringggggg!
Bara menggeliat di tempat tidur. Dia menyerjapkan matanya yang masih terpejam. Suara dering handphonenya ternyata telah menganggu tidurnya yang nyenyak.
"Huaaaaaahammmmmm! Siapa menelpon pagi-pagi begini?" Gumam Bara dengan bersusah payah membuka matanya.
"Siapa? Aku bahkan masih mengantuk!" Ucap Dara yang kini juga merasa terganggu oleh suara dering handphone Barra.
Barra bangun dari tidurnya, lalu duduk di bibir ranjang sembari meraih handphone miliknya.
"Hallo!"
"Barra! Kau dimana? Apa tidak bekerja?"
Barra yang masih mengantuk seketika terkesiap, dan langsung menoleh ke arah jam dinding ketika menyadari pertanyaan Bos nya tersebut.
"Astaga! Sudah jam sembilan?" Pekik Barra terkejut. Yang kini sudah merubah posisi menjadi berdiri.
"Tunggu-tunggu! Tunggu aku! Aku akan segera kesana" lanjut Barra lagi. Ia langsung beranjak dari tempatnya dan menuju kamar mandi.
Sementara Dara juga terbangun setelah mendengar pekikan Bara. Dia meregangkan tubuhnya yang terasa sakit sambil menatap heran kepada Bara yang berlari menuju kamar mandi.
"Ada apa dengannya?" Gumam Dara heran. Tak ingin menghiraukan, Dara pun bergegas bangun dan sedikit meregangkan tubuhnya dengan sedikit menguap kecil.
Lelah akibat acara pernikahan tadi malam, membuat Dara merasa sangat lemas untuk bangun. Tubuhnya terasa sangat remuk dan sakit. Walaupun begitu, dia juga harus tetap bangun, karena pekerjaan sedang menunggunya di kantor.
Setelah selesai bersiap-siap. Bara dan Dara pun keluar dari kamar dan menuju meja makan.
Hari pertama di rumah mertua, tentu membuat Bara sedikit canggung karena bangun kesiangan. Apalagi, dia benar-benar tidak terbiasa hidup di kalangan mewah seperti ini.
"Pagi mam! pa!" Sapa Dara. Dia langsung mendudukkan tubuhnya di sebuah kursi kosong di meja makan. Bara terlihat menyusul dan duduk di samping istrinya.
"Haduhhh pengantin baru. Baru bangun jam segini! Pasti seneng banget ya menghabiskan waktu berdua di dalam kamar bersama pasangan." Ucap Mama Shopia menggoda anak dan menantunya.
"Semalam, mama dengar ada yang teriak-teriak dari arah kamar kalian. Mama tidak menyangka, bahwa Bara seperkasa itu sehingga membuat anak mama menjerit seperti itu. Semoga aja Mama segera mendapatkan cucu!" Lanjut mama Shopia lagi. Yang membuat Dara langsung melototkan matanya terkejut.
"Heheh! Mama tau aja!" Kekeh Bara yang menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ya, masalah berakting, Bara lah jagonya.
Dara menoleh kearah Bara dengan tatapan tajam. Bara hanya tersenyum tipis, wajahnya bahkan sudah memerah seperti buah tomat.
"Serem amat itu wanita" batin Bara.
"Apa yang terjadi? Apa mama mengira bahwa aku dan Barra sedang melakukan itu. Iiiyuuuu" Batin Dara kesal. Padahal semalam tidak terjadi apapun diantara mereka berdua.
"Barra, pokoknya kamu harus bikin Dara hamil secepatnya! Papa tidak ingin lama-lama menunggu lagi!" Ucap Wirasta penuh penegasan.
"Pa! Apaan sih!" Rengek Dara tidak suka.
"Siap pa! Ya aku nurut aja!" Jawab Barra yang sekilas mengedipkan matanya ke arah Dara. Membuat Dara semakin kesal saja. Jika bukan karena menuruti keinginan sang ayah, Dara sudah dapat dipastikan tidak akan menikah.
"Duhh. Mama ga sabar deh bisa dapat cucu. Pasti cucu mama sangat lucu dan menggemaskan. Mama semakin tidak sabar!" Sambung Mama Shopia yang terlihat sangat bahagia.
Melihat kedua orang tuanya yang sangat antusia atas hubungan sementara ini, membuat Dara merasa sangat bersalah. Apalagi, pernikahan ini hanya pernikahan diatas kertas, jika saja kedua orang tuanya tau, mereka akan sangat kecewa dan tidak akan pernah berkata seantusias ini ingin memiliki cucu.
Dara menatap sendu wajah mamanya itu. Bagaimana bisa dia akan memiliki anak? Sementara pernikahan itu hanya di lakukan atas dasar keterpaksaan dan bersifat sementara. Mana mungkin Dara bisa mengambil resiko untuk memiliki anak yang nantinya tidak akan memiliki seorang ayah?
Ahhhh, sungguh Dara berada di dalam dilema. Dia tidak tega melihat kedua orang tuanya yang melimpahkan harapan yang begitu besar untuknya. Namun dia juga tidak ingin memulai sebuah hubungan yang nantinya hanya akan membuatnya kecewa dan hancur.
Bahkan laki-laki yang kini menyandang status sebagai suaminya itu hanyalah seorang laki-laki bayaran yang baru ia kenal beberapa hari yang lalu.
Jika saja kedua orang tuanya tau bahwa pernikahannya ini hanyalah pura-pura, mungkin hati mereka akan semakin bertambah hancur.
Tetapi memikirkan itu, Dara lebih tidak suka jika dia harus di jodohkan, hatinya belum siap untuk menjatuhkan hatinya kepada seorang laki-laki manapun saat ini.
Ya, mungkin seperti ini adalah jalan terbaiknya. Sampai pada akhirnya nanti Dara akan memikirkan cara agar pernikahan ini berakhir tanpa ada yang terluka.
"Dara! Kamu kenapa? Apa yang kamu pikirkan? Dara!" Tegur buk Shopia.
Dara seketika tersentak kaget. Lamunannya buyar ketika ibunya memanggilnya berulang kali.
"Ma! Aku berangkat bekerja. Jaga diri kalian di rumah" pamit Dara cepat. Dia berdiri dan pergi begitu saja.
Dengan langkah yang tergesa, Dara pergi begitu saja meninggalkan kedua orang tuanya dan juga Bara.
"Kalian tidak sedang bertengkar kan?" Tanya pak Wirasta kepada menantunya, Barra, untuk memastikan. Melihat reaksi anaknya, membuat Pak Wirasta merasa curiga.
Barra menggelengkan kepalanya, "Tidak pa! Kami baik-baik saja. Oh ya pa! Ma! Barra berangkat kerja juga ya! Bara sudah terlambat!" Kata Bara berpamitan. Lalu berdiri dan mencium punggung tangan kedua mertuanya. Kemudian ia pun pergi menuju tempat kerjanya.
Sementara itu, Pak Wirasta dan Buk Shopia hanya saling menatap heran.
.
.
.
.
Bersambung
Jangan lupa untuk memberikan like dan komen ya ☺️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Anto Sol
kayaknya Bima ini mantannya si Thor ini🤣🤣🤣
2024-01-11
2
𝑸𝒖𝒊𝒏𝒂
ini knpa ada bima 🤔
2023-12-10
1